Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerita Ini Belum Berjudul
Suka
Favorit
Bagikan
11. Scene #51-55

51. INT. KELAS (2018) — SIANG

Alinka masih mengerjakan sesuatu di laptop saat kelas sudah selesai. Dosen keluar bersama mahasiswa lain satu per satu. Alinka datang, duduk di sebelah Alina.

ALINKA
Alin, nonton yuk.
ALINA
Nonton apaan?
ALINKA
Ada film horror baru. Bagus loh.
ALINA
Kita sudah tahun ke-tiga. Sedikit lagi tahun terakhir. Masih ada waktu buat nonton?
ALINKA
Kalau nggak sekarang, kapan lagi?
ALINA
Males ah, mahal.
ALINKA
Mahal terus. Hari ini weekday, lebih murah.
ALINA
Nggak dulu deh.
ALINKA
Alin, apa-apa nggak mau. Jajan nggak mau, beli buat keperluan sendiri saja masih hitungan. Apa-apa sayang, kenapa sih?

Alina berhenti mengetik. Dia termangu.

ALINA (V.O)
Bukan sayang, tapi susah keluarin uang. Saat uang yang dikeluarkan besarnya bisa untuk hal yang lain, aku pasti ragu. Sepuluh ribu bisa untuk makan satu kali, dua puluh ribu bisa untuk makan sehari. Harga nonton? Bisa untuk biaya aku makan dua sampai tiga hari kalau tidak sarapan.
ALINKA
Alin.
ALINA
Bukan hitungan dan pelit, tapi aku nggak bisa keluarin uang seenaknya.

Alinka cemberut. Dia mengeluarkan HP dan browsing.

ALINKA
Bagus loh. Bukannya kamu suka film horror?
ALINA
Nggak dulu. Kita lihat minggu depan, mungkin aku dapat uang lebih.

Alinka mengangguk. Dia bersandar di bahu Alina sambil bermain HP, sementara Alina kembali mengertik di laptop.

CUT TO:

52. EXT. KORIDOR KAMPUS (2018) — SORE

Alinka mengejar Alina yang hendak pulang. Dia merangkul Alina di leher.

ALINKA
Gimana, gimana? Film-nya masih ada loh.
ALINA
Masa?
ALINKA
Ih, minggu kemarin sudah janji.

Alina meringis. Dia melepas tangan Alinka.

ALINKA
Kita lihat besok, OK? Aku buru-buru. Lagian hari ini habis selesai kelas sore, kan capek Linka.
ALINKA
Mulai lagi deh. Kabur. Ya, ya, besok ya! Awas!

Alina kabur sambil melambaikan tangan.

CUT TO:

53. INT. KAMAR KOST BANDUNG (2018) — PETANG

Alinka masuk kamar dengan wajah murung. Dia menaruh tas di lantai sambil ikut duduk di bawah. Kamarnya gelap, hening, dan hanya ada cahaya sore dari jendela. Alina mengambil HP dari tas.

Baru juga Alina mau menghubungi ibunya, Farah sudah lebih dulu menelepon.

ALINA
Halo?
FARAH
Lin, uang masih ada?

Alina memeriksa dompet. Tinggal dua ribu rupiah.

ALINA
Kenapa?
FARAH
Ya, nanya. Papa masih belum ada uang soalnya. Untuk hari ini masih ada?
ALINA
Hari ini masih ada, tapi besok nggak.
FARAH
Ya sudah, untung hari ini masih bisa makan. Sabar ya, Nak. Tunggu besok. Kita di sini malah belum pada makan.
ALINA
Iya.
FARAH
Paling nanti Kak Amira mau coba minjam ke warung--
ALINA
Dari pada suruh minjam, kenapa nggak suruh cari kerja saja?
FARAH
Mulai lagi.
ALINA
Terserah. Apa mama nggak capek lihat dia di rumah saja nggak ngapa-ngapain? Mending ikut beberes di rumah, ini mah diam saja. Kalau Alina bisa, Alina juga ingin kerja. Kenapa didiamkan terus sih? Kapan berubahnya? Masa iya sudah selama ini masih belum dapat kerja?
FARAH
Kamu pikir cari kerja itu gampang? Sudah, ya! Ini lagi ini lagi. Mama juga sudah capek, tapi ya gimana, anaknya juga susah dikasih tahu. Mungkin dia punya rencana lain. Punya cita-cita sendiri. Mimpi yang ingin dikejar.
ALINA
(menggerutu)
Rencana diurusin mama terus? Aku saja harus urus diri sendiri. Coba kalau dia disuruh kost sendiri, bisa nggak? Cita-cita nggak semudah realita.
FARAH
Jangan terlalu menghakimi orang lain. Kamu sendiri, kamu punya mimpi nggak?

Alina terdiam.

FARAH
Sudah, kok jadi ke mana-mana? Mama harus bikin air dulu. Kamu jangan nakal, ya. Jangan ke mana-mana. Main mulu kan kamu pasti sendirian di sana? Jagnan lupa beli makan malam, ya.

Alina melempar HP-nya di kasur. Dia menutup mata sambil menunduk memeluk lutut. Hening. Alina diam. Lama-kelamaan bahunya bergetar, suara tangisan terdengar. Alina terisak.

Lalu, Alina menjatuhkan diri ke lantai dengan posisi ke samping, masih menutup matanya dan menangis keras.

Alina mengelap air mata yang banjir dengan kesal.

ALINA

Main dari mana? Makan aja nggak punya uang!

CUT TO:

54. EXT. BANDARA UDARA BANDUNG (2018) — PAGI

Alina menarik kopernya, lalu bergabung dengan Alinka dan temannya yang lain. HP-nya berbunyi.

ALINA
Halo?
HASSAN
Sudah sampai di bandara?
ALINA
Sudah.
HASSAN
Ya, sudah. Baik-baik di Bali, ya. Jangan nakal atau main. Jangan sampai terpisah sama grup. Jangan lupa kerjakan tugas akhirnya dengan baik.
ALINA
OK, tapi uang untuk Alina pegang gimana?
HASSAN
Nanti papa kirim kalau ada. Ini mama mau bicara.
ALINA
Kenapa, Ma?
FARAH
Jangan nakal, ya. Semoga tugas akhirnya lancar. Jangan sia-siakan itu uang buat bayar ke Bali. Nyicilnya susah kan. Untung dapat keringanan dari kampus. Nanti pulangnya langsung pulang ke rumah kan nggak ke kost?
ALINA
Iya, nanti langsung naik travel dari bandara. OK, sudah dulu ya, kelas Alina harus absen.

Alina menutup sambungan telepon. Dia mendekat ke sebelah Alinka.

ALINKA
Gimana dong, aku masih belum hapal materi presentasi.
ALINA
Mumpung tugas akhir di bail, nikmati saja. Siapa tahu ketemu bule ganteng.

Alina dan Alinka tertawa keras sambil masuk ke bandara.

CUT TO:

55. EXT. BALI (2018) — PAGI

Kita melihat Alina dan angkatannya sampai di Bali.

Alina dan yang lain naik bis menuju ke hotel. Alina masuk ke kamar hotel yang bagus, tertawa bersama Alinka dan teman yang lain.

Alina jalan-jalan di Bali, melihat banyak hal, membeli makanan dan barang.

Alina berlarian di pantai, bermain bersama Alinka dan temannya yang lain. Dia terlihat senang sekali. Alina bermain di air, melihat matahari terbit, dan tidur di bis saat perjalanan pulang.

Alina memberikan presentasi di bis, menjadi tour guide, begitu juga Alinka dan yang lain.

Mereka ke kampus UDAYANA, mendengarkan seminar dan mencatat materi.

Alina makan dengan lahap di boufet sarapan hotel, terlihat begitu senang melihat makanan yang banyak. Di mejanya ada banyak piring.

Alina foto-foto dengan Alinka di salah satu monumen terkenal di Bali.

Alina tidur nyenyak sendirian di kasur single iyang lebar. Alina tersenyum sambil tidur.

Alina mengepak baju bersama Alinka, naik ke bis menuju bandara. Alina naik pesawat dan duduk di sebelah jendela, melihat langit malam dan pemandangan kota.

Lama-kelamaan senyum Alina hilang.

Saat pemberitahuan pesawat sudah tiba, Alina kembali murung.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar