Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CON'T
Suka
Favorit
Bagikan
8. ACT 55-63

55. int. rumah musa – ruang tamu - night

MUSA membuka pintu dan agak terkejut saat melihat WAWA pulang bersama seorang lelaki bule. Sebelum Musa sempat buka mulut, Wawa lebih dulu menjelaskan alasan kedatangan CODI saat itu. Wawa juga menjelaskan status Codi sebagai kolega mengajarnya di sekolah.

musa

Oh, gitu. (setengah berbisik pada Wawa) bisa Bahasa Indonesia nggak sih dia?

Wawa memberi isyarat pada Musa dengan anggukan singkat.

musa (cont’d)

(kepada Codi) makasih banyak, ya mister sudah mengantar kakak saya pulang dengan selamat.

codi

Oh ya, tidak masalah. Saya juga senang sudah tahu rumahnya Wawa.

codi (cont’d)

Dan panggil Codi saja. Itu nama saya.

musa

Oh iya, mister Codi. Sekali lagi terima kasih, ya.

Beberapa saat kemudian Codi pamit. Musa mengantar Codi sampai ke pagar, sambil mengawasi lelaki bule itu masuk ke mobil.

musa (v.o)

Wuihh, nih bule kece juga ya? punya Lexus dia.

Setelah menyalakan mesin mobil, Codi menurunkan kaca mobilnya dan pamit pada Musa seraya melambaikan tangan. Musa membalas lambaian tangan Codi.

musa

Ya mister, Codi. Hati-hati

Mobil itu pun bergerak pergi.

56. int. rumah musa – ruang tengah - night

Seharusnya setelah makan malam WAWA beristirahat. Tetapi KINKIN malah heboh membicarakan tentang bule yang tadi mengantar Wawa pulang.

Meski pun Codi hanya mengantar sampai ruang tamu, dan hanya sempat mengobrol singkat dengan MUSA, tetap saja itu membuat Kinkin girang sampai jadi heboh sambil memasang tampang penuh harap.

kinkin

Apakah si bule itu adalah calon kakak iparku?

wawa

(cekikikan) ihhh…mulut.

kinkin

Dia kan ngaterin kak Wawa pulang?

wawa

Codi itu Cuma nolongin aku tadi

kinkin

(makin heboh) wiihhh, Namanya Codi? Lucu banget, imut.

wawa

Isshh…Kinkin jangan lebay gitu, deh.

musa

Ya, kalau aku perhatiin sih, bule itu orangnya baik. Dia sopan. Dia kayaknya suka sama kamu deh, Wa.

wawa

apa sih, Mus. Orang dia cuma nolongin tadi. Dia memang orangnya baik.

musa

Kalau dia beneran suka sama kamu, ya udah. Nanti kalau dia datang melamar, kamu terima aja.

wawa

Kalian tuh, ngomongnya kejauhan.

Wawa berusaha menyembunyikan semu merah di wajahnya.

Kamera bergerak ke atas perlahan-lahan menuju lampu ruang keluarga.

LONG SHOT lampu ruang keluarga dilatarbelakangi suara riuh obrolan Wawa dan kedua adiknya.

57. int. rumah musa – kamar tamu - continous

Sementara itu di kamar, ALE duduk di tepi ranjang dengan posisi duduk sedemikian rupa. Ia berusaha menahan gejolak yang menghantam dadanya setelah membaca pesan teks yang masuk ke WhatsApp-nya.

Dengan tubuh gemetar sambil menatap tidak percaya layar ponselnya, Ale berusaha menenangkan buncahan emosinya.

CLOSE ON pesan teks dari sebuah kontak yang diberi nama ISTRIKU: aku sudah daftarkan perceraian kita di pengadilan. Kamu tinggal tunggu panggilan sidang.

58. int. rumah musa – ruang tengah - continous

ALE mendadak muncul dari kamar tamu yang sejak dua malam lalu ia tempati. Ia memegang ponselnya. Ekspresinya saat itu benar-benar sulut diterjemahkan. Antara marah yang berusaha diredam bercampur dengan kesedihan dan ketidakberdayaan.

Perlahan ia mendekati ketiga saudaranya yang lain yang sedang mengobrol di sifa ruang tengah.

ale

Kak Wawa, bisa ngomong sebentar?

Suara Ale terdengar bergetar dan hampir menangis.

wawa

(menoleh) kenapa, Le?

Wawa mulai cemas saat melihat raut wajah Ale. Ale mendekat pada Wawa lalu menyerahkan ponselnya. Dengan bingung Wawa mengambil ponsel dari tangan Ale lalu membacanya.

wawa

Ya Allah, kok bisa gini sih?

59. int. rumah musa – ruang tengah - continous

ALE tak kuasa menahan gemetar tubuhnya. Seketika tersungkur di lantai dalam keadaan berlutut. WAWA bergegas bangkit dan membantu Ale untuk duduk di kursi. Wawa duduk di sebelah Ale.

wawa

jadi, kamu mau cerita apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Hanna mengajukan cerai?

Ale berusaha menahan air mata.

ale

Dia bilang dia udah capek sama aku. Capek sama semua kelakuan aku, sama ketidakpedulianku.

ale (cont’d)

Aku bener-bener nggak ngerti kelakuanku yang mana yang bikin dia capek? Aku juga nggak ngerti di mana letak ketidakpedulianku.

Ale menahan buncahan emosi dalam dadanya. Napasnya yang berat naik-turun.

60. int. rumah ale – ruang tengah – afternoon – (flashback)

ALE tersentak bangun dari tidur ayamnya karena mendengar suara pintu dibanting dari arah kamar tidurnya. Cepat-cepat Ale bangkit dan berjalan menuju kamar tidur.

CUT TO:

61. int. rumah ale – kamar tidur – petang – (flashback)

ALE membuka pintu kamar tidur dan menjumpai kamarnya berantakan. Lembaran pakaian berhambur di lantai. HANNAH (28), istri Ale saat itu sedang mendudukkan BILQIS (2,5) di pangkuannya sambil memakaikan kerudung ke kelapa gadis kecil itu.

ale

(kepada Hanna) ada apa ini, uma?

Hanna

Pakai nanya ada apa (geram)

ale

Kamu mau pergi?

Hanna

(geram) kamu nggak lihat?

Hanna tidak lagi menggunakan kata ‘abuya’ sebagai panggilan sayangnya pada sang suami.

ale

(berusaha menahan amarah) aku nggak ngasih kamu izin buat pergi, apalagi bawa Bilqis. Dia masih kecil.

Hanna

(nyolot) siapa yang butuh izin kamu? Saya bebas pergi kapan aja.

ale

(menaikkan nada bicara) saya masih suami kamu!

Hanna bangkit dari duduk sambil menggedong Bilqis.

Hanna

beresin dulu urusan nafkah baru kamu boleh sebut diri kamu suami.

Setelah berkata seperti itu Hanna bergegas meninggalkan kamar.

CUT TO:

62. int. rumah ale – ruang tamu – continous – (flashback)

ALE mengejar HANNA sampai ke ruang tamu.

ale

Maksud kamu apa? Kamu bicara seolah-olah aku nggak ngasih kamu nafkah.

Hanna menurunkan Bilqis dari gendongan lalu berbalik menghadapi Ale dengan sikap menantang.

Hanna

Kamu sadar, nggak kalau selama ini aku menafkahi diriku sendiri?

Hanna (cont’d)

Aku jualan tiap hari, ngasilin uang, bayarin tagihan listrik, air, semuanya!

ale

(menatap heran Hanna) dua pertiga gaji mengajarku aku kasih ke kamu buat penuhi kebutuhan. Maksud kamu apa kamu yang bayarin semuanya?

Hanna

(marah) aku nomboklah. Nombok banyak! Gaji segitu nggak cukup buat bayar semua biaya hidup.

Hanna (cont’d)

Aku capek tiap hari cari uang, ditambah ngurus Bilqis juga. Kamu pulang-pulang malah enak tidur.

ale

Aku cuma istirahat sebentar. Kan aku juga capek ngajar dari pagi.

ale (cont’d)

Lagipula, aku toh nggak membebani kamu sepenuhnya dengan urusan rumah tangga. Toh aku yang nyuci, masak, cuci piring, beres-beres rumah…

Hanna

Ohhh…jadi sekarang ngungkit?!

ale

Aku bukannya ngungkit, tapi tolong dong, kamu hargai. Aku juga sudah berusaha.

ale (cont’d)

Urusan gaji ngajarku yang kecil, kan yang Namanya rezeki Allah yang ngatur, kita sebaiknya banyak sabar.

Hanna

Itu bukan usaha, kamu stuck di zona nyaman kamu.

Hanna

Dan ngomong-ngomong soal rezeki, (beat) aku kok bisa ya dapetin lebih banyak dari kamu padahal cuma tinggal di rumah?

Hati Ale merasa tersengat dengan ucapan Hanna.

ale

Kayaknya ngomongmu udah keterlaluan…

Hanna mengibas-ngibaskan tangan dengan geram.

Hanna

Udah, udah ya, aku nggak mau debat lagi. Pokoknya selesaikan dulu urusan nafkah, baru habis itu kita bicara lagi.

Hanna (cont’d)

Satu lagi, kamu taruh itu kunci mobil sama motor. Karena itu bukan punya kamu. Nanti aku minta tolong adikku buat ngambil.

ale

(lirih) Hanna…

Tanpa peduli apa yang akan dikatakan Ale, Hanna bergegas menggendong Bilqis dan meninggalkan rumah.

CUT TO:

CUT BACK TO:

63. int. rumah musa – ruang tengah - night

Ketiga saudara ALE tampak syok mendengar mendengar pengakuan Ale.

wawa

Dari kapan kejadiannya?

ale (o.s)

Sudah sepekan.

wawa

Kok kamu nggak langsung cerita?

ale

Setelah Hanna pergi dari rumah, aku berusaha menemui dia di rumah orang tuanya. Aku pikir bisa bicara baik-baik. Jadi masalahnya nggak perlu sampai berlarut-larut. Tapi dia benar-benar nggak mau ketemu aku.

musa

(kepada Ale) terus rencana kamu sekarang apa?

ale

(pasrah) nggak tahulah. Pikiran benar-benar buntu.

wawa

Yah, mungkin untuk sekarang kamu memang nggak usah ngapa-ngapain. Tunggu aja sampai sidang.

ale

Tapi aku nggak mau cerai, kak Wawa.

wawa

Sidang pertama kan nggak langsung jatuh talak, ada proses mediasi dulu. Yah, siapa tahu kan ada keajaiban, kalian bisa rujuk, atau apalah.

Ale terdiam.

wawa (cont’d)

Untuk sekarang, kamu tenangin diri kamu. Aku tau ini nggak akan mudah, tapi berusaha jalani semuanya seperti biasa. Jangan grasa-grusu. Itu nggak akan membantu menyelesaikan masalah. Semoga Allah kasih jalan terbaik.

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)