Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerita Ini Belum Berjudul
Suka
Favorit
Bagikan
13. Scene #61-65

61. INT. RUANG TAMU (2021) — MALAM

Alina masih di depan teve. Hassan keluar dari kamar mereka. Lalu menunjuk Alina dengan marah.

HASSAN
Kamu itu, sudah saya bilang jangan kurang ajar, ya! Dia itu kakak kamu, anak pertama! Kalau ngomong yang sopan. Lihat itu kakak kamu sampai nangisnya begitu, berani kamu, hah?

Alina berdiri dan melengos. Dia hendak berjalan ke kamar.

ALINA
Dia saja yang berlebihan. Orang cuman ngomong biasa.
HASSAN
KAMU ITU YA!

Alina kaget mendengar bentakan Hassan. Hassan mendekat ke Alina lalu memukul kepalanya ke samping sambil mengomel.

HASSAN
Kamu itu memang mulutnya kurang ajar. Nggak sopan!
ALINA
Terus saja! Sudah dengar cerita dari aku belum?!
HASSAN
MELUNJAK YA--

Hassan sudah siap memukul tapi Amira menangis dari kamar sambil sesak napas, dia memegang jantung seperti orang sudah lemah.

Farah mengelus punggungnya.

AMIRA
Sudah, sudah...

Hassan berdecak. Dia buru-buru ke Amira, tapi berhenti. Lalu kembali lagi ke Alina.

HASSAN
Kakak kamu itu tahu. Tahu segalanya. Tahu salah dia apa. Dulu, saat di bis sama papa untuk kesekian kalinya gagal wawancara, dia juga tahu dan bilang "iya, ya, aku anak pertama. Harusnya aku kasih contoh yang baik untuk adik-adik aku, tapi apa? Aku begini terus. Aku juga nggak mau." Jangan kamu pikir dia nggak paham kondisi. Kamu yang sopan, yang baik. Mau gimana juga, dia kakak kamu. Kakak. Jangan lupa.
HASSAN
Dia sudah tahu. Dia punya rencana sendiri. Cita-cita sendiri.
ALINA
Terus aku? Aku apa? Selama ini aku selalu menjadi nomor dua, tiga bahkan setelah Abian. Dan sekarang, setelah harapan papa ke anak pertama putus, jadi aku yang dibebankan? Iya? Setalah itu, setiap hari disinisin harus buru-buru dapat kerja, setiap hari disinisin karena masih juga belum dapat tawaran wawancara, dibilang susah bayar wisuda tapi masih nganggur. Jadi aku ini apa? Hanya buangan saja? Pelarian karena yang selama ini dibela-bela nggak sesuai harapan?
HASSAN
Siapa yang kayak begitu? Papa begini karena Amira sudah jelasin semuanya dari awal. Apa yang ingin dia lakukan dan apa resikonya. Dia punya mimpi, Nak. Mimpi. Cita-cita. Saya sebagai ayahnya masa diam saja?

Alina terdiam.

HASSAN
Sekarang bilang sama saya, kamu maunya apa? Apa mimpi kamu?

Alina memalingkan wajah.

ALINA (V.O)
Hanya ingin terlihat.

Hassan membuang napas dan masuk kamar. Dia mengusap punggung Amira. Alina hanya berdiri sambil melihat mereka dari pintu. Farah sibuk menggosok kening Amira dengan obat gosok.

ALINA
Aku yang dipukul kok dia yang nangis.
HASSAN
Itu bukan pukul. Kalau saya pukul, mati kamu.

Alina mendengus dan melengos pergi. Dia melihat pintu kamar Abian terbuka sedikit. Abian menatap dari celah pintu.

CUT TO:

62. INT. KAMAR TIDUR (2021) — TENGAH MALAM

Alina bangun dari kasur. Kamarnya gelap. Alina berjalan melewati ruang tamu, lalu masuk ke kamar mandi.

CUT TO:

63. INT. KAMAR MANDI (2021) — TENGAH MALAM

Di kamar mandi, Alina berdiri diam sambil berkacak pinggang. Dia melihat ke atap. Lalu bengong ke depan seperti orang bingung.

Alina menarik napas. Alina mendadak jongkok.

Kepalanya menunduk ke bawah sambil ditutup dua tangan. Tidak ada suara. Hanya Alina yang terdiam seperti itu.

Bahu Alina mulai berguncang. Dia menangis tanpa suara. Alina melepas tangannya. Matanya sudah merah dan bengkak, air mata membasahi seluruh wajah, bibirnya merah.

Alina terisak. Saat ada suara yang keluar, Alina buru-buru membekap diri sendiri dengan tangan, lalu menggigit jari tunjuknya agar diam.

Alina menangis keras sekali sampai kesulitan bernapas. Dia sesenggukan. Alina bertumpu pada bak mandi untuk berdiri. Alina terdiam dengan wajah basah dan sembab.

Tiba-tiba dia seperti berteriak keras dan marah tapi tanpa suara sama sekali. Berkali-kali berteriak, mulutnya terbuka lebar tanpa suara.

Alina diam lagi. Dia membasuh wajah. Dia menatap dirinya di cermin. Seolah tidak terjadi apa-apa, dia keluar dan kembali ke kamar.

Abian berdiri di pintu kamarnya. Alina kaget.

ALINA
Apa?
ABIAN
Tadi aku beliin susu rasa pisang pas keluar sama ibu. Suka kan?
ALINA
Makasih.
ABIAN
Besok nonton, yuk? The Eternals sudah keluar loh. Aku nabung uang jajan.
ALINA
Sok banget. Adik aku sudah bisa nabung sekarang?
ABIAN
Iya, lah.
ALINA
Kok nggak ajak Kak Amira? Sama Kak Amira juga lah.
AMIRA
Kak Amira mah nggak paham film beginian. Lagian uangnya cukup berdua doang.

Abian terkekeh. Dia melewati Alina ke arah kamar mandi, lalu mengusap kepala Alina dengan mudah karena dia jauh lebih tinggi. Alina menepis tangan itu sambil tersenyum tipis sekali.

ABIAN
Cita-cita kamu bukannya jadi sekretaris CEO muda, anak tunggal kaya raya yang setengah orang Turki dan bucin? Nanti bakal jadi suami kamu, kan?
ALINA
Ah, iya lupa! Birkin moms, throphy wife. Aku punya mimpi ternyata. Harusnya tadi aku bilang itu.

Abian tertawa dan menggeleng. Dia masuk ke kamar mandi.

CUT TO:

64. INT. KAMAR TIDUR (2021) — TENGAH MALAM

Alina naik ke atas kasur dan rebahan.

Alina menarik ingus. Dia menyeka sisa air mata. Farah membalik badan di sebelahnya, lalu memeluk Alina dari belakang. Tangis kecil Alina pecah lagi. Farah mengelus punggungnya pelan dari belakang.

FARAH
Tidak pernah sekali pun ada maksud untuk membeda-bedakan, ibu pikir ibu tahu anak ibu masing-masing. Tapi mungkin selama ini salah. Ibu pikir kamu yang paling kuat. Paling tidak pernah mengeluh dan menangis. Karena kamu tidak sering banyak protes, ibu otomatis membuat kamu selalu mengalah.

Farah membelai kepala Alina.

FARAH
Dulu ibu merasa bersalah karena kakak harus kehilangan segalanya secara mendadak. Dia kehilangan teman, lingkungan yang familiar, dan gaya hidup serba cukup. Sudah begitu, dia harus rela mengurus ibu sampai ibu benar-benar pulih.

Alina menyeka air mata.

FARAH
Dan ibu merasa bersalah karena Abian tidak pernah cukup. Dia tidak pernah merasakan kelebihan, tidak pernah merasakan apa yang kamu dan kakak kamu punya dulu. Rumah yang mewah, sekolah yang bagus, makanan yang enak, dan mainan yang banyak.

Farah menghela napas.

FARAH
Jika terlihat seperti ibu mengabaikan kamu Lin, justru selama ini ibu paling mengandalkan kamu. Ibu merasa ibu bisa melakukan semua ini karena ada kamu. Kamu membuat ibu lebih ringan. Kamu tidak banyak mau, selalu mengalah, dan tidak pernah protes. Kamu pintar mengurus diri sendiri, apa-apa dilakukan tanpa bantuan orang lain, dan kamu selalu bisa apa saja. Kamu banyak bantu ibu di rumah walau kamu juga lelah.

Alina mengangguk sambil menangis tanpa suara.

FARAH
Ibu tidak pernah sadar, kalau itu semua bukan terbiasa, tapi terpaksa.

Tangisan Alina pecah.

FARAH
Percayalah, Nak. Tidak pernah ibu dan bapak membedakan satu pun dari anak-anaknya. Kami berdua hanya orang tua yang mencoba untuk selalu memberikan yang terbaik bagi semua anaknya. Bukan orang tua yang sempurna, tapi selalu mencoba untuk menjadi yang cukup.

