Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CON'T
Suka
Favorit
Bagikan
6. ACT 39-45

39.  int. — rumah musa- ruang tengah- night

Musa, Wawa, dan Kinkin sedang berada di ruang tengah. Sebuah TV layar datar menyala, menayangkan drama seri Korea. Musa dan Kinkin fokus menonton acara di TV. Sedangkan Wawa sibuk dengan pekerjaannya di depan laptop.

Tidak lama ponsel Musa berbunyi. Dia melihat layar ponsel. Seketika ekspresinya berubah berbinar-binar. Musa lalu berdiri.

Kinkin mengalihkan pandangan dari layar TV ke Musa.

kinkin

Mau kemana?

musa

Ke kamar bentar.

Tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel Musa beranjak dari ruang tamu ke kamarnya.

kinkin

Emang kenapa, sih?

musa (O.S)

Ada telepon, bentar

Kinkin menatap kepergian Musa dengan heran. Ia lalu menoleh pada Wawa yang duduk tidak jauh darinya.

kinkin

Kak Wawa, Musa kenapa, sih? Tumben-tumbenan jawab telepon pake pergi segala.

wawa (O.S)

Telepon penting mungkin.

kinkin

Atau jangan-jangan Musa beneran punya pacar, ya?

wawa (O.S)

Bisa jadi.

Kinkin tampak berpikir sejenak. Wajahnya sumringah ketika sebuah ide jahil melintas. Dia bangkit dari sofa hendak menyusul Musa.

wawa (O.S)

Eh, mau kemana?

kinkin

(nyengir) Bentar kak Wawa, aku mau cari info dulu.

wawa

Nguping?

kinkin

(nyengir makin lebar) dikit aja, kak.

Kinkin memberi isyarat dengan mempertemukan ibu jari dan telunjuk. Wawa geleng-geleng kepala dengan geli. Kinkin lalu beranjak mendekati pitu kamar Musa. Ia lalu menempelkan sebelah telinganya ke pintu.

40.  int — rumah musa- kamar musa- continous

Begitu Musa tiba di kamar dan menutup pintu, ia menjawab panggilan telepon.

musa

(on phone) Ya, halo Afrah.

afrah (O.S)

Hai, Mus. Kamu lagi ngapain?

musa

Lagi nyantai aja, sih. Kenapa?

afrah (O.s)

Besok ketemuan lagi, yuk? Jalan-jalan ke mana gitu.

musa

Ke mana?

afrah (o.s)

Yah ke mana aja. Yang penting kita bisa jalan. Aku pengen ngobrol-ngobrol lagi sama kamu.

Wajah Musa tampak begitu bahagia ketika mendengar Afrah berkata seperti itu. Musa berpikir sejenak. Sebuah ide melintas.

musa

Gimana kalo jalan ke tempat favoritku aja.

afrah (o.s)

Di mana?

musa

Adalah pokoknya.

afrah (o.s)

Oke, kalo gitu besok ya? Jam lima. Bisa, kan?

Musa membuat gerakan “yes” tanpa suara.

musa

Siap. Aku jemput, ya?

afrah (o.s)

Jangan, nggak usah. Kamu share-lok aja.

Musa tampak termenung. Hening tercipta selama beberapa saat.

afrah (o.s)

Mus? Halo? Kamu masih di situ, kan?

musa

(agak gelagapan) eh…iya…iya nanti besok aku share-lok.

afrah (o.s)

Oke. Ya, udah see you tomorrow. Selamat malam.

musa

(lesu) selamat malam.

Setelah sambungan telepon selesai, Musa berdiri termenung dekat meja belajar dengan ponsel masih menempel di telinga. Perasaannya campur aduk, antara senang tapi juga bingung.

41. ext. gerobak nasi goreng mas anto - night

Musa dan Afrah masuk ke sebuah tenda penjual nasi goreng tektek pinggir jalan. Tempat itu adalah warung tenda langganan Musa.

musa

(kepada Mas Anto) Nasi Goreng, Mas. Dua.

mas anto (o.s)

Pakai Lombok, ndak?

musa

Pakailah, Mas.

mas anto (o.s)

Yang satunya?

Musa menoleh pada Afrah yang berdiri tidak jauh darinya.

musa

Kamu pedes, nggak?

afrah

Iya, dikit.

Afrah membuat tanda dengan mempertemukan ujung jari telunjuk dan jempol.

musa

(kembali pada Mas Anto) dikit aja katanya.

mas anto

Siap, Mas Musa.

42. ext. gerobak nasi goreng mas anto – moments later

Musa kemudian mengajak Afrah untuk duduk di bangku panjang kayu khas gerobak pinggir jalan dan menunggu pesanan mereka datang.

Musa dan Afrah duduk saling berhadapan. Afrah melebarkan pandangan ke kanan dan kiri.

musa

Kenapa? Nggak nyaman ya makan di di pinggir jalan kayak gini?

afrah

Nggak kok. Aku juga sering makan bakso pinggir jalan. Aku Cuma heran aja kok sepi ya? Cuma kita berdua yang dine in di sini.

Musa menengok jam di ponselnya.

musa

Ohh, bukannya sepi, ini baru jam delapan. Di sini itu ramainya nanti jam sepuluhan ke atas.

afrah

Kamu sering makan di sini?

musa

Nggak, aku biasanya bawa pulang. Lebih suka makan di rumah.

Afrah agak melongo mendengar jawaban Musa sebab Musa tampaknya tidak menangkap maksud pertanyaannya tadi.

Afrah membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tetapi Musa tahu-tahu bangkit.

musa

Bentar, ya?

Musa meninggalkan meja dan menghampiri Mas Anto.

43. ext. gerobak nasi goreng mas anto – moments later

QUICK CLOSE SHOT proses Mas Anto membuat nasi goreng.

Mas Anto menaikkan nyala api kompornya, di atas tungku sudah ada wajan besar untuk menggoreng.

Mas Anto menuangkan sedikit minyak goreng. Setelah beberapa saat Mas Anto memecahkan sebutir telur dan menuangkannya ke dalam minyak yang mulai panas. Mas Anto mengulang proses yang sama untuk telur kedua.

Setelah menyisikan telur ceploknya yang sudah matang, Mas Anto menungkan lagi minyak.

Sementara menunggu minyak panas, Mas Anto mencincang bawang Bombay dan bawang merah.

Hasil cincangan itu kemudian dimasukkan kedalam minyak, lalu Mas Anto mulai menumis.

Mas Anto lalu memasukkan nasi putih sebanyak dua takaran mangok ayam.

Sembari mengaduk-aduk, Mas Anto memasukkan bumbu baceman, garam, merica, saos tomat, kecap manis, kecap asin dan penyedap rasa. Semuanya diaduk rata.

CLOSE ON nasi goreng yang diaduk Mas Anto di dalam wajan.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN—

Setelah Mas Anto menuangkan satu porsi nasi goreng ke piring, seperti biasa Musa memberi instruksi untuk menaikkan kembali ke atas kompor satu porsi yang tersisa di wajan.

Musa lalu meminta Mas Anto menambahkan tujuh sendok sambal kedalam nasi goreng itu.

Aroma pedas yang menyengat seketika menguar di udara seiring Mas Anto mengaduk-aduk nasi goreng itu di atas wajan. Mas Anto menutup hidungnya menggunakan serbet yang biasa ia pakai mengelap tangannya.

Dari tempat Afrah berada, terdengar wanita itu mulai bersin-bersin.

Musa bergegas menghampirinya.

44. ext. gerobak nasi goreng mas anto – continous

Afrah menyeka hidungnya yang mendadak berair setelah bersin beberapa kali. Musa justru tampak tidak terpengaruh dengan sengatan pedas itu.

afrah

itu nasi goreng apa, sih? Sampai bikin bersin-bersin gini.

musa

Oh, itu nasi goreng pesananku. Yang pedas.

afrah

Punya aku nggak sepedas itu, kan?

musa

Tenang, aman.

45. ext. gerobak nasi goreng mas anto – moments later

Beberapa saat kemudian Mas Anto datang membawa dua piring nasi goreng untuk Musa dan Afrah.

mas anto

Silakan, Mas Musa, mbaknya.

CLOSE ON dua piring nasi goreng di atas meja yang masing-masing memiliki warna berbeda.

Mas Anto kemudian kembali ke gerobaknya.

afrah

(terbelalak) Allahu Akbar! Itu sambelnya berapa sendok? Warnanya kok kayak api neraka gitu, sih?

Musa tergelak. Tidak menyangka Afrah akan berkomentar seperti itu.

musa

Nggak banyak-banyak kok. Cuma tujuh sendok.

afrah

(tercengang) yakin kamu bisa makan itu? Pedes banget loh itu.

musa

Bisalah, udah biasa kok.

Musa mulai mengaduk nasi gorengnya untuk mencampurkan bawang goreng dan suwiran ayam.

Afrah mengamati sejenak. Lalu terbersit di benaknya untuk mencoba nasi goreng selera Musa itu.

afrah

Tunggu bentar. (mengambil sendok) aku coba dikit, ya?

Afrah lalu menyendok nasi goreng dari piring Musa dan menyuapkannya ke mulut)

Tiba-tiba…

afrah (cont’d)

(sedikit menjerit)

Yaa Allah pedes banget!

Afrah mengibas-ngibaskan tangan tanda kepedisan.

 afrah (con’t)

Gila ini pedes sih, banget! Kamu gila, Mus!

musa

(tergelak) harusnya jangan dicoba.

Afrah masih mengibas-ngibaskan tangan lalu menjerit pendek.

afrah

Minuuuummmm…

musa

(kepada Mas Anto) Mas, minta es tehnya satu, dong.

Mas Anto bergegas mengambilkan segelas es teh.

Beberapa saat kemudian Mas Anto datang membawakan segelas es teh yang dipesan Musa. Mas Anto meletakkan gelas es teh lalu melihat Afrah, heran.

mas anto

Kepedesan, mbak? Padahal sambalnya dikasih cuma dikit kok.

afrah

Sini cepetan, Mas

Afrah segera meraih gelas berisi es teh dan mengguknya cepat-cepat.

musa

Itu, tadi dia cobain sedikit punyaku.

mas anto

(tertawa) owalah, pentes. Aku aja yang bikinin pesanan Mas Musa kapok.

afrah

(tersengal-sengal) aku nggak tahu bakal sepedes ini.

Afrah meminum es tehnya lagi.

musa

Ya, udah coba dulu punya kamu.

Musa memberi isyarat dengan gerakan kepala menunjuk piring nasi goreng di depan Afrah.

 

Sejenak Afrah tampak ragu. Ia kemudian  mengaduk nasi goreng itu pena-pelan lalu memasukkan suapan pertamanya kedalam mulut. Disusul suapan kedua, lalu ketiga dan keempat.

musa

(mengamati) wuihh, ada yang doyan, nih.

afrah

Hmmm…enak banget loh ini.

musa

(kepada Mas Anto dengan nada agak tinggi) Mas Anto, enak katanya.

Dari arah gerobak, Mas Anto mengacungkan jempol pada Musa.

Musa dan Afrah kemudian melanjutkan kegiatan makan mereka.

Kamera bergerak menjauhi Musa dan Afrah. Terus bergerak kearah jalan yang menampakkan arus lalu lintas yang masih agak ramai.

afrah (o.s)

Eh, Mus aku kayaknya nagih, nih. Nanti kapan-kapan ke sini lagi, ya?

Perlahan kamera mengangkasa, memperlihatkan barisan lampu jalan, lalu terus naik menuju langit yang gelap.

 

 

 

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)