Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
5.ext. halaman depan rumah tante ati — continous
MUSA dan WAWA tiba dan berjalan agak cepat memasuki jalan kecil menuju halaman rumah duka. Tampak kursi-kursi terisi orang-orang yang datang untuk melayat. Wawa berbisik pada Musa memberitahu bahwa dia akan masuk dan melihat jenazah tante Ati. Musa mengangguk lalu memberi isyarat pada Wawa bahwa dia akan menunggu di luar. Wawa mengangguk kemudian beranjak ke dalam rumah duka setelah menyapa dan menyalami beberapa orang kerabat yang ia kenal.
Musa lalu mengambil tempat duduk di salah satu kursi. Ia mengedarkan pandangan dan tampak orang-orang sibuk mondar-madir menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk membuat peti jenazah.
Seorang laki-laki dengan kisaran usia tujuh puluhan, muncul dari dalam rumah. Sejenak Musa terpaku ketika melihat lelaki itu. Kemudian muncul sinyal mengenali. Laki-laki itu adalah salah satu pamannya. Laki-laki itu adalah OM DIDIS, kakak sulung almarhum bapak.
6.ext. halaman depan rumah tante ati — continous
Dengan cepat Musa bangkit dari duduknya, lalu menghampiri laki-laki itu.
musa
Salamu alaikum, Om DIDIS.
Musa menunduk santun, meraih tangan Om DIDIS, menyalami dan menciumnya.
om DIDIS
Walaikum salam.
Om DIDIS mengamati perilaku pemuda yang menyalami dan mencium tangannya sembari pikirannya mencoba mencaritahu siapa pemuda di hadapannya itu.
om DIDIS (cont’d)
Kamu siapa, nak?
musa
Saya Musa, om. Anaknya almarhum Harun, adik Om DIDIS.
om DIDIS
Oh…maasyaAllah! Anaknya Har! Ponakan saya ini!
Tampak bersemangat dan beberapa kali menepuk-nepuk pelan bahu Musa.
musa
(canggung) iya, om.
om DIDIS
Eh, tunggu dulu, kamu bukannya yang dulu sakit-sakitan itu, ya? Yang sering masuk rumah sakit itu, kan?
musa
(tersenyum canggung) iya, om saya anak yang dulu sakit-sakitan itu.
om DIDIS
Subhanallah! Masih hidup kamu, nak? Bagaimana keadaan kamu sekarang? Sehat-sehat, kan?
musa (v.o)
Pertanyaan ini entah sudah sudah berapa ratus kali kuterima. Setiap kali bertemu dengan orang-orang yang sekian lama tak jumpa, maka pertanyaan inilah yang hampir selalu mereka ajukan…
(Insert) kerabat 1
Masih hidup toh kamu?
(insert) kerabat 2
Musa, rupanya masih hidup, ya?
(insert) kerabat 3
Masih hidup kamu, Mus?
musa
(rikuh) Iya, om. Alhamdulillah sehat.
om DIDIS
Kamu ke sini sama siapa?
musa
Sama kakak, saya om. Pandan Wangi. Tadi dia masuk.
om DIDIS
Oh, iya anak sulungnya Har, si Wawa. Om ingat betul sama dia. Almarhum bapak kamu sering bawa dia mengunjungi om dulu.
musa
(mengangguk rikuh) iya, om.
Om Didis lalu mulai bernostalgia. Ia menceritakan kenangan masa lalu bersama almarhum bapak. Musa lebih banyak diam, dan hanya merespon dengan anggukan dan ‘iya, om’ hampir di sepanjang percakapan itu.
7.int. ruang tamu - rumah tante ati - continous
Setelah menyapa dan menyalami beberapa kerabat yang ia kenal, dengan sikap sopan WAWA melangkahi barisan beberapa ibu-ibu yang sedang khusyuk melantunkan surah Yasin dengan suara riuh-rendah. Kemudian ia mengambil tempat di salah satu sudut ruang tamu.
Tidak jauh dari posisinya berada, jenazah TANTE ATI terbaring di tengah-tengah ruangan.
8.int. ruang tamu - rumah tante ati - continous
CLOSE ON pada jenazah Tante Ati yang diposisikan sedemikian rupa.
Wawa menatap sekeliling sebentar, lalu pandangannya tertuju pada keberadaan WITA, sepupunya yang juga merupakan anak Tante Ati. Wita tampak begitu terpukul. Wajahnya kusam, air matanya terus mengalir. Sesekali Wita tampak mengusap-ngusap wajah sang ibu dengan Gerakan pelan dan monoton.
Pikiran Wawa menerawang.
Ingatan Wawa melambung pada peristiwa ketika IBU meninggal empat tahun silam. Suasana duka dan kesuraman yang ia rasakan saat ini sama persis seperti yang dirasakannya waktu itu.
CUT TO:
9.int. rumah musa – ruang tamu – morning – (flashback)
Oktober 2018
Dengan wajah muram dan mata sembab, WAWA duduk di samping kanan jenazah IBU yang baru saja tiba dari rumah sakit.
Di sebelah Wawa, KINKIN terus saja menangis. Sesekali ia mengusap wajah Ibu yang mulai kaku dan tampak pucat.
CUT TO:
CUT BACK TO:
10.int. rumah tante ati – ruang tamu – morning
Sekitar pukul sebelas lewat, jenazah Tante Ati sudah selesai dimandikan. Kini dalam proses dibungkus kafan.
WAWA bergabung dengan sekelompok wanita yang tengah mempersiapkan kain kafan.
11.int. rumah tante ati – ruang tamu - continous
Jenazah akhirnya telah selesai dikafani dan bersiap-siap untuk diangkat ke usungan.
Beberapa orang lelaki tampak sigap, saling membantu untuk mengangkat jenazah itu.
Pembacaan ayat kursi sudah berhenti. Kini tergantikan oleh lantunan tahlil dari PARA PELAYAT.
para pelayat (o.s)
Laa ilaaha illallah… Laa ilaaha illallah… Laa ilaaha illallah…
12.ext. pemakaman umum - day
AERIAL SHOT menampakkan suasana di sebuah pemakaman.
Tampak orang-orang berdiri mengitari sebuah lubang galian. Lantunan tahlil saling bersahutan seiring beberapa orang lelaki melompat turun ke liang lahad.
MUSA dan WAWA berdiri berdampingan beberapa meter dari liang lahad, sambil menyaksikan jenazah tante Ati diturunkan perlahan-lahan.
Pemandangan itu mengingatkan Musa pada hari ketika Bapak meninggal enam tahun lalu, dan pemakaman Ibu empat tahun lalu. Musa ingat pernah berada di lubang itu, membantu menurunkan jenazah orang tuanya dalam rentan waktu berbeda.
CUT TO:
13.ext. sebuah pemakaman umum – day – (flashback)
Januari 2016
Sambil menghitung sampai tiga dalam hati, MUSA melompat turun kedalam lubang, diikuti ALE, sang adik, dan disusul dua orang kerabat lain.
Tidak lama kemudian, jenazah bapak yang sudah terbungkus kafan diturunkan pelan-pelan.
CUT TO:
14.ext. sebuah pemakaman umum – day – (flashback)
Oktober 2018
MUSA dan ALE sudah menunggu lebih dulu di dalam liang lahad. Wajah mereka tampak dipenuhi keringat karena paparan sinar matahari. Sesekali tampak Musa menyeka keringat di keningnya menggunakan lengan baju.
Beberapa saat kemudian, jenazah Ibu yang terbungkus kafan diturunkan perlahan-lahan.
CUT TO:
CUT BACK TO:
15.ext. pemakaman umum - day
Setelah prosesi selesai, tampak para pelayat mulai meninggalkan pemakaman. Hanya tersisa beberapa kerabat yang masih tampak mendoakan.
Beberapa saat kemudian, WAWA dan MUSA pamit pada keluarga yang berduka.
wawa
(kepada Wita)
Saya pamit pulang dulu, yak.
Wawa mengulurkan tangan untuk menyalami Wita.
Wita menyambut salaman tangan Wawa lalu memeluknya erat)
wita
Makasih, dek ya sudah datang. Saya dan keluarga mengucapkan banyak terima kasih sama kalian.
wawa
Iya, kak. Sama-sama.
Wita melepaskan pelukan pada Wawa.
wita
Nanti malam datang ke takziyah, ya?
wawa
Iya, kak. Insyaallah.
16.ext. jalanan - day
Beberapa saat kemudian, Musa dan Wawa beranjak meninggalkan area pemakaman.
START SAD MUSIC
SLOW MOTION Perjalan pulang MUSA dan WAWA menggunakan motor. Musa mengendarai motor lambat-lambat sepanjang perjalanan.
musa (v.o)
Sejak kepergian bapak dan ibu, kematian menjadi semacam penanda bagiku. Sebuah pengingat bahwa dulu aku pernah begitu dekat dengan yang namanya mati.
musa (v.o) (cont’d)
Karenanya, sekarang ini aku menghargai kehidupan lebih dari apapun.
Di tengah teriknya matahari motor yang dikendarai Musa terus melaju dengan kecepatan menengah, menembus keramaian lalu lintas kota.
END SAD MUSIC