Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
21. INT. PESTA RUMAHAN (2005) — SIANG
Alina menjaga Abian yang masih balita. Mereka duduk di sofa rumah yang dijadikan tempat kondangan pesta. Alina melihat Abian mengemut jarinya.
Abian mengangguk. Alina turun dari sofa. Dia membawakan pudding untuk Abian. Mereka berdua duduk di lantai agar bisa lebih nyaman makan di meja sofa.
Alina menatap mereka diam-diam.
Mereka terus berbisik membicarakan Alina dan Abian yang sedang makan pudding.
CUT TO:
22. INT. RUMAH KAMPUNG HALAMAN (2005) - RUANG TAMU — PAGI
Alina memegang telepon seperti biasa. Dia menunggu telepon, duduk penuh harap. Dia sambil menatap Amira yang bermain bersama sepupu seusianya di luar, sementara ibunya sibuk bermain bersama Abian di dapur.
Kita melihat Farah dan tiga anaknya mengepak barang, memastikan tidak ada yang ketinggalan. Mereka berpamitan dengan sanak saudara yang ada di kampung ibunya, lalu akhirnya pergi di antar ke bandara dengan mobil.
CUT TO:
23. INT. PESAWAT (2005) — SIANG
Alina kali ini mendapat kursi di jendela. Matanya terus menatap langit biru dan awan putih. Kakinya bergerak ke depan dan belakang, sambil tangannya memegang sabuk pengaman di pinggang.
Amira mendengus.
Pesawat melaju kencang di atas langit. Tak lama, mereka sampai di Jakarta lagi.
CUT TO:
24. EXT. BANDARA SOEKARNO HATTA (2005) — SORE
Alina membantu Amira mendorong kereta koper, sementara Farah menggendong Abian dan mencari Hassan. Hassan melambaikan tangan tidak jauh dari mereka. Alina dan Amira langsung berlari dan memeluk ayah mereka.
Mereka berpelukan untuk waktu yang lama. Setelah itu, Hassan mengecup kening Farah, lalu mengambil Abian dari gendongannya.
Alina tersenyum lebar. Dia mendorong kereta koper dibantu oleh ibunya dan Amira. Mereka berjalan ke parkiran bandara. Hassan menurunkan Abian. Dia memasukkan semua koper ke dalam bagasi mobil. Farah dan Amira mematai mobil tersebut, tapi Alina tidak peduli sama sekali.
Farah masuk ke kursi depan, sambil memangku Abian. Amira dan Alina masuk ke belakang, bersama beberapa barang yang tidak kuat di bagasi mobil yang kecil.
Alina masih tersenyum memandang jalanan Jakarta.
Alina mendengarkan percakapan orang tua-nya yang berbisik.
HASSAN
Mobil masuk ke sebuah gang kecil yang sempit. Alina memandang jalanan dengan wajah penasaran, kepalanya menengok kiri dan kanan. Amira diam saja di sebelahnya.
Alina menggigit bibir. Dia kembali menoleh keluar jendela.
CUT TO:
25. EXT. RUMAH SEDERHANA (2005) - TERAS — MALAM
Tak lama, mereka sampai di sebuah rumah kecil di tengah gang sempit tersebut. Hassan susah payah mencoba untuk memasukkan mobil ke teras yang kecil. Setelah itu, dia menurunkan semua koper ke dalam rumah.
Alina turun dari mobil sambil menatap rumah tersebut.
Amira menyikut Alina.
Amira mengangkat tas ransel miliknya yang ada di dalam mobil. Dia mengacungkan satu jari ke depan bibir untuk membuat Alina diam.
Hassan membuang napas panjang sambil menaruh yang dia angkut dengan keras secara tidak sengaja. Satu tangan di pinggang, satu lagi memijat hidung.
Dia langsung meneruskan kegiatan lagi. Alina mengikuti dia dari belakang, begitu juga Amira.
Kita melihat rumah sederhana yang kecil, terisi dari ruang tamu, dua kamar tidur, dan dapur di paling ujung beserta kamar mandi. Alina bisa melihat itu semua dari pintu depan.
Hassan masuk ke kamar yang pertama.
Hassan keluar. Amira menaruh tas di atas kasur yang belum ada seprai-nya. Alina berdiri sendiri di tengah kamar yang kosong dan hening.
Kita melihat semua anggota keluarga saling gotong royong mengangkut barang-barang dari dalam mobil, kecuali Abian yang duduk manis di kursi kayu di ruang tamu.
Kita melihat Farah mengangkat tas jinjing yang berat. Lalu dia terbatuk. Wajahnya pucat dan keringatan. Farah bersandar di dinding dekat pintu depan. Tas yang dia pegang terjatuh.
AMIRA
Amira berlari dari luar dan memegang tangan ibunya. Tapi, ibunya terjatuh ke bawah dan pingsan.
ALINA (V.O)
Amira panik dan mengguncang bahu ibunya.
Hassan berlari dari luar. Dia melempar tas yang dia pegang. Abian menangis di kursi. Alina keluar dari kamar, terdiam melihat adegan tersebut.
Kita melihat Hassan panik, menepuk pipi istrinya sementara Amira mengguncang bahu ibunya. Terdengar suara Abian merengek. Lalu, dari adegan tersebut, secara perlahan kita melihat Alina dari ujung kaki ke atas.
Alina terdiam mematung. Segalanya berhenti di wajah Alina yang datar.
CUT TO: