Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CON'T
Suka
Favorit
Bagikan
7. ACT 46-54

46. int. rumah musa – ruang tengah - night

Keluarga kecil yang tak dilengkapi orang tua itu baru saja selesai makan malam. Kini mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

Setelah mencuci piring, KINKIN kembali ke kamar untuk mengerjakan tugas kuliah. Sementara MUSA kembali ke depan komputernya. Sedangkan WAWA, seperti biasa duduk di ruang tengah, yang juga berfungsi sebagai ruang nonton, sambil menekan-nekan remote TV.

Wawa sedang memilih tontonan di channel TV digital berbayar. Rutinitas gadis itu sebelum berangkat tidur.

wawa

(menggumam sendiri) nonton Thunderbolts aja kali, ya?

Ia lalu memilih judul film itu dan mulai menontonnya.

Baru sekitar dua puluh menit film berjalan, terdengar suara pagar dipukul-pukul dan seseorang mengucapkan salam.

Dengan enggan Wawa mengalihkan pandangan dari layar TV kearah pintu di ruang tamu.

Pandangan Wawa menangkap Musa yang rupanya sudah bergegas membuka pintu.

Wawa menunggu sambil menatap layar TV dengan sikap siaga.

47. ext. rumah musa – halaman depan - continous

Sambil buru-buru MUSA membuka gembok pagar. Normalnya, jam segitu mereka memang sudah mengunci pagar sebab tidak ada lagi yang punya hajat keluar rumah dan mereka jarang sekali kedatangan tamu pada jam segitu.

Ketika membuka pagar, Musa terkejut mendapati ALE (28) sedang berdiri di luar pagar. Ale memanggul sebuah ransel serta menenteng tote bag yang cukup besar.

ale

Assalamu alaikum.

musa

Walaikum salam. Sendirian?

Musa celingak-celinguk ke kanan dan kiri.

ale

Iya, nih.

musa

(menatap heran) kabur dari rumah, ya?

Musa bercanda.

 

ale

(tertawa pahit) kamu nih ada-ada aja.

musa

Ya udah gih, masuk.

Musa memberi isyarat dengan gerakan kepala.

Ale menurut. Ia masuk ke halaman, lalu terus ke dalam rumah. sementara Musa menutup pagar dan kembali menggemboknya.

48. int. rumah musa- ruang tengah - continous

WAWA terkejut ketika melihat ALE tahu-tahu muncul dari ruang tamu dan menghampirinya di sofa. Seketika Wawa langsung mematikan TV.

wawa (o.s)

Lho, kamu datang nggak ngabarin?

ale

Iya nih, maaf dadakan.

Ale melepaskan ransel dari pundak dan meletakkannya di lantai bersama sebuah tote bag)

wawa

Sendirian kamu? Bilqis sama umanya mana?

ale (o.s)

Nggak ikut.

Beberapa saat kemudian Musa datang dan bergabung.

49. int. rumah musa – ruang tengah - continous

wawa

(menatap curiga) kamu sama istri kamu baik-baik aja, kan? Kalian lagi nggak berantem kan?

ale

(menghela napas penuh beban) kak Wawa, boleh nggak aku ceritanya besok aja? Aku mau istirahat dulu. Boleh kan aku nginap di sini?

Wawa tahu tidak ada gunanya mendesak. Ale menyandarkan kepalanya di sandaran sofa sembari memijit pelan bagian kening, menyiratkan kelelahan yang sangat.

wawa (o.s)

Ya udah, tunggu bentar. Kamarnya diberesin dulu.

Wawa kemudian beranjak ke kamar KINKIN.

50. int. rumah musa – kamar kinkin - continous

Setelah mengetuk beberapa kali, WAWA membuka pintu dan melongokkan kepala.

wawa

Kin, tolong beresin kamar kosong samping kamar Musa, ya?

kinkin

(menoleh pada Wawa) ada tamu ya?

wawa

Itu, Ale mau nginap.

Kinkin terlonjak senang.

kinkin

Ada Bilqis juga dong?

wawa

Nggak. Ale datang sendirian.

kinkin

(heran) loh kok? Kenapa?

wawa

(mendesis) nggak tahu tuh. Katanya ceritanya besok aja.

wawa (cont’d)

tolong ya diberesin. Aku mau kedapur dulu, bikin minum.

Wawa memberi isyarat dengan gerakan kepala. Kinkin bangkit dari kursi lalu berkata “baik cik gu” menirukan logat Melayu.

51. int. rumah musa – ruang makan - morning

Ada pemandangan yang tak biasa pagi itu. Di meja makan yang tiap pagi hanya diisi oleh WAWA dan kedua adiknya, kini bertambah dengan kehadiran ALE.

Di momen sarapan itu Wawa menghidangkan nasi goreng spesial buatannya dengan resep yang ia kembangkan sendiri.

ale

(kepada Wawa) wahh, skill memasak kak Wawa makin oke, ya? Aku kayak makan nasi goreng ala resto, lho.

kinki

Nah, bener kan? (kepada Ale) tau nggak, aku sempat bilang ke kak Wawa supaya buka bisnis kuliner aja.

ale

Oh ya? (menoleh ke Wawa) ide bagus, tuh kak Wawa. Boleh dicoba, tuh.

wawa

Kalau sekarang mungkin belum. Aku masih senang mengajar.

Setelah sarapan, Wawa, Ale dan Kinkin bersiap-siap untuk pergi.

ale (o.s)

Mus, aku pinjem motor, ya?

Tampak Musa sedang sibuk di depan komputer.

musa

Boleh, tapi sekalian drop si Kinkin ke kampusnya.

ale (o.s)

Siap!

ale (o.s) (cont’d)

Kin, buruan! Aku yang antar.

kinkin (o.s)

Iya, bentar!

Sambil tergopoh-gopoh Kinkin mendatangi Musa di meja kerjanya.

kinkin

(menyampirkan tas di bahu) Mus, bagi duit lagi.

musa (o.s)

Buat apa?

kinkin

Ada kunjungan industry hari ini. Katanya mau tengok-tengok pabrik pengolahan snack apa gitu. Siapa tau butuh bayar-bayar.

musa (o.s)

Berapa?

kinkin

Seratus aja.

Musa menghentikan kegiatan, lalu dirogohnya saku celana dan mengeluarkan beberapa lembar uang.

Dipilihnya selembar uang seratusan lalu ditambahkan lagi satu lembar uang dua puluh ribu kemudian menyerahkan uang itu pada Kinkin.

musa

Dua puluhnya buat jajan. Kali kamu mau beli boba atau apalah.

kinkin

Yayyyy aseeeeekkk…makasih ya. Musa baek deh…

musa

Nggak manggil kak lagi?

kinkin

Kagak! (tertawa) ya udah, aku berangkat ya. Assalamu alaikum.

Kinkin kemudian beranjak.

musa

Alaikum salam.

52. int. sma internasional – kantin sekolah – jam istirahat - day

WAWA baru saja meletakkan nampan berisi makanan yang dipesannya dari IBU KANTIN. Pemandangan tidak biasa itu memicu reaksi kebingungan beberapa kolega Wawa, sebab selama ini mereka tahu Wawa selalu membawa bekal dari rumah dan memakannya di ruang guru.

Tidak terkecuali CODI HARRINGTON (31), bule asal Amerika, guru Sastra Iggris, yang juga kolega mengajar Wawa di sekolah Internasional.

Melihat anomali itu, CODI segera menghampiri Wawa. Ia meletakkan nampan berisi makanan di atas meja di depan Wawa.

 

codi

Is everything alright? (bertanya dengan penasaran)

Wawa menatap Codi dengan tatapan bersahabat.

wawa

Pakai Bahasa Indonesia aja, kan lagi istirahat?

codi

Kenapa kamu tidak mau pakai Bahasa Inggris?

Codi berbahasa Indonesia dengan aksen Amerika.

wawa

(menghela napas) lagi nggak kepingin aja.

codi

Oh, okay. Kita pakai bahasa Indonesia saja.

codi (cont’d)

Jadi, kamu baik-baik aja? Karena kamu unsually makan di kantin macam begini.

wawa

Iya nih, aku juga baru sadar kalau tadi lupa bawal bekal dari rumah.

codi

Hmmm…saya tidak mengerti kenapa kamu bisa lupa. Tapi, bagus juga karena kamu bisa makan di sini bareng-bareng.

Codi tersenyum-senyum senang.

Meski sudah hampir tiga tahun menjadi kolega mengajar Wawa di sekolah itu, dan sudah terbiasa mendengar Codi berbahasa Indonesia dengan aksen semacam itu, tetap saja Wawa merasa geli mendengarnya.

Seolah perutnya digelitik oleh sekumpulan kupu-kupu.

53. int. sma internasional – ruang loker guru - afternoon

Setengah jam setelah kegiatan sekolah selesai, Wawa merapikan barang-barangnya dari loker dan bersiap-siap pulang. Ketika hendak memasukkan sepatu pantofelnya ke dalam loker, tiba-tiba Wawa merasa pusing. Pandangannya berputar-putar, lalu seketika berubah gelap.

Wawa kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh ke lantai. Karena ruangan itu sepi, tak ada seorang yang melihat Wawa.

Wawa berusaha untuk bangkit, tapi gagal. Penglihatannya makin gelap. Ia pasrah dan membiarkan dirinya terbaring di lantai.

Beberapa saat kemudian, sayup-sayup Wawa seolah mendengar seseorang berbicara.

codi

(panik) Wawa, can you hear me?

Codi menarik Wawa kedalam pelukannya sambil memapah kepala Wawa lengannya. Ia juga menggucang-guncang dengan pelan tubuh Wawa.

codi (cont’d)

Wawa, can you hear me? Say something, come on. Wawa, please say something (cemas)

Wawa hanya terkulai lemas dalam dekapan Codi.

Tanpa buang tempo Codi segera mengangkat tubuh Wawa dan menggedongnya menuju ruang kesehatan untuk mendapatkan pertolongan.

54. int. ruang kesehatan sma internasional – ruang perawatan - afternoon

Beruntung ketika Codi tiba di ruangan itu tepat waktu, DOKTER jaga masih belum meninggalkan ruangan sehingga Wawa bisa langsung mendapatkan pertolongan pertama.

Setelah beberapa saat beristirahat, Wawa akhirnya membuka mata. Ia menjumpai Codi berada di sisi ranjang dan menunggunya.

codi

Hey, you finally wake up (berkata dengan lembut) you scared me, you know that?

wawa

(mencoba tersenyum) sorry…it was unexpected.

Wawa menggerakkan tubuhnya sedikit. Codi mencoba menahannya seolah-olah Wawa adalah sesuatu yang sangat rapuh sehingga harus dijaga dengan hati-hati.

Jeda ketika Dokter jaga datang menghampiri Wawa di ranjang.

dokter Jaga

(kepada Wawa) Miss Pandan Wangi, bagaimana perasaannya sekarang?

wawa

Masih agak pusing, Dok.

dokter jaga

Apa Miss sering mengalami blackout seperti ini?

wawa

Kalau pusing-pusing, lemas, sama pandangan gelap, sudah cukup sering. Terutama setahun belakangan ini.

wawa (cont’d)

Tapi kalau blackout, baru kali ini, Dokter.

dokter jaga (o.s)

Begini, Miss Pandan Wangi, sepertinya Miss menunjukkan gejala anemia. Saya belum bisa pastikan, berhubung kita hanya di ruang kesehatan sekolah.

dokter jaga (o.s)(cont’d)

Cuma untuk memastikan, saya sarankan Miss check up ke rumah sakit.

wawa

Iya, dokter. I’ll do that. (jeda) makasih, ya dokter.

dokter jaga

Terima kasihnya sama Mr. Harrington juga, dong. Dia tadi gercep banget lho (tersenyum menggoda)

Wawa dan Codi malah kompak tersipu.

dokter jaga

(tersenyum) ya sudah, sekarang saya tinggal ya. jam bertugas saya sudah lewat, nih.

wawa

Iya, dok. Makasih sekali lagi.

Sang dokter pun beranjak.

codi

(menatap Wawa) Kita juga pulang.

codi (cont’d)

This time no decline. I will get you to home. Period.

Codi memasang tampang sok tegas.

wawa

(pasrah) oke oke,

codi

(penuh semangat) finally!

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)