Farah menepuk bahu Alina dua kali.

FARAH
Maafkan kami jika belum sempurna dan belum cukup. Maafkan kakak, Abian, dan maafkan diri kamu sendiri juga. Sesungguhnya, kita semua hanya manusia yang mencoba untuk belajar melawati hidup, kan?

Farah berbalik badan lagi. Sementara Alina menutup mata dan segalanya menjadi hitam.

CUT TO:

65. INT. KAMAR TIDUR (2021) — PAGI

Alina masih terbangun dan rebahan, sementara di sampingnya sudah tidak ada Amira dan Farah. Kita bisa melihat dari jendela kamar kalau hari sudah mulai pagi.

ALINA (V.O)
Setelah itu aku sadar, semua orang punya masalah sendiri-sendiri dan tidak semua orang itu bahagia. Selama ini aku terlalu sibuk mengasihani diri sendiri, sampai lupa kalau di sekitar aku, orang-orang juga merasa tersakiti.

FLASHBACK:

Kita melihat adegan Amira kecil sibuk mengurus ibunya di rumah sakit, menyuapi sambil berjinjit agar bisa memberi makan ibunya di kasur rumah sakit yang tinggi.

Amira kecil bangun pagi untuk memasak air, membuat kopi untuk Hassan, membangunkan Alina dan Abian sekolah, menyiapkan seragam mereka.

Amira kecil yang pulang sekolah langasung naik angkot ke rumah sakit, kepanasan dan haus, sementara murid lain bermain.

Amira kecil yang sedang berhutang ke warung.

AMIRA
Ibu, maaf. Aku bawa dulu ya mie dan telurnya. Nanti besok janji aku bayar, kalau papa sudah pulang bawa uang.

Ibu warurng mendelik tidak suka ke Amira. Amira menunduk dan pergi takut.

Amira yang sudah mulai dewasa sendirian di sekolah.

Amira yang sedang dinasihati Hassan dan Farah harus bisa mengangkat derajat orang tua.

HASSAN
Mau jadi penulis? Kamu jurusan apa? Kenapa begitu? Kamu harusnya kerja biar dapat penghasilan untuk bantuin papa. Sudah dikasih jurusan yang bagus malah disia-siakan!

(NARASI ALINA SELAMA SEMUA ADEGAN TERSEBUT)

ALINA (V.O)
Sebagai anak tengah yang merasakan jadi kakak dan adik, harusnya aku bisa lebih mengerti lagi. Sedari kecil, dia sudah harus menjadi orang tua ke tiga. Dia mengurus ibu, sementara aku yang harus sesekali mengurus Abian sudah merasa tidak adil. Dia juga anak. Dan sedari dulu, tidak pernah ada yang menyadari, sesepi apa menjadi anak perempuan pertama yang harus melakukan segalanya sendiri, menjadi tumpuan harapan dari orang tua. Seharusnya aku kagum, setelah semua itu, dia masih berani mengejar mimpi dan citanya dengan tidak mengurangi rasa cinta untuk keluarga.

Kita melihat adegan Hassan berjalan sendirian di bawah terik matahari, luntang-lantung mencari warung yang mau menerima hutang.

Hassan di kantor bekerja sampai malam sampai capek.

Hassan yang naik angkutan umum, lanjut pulang jalan kaki.

Hassan yang membaca tagihan dan hutang-hutang.

Hassan yang mengurus istri dan anak dengan memasak, ikut membereskan rumah, membantu Abian mengerjakan PR.

(NARASI ALINA SELAMA SEMUA ADEGAN TERSEBUT)

ALINA (V.O)
Ketika seorang ayah pulang sudah setengah mati berjuang di luar sana, lantas masih menerima masalah di rumah, apa tidak meledak? Seorang ayah juga manusia. Yang tidak sempurna. Mungkin aku terlalu kurang ajar, mungkin tidak. Terlalu banyak meminta dan menuntut, sampai buta kalau papa juga sudah berjuang mati-matian agar bisa memberikan apa yang aku mau. Aku terlalu merasa tersakiti sampai merasa tidak adil, padahal dia banting tulang agar bisa membahagiakan semua anaknya secara seimbang.

END OF FLASHBACK:

Alina bangun dan menatap keluar jendela.

ALINA (V.O)
Ya Allah, sungguh besar harapan orang tua-ku padaku. Aku meminta padamu, sehatkanlah kami, panjangkanlah umur mereka agar kelak aku bisa memberikan yang terbaik bagi mereka, menggantikan semua kerja keras dan pengorbanan mereka selama ini.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar