Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerita Ini Belum Berjudul
Suka
Favorit
Bagikan
10. Scene #46-50

46. INT. RUMAH KONTRAKAN BARU (2014) - DAPUR — MALAM

Semuanya sibuk makan. Ada banyak lauk warteg di atas meja. Farah memberikan nasi tambah untuk Abian. Amira mengambilkan terong balado untuk ayahnya.

Abian dan Amira ada paha ayam di piringnya. Alina meraih sepotong ayam dada kecil. Ibunya juga.

Farah menuang air ke dalam teko dari panci.

ALINA (V.O)
Adakah orang di luar sana yang menyepelekan makanan?

Alina menyendok nasi tambah.

FARAH
Alinaa, ingat. Jangan banyak nambah. Kamu sudah gendut itu. Kurangin makan.

Alina hanya terus makan.

ALINA (V.O)
Bagaimana bisa orang menyepelekan makanan ketika ada yang kesusahan bahkan untuk sesuap nasi saja?

Abian menambah sayur urap. Amira ikut menambah nasi.

FARAH
Anak mama mah pintar makan semua.
HASSAN
Alhamdulillah. Nggak ada yang pilih-pilih makanan dan bawel dari dulu juga.
ALINA (V.O)
Bukan nafsu makan tinggi. Bukan rakus. Tapi, untuk sebagian orang, bisa makan besar itu sebuah kemewahan. Bagi sebagian orang, bisa makan seperti ini adalah keberuntungan.
FARAH
Gimana cerita tadi siang, Dek? Teman Abian ada yang ngelawak di sekolah.
ALINA
Ngelawak apa?
ABIAN
Soal titik-titik. Foto apa yang dilakukan tumubuhan untuk pembentukan makanan. Temanku saking pusingnya jawab foto keluarga.

Semua tertawa.

ALINA (V.O)
Bagi sebagian orang, mereka tidak tahu kapan bisa makan lagi. Mereka berusaha untuk sekenyang mungkin karena mereka tidak tahu kapan bisa dapat makan. Tidak setiap hari bisa makan ayam, telur, sayur, dan buah-buahan.
HASSAN
Nggak beda jauh sama Alina.
ALINA
Lah, kok aku?
FARAH
Pa, nambah?

Hassan menatap istrinya lalu tersenyum.

HASSAN
Boleh.

Farah memberikan nasi tambah untuk suaminya.

HASSAN
Kamu lupa dulu ada pertanyaan gajah termasuk hewan apa, terus kamu jawab hewan bertelur?

Semua tertawa lagi. Farah memberikan minum untuk semua anaknya. Alina hanya cemberut. Dia menyelesaikan makan. Semua berdiri dari meja. Farah membereskan piring.

Alina pergi ke kamar. Dia duduk di kasur sambil memeriksa HP. Alina membuka CHAT untuk kepanitiaan dan sekolah.

Dia membuka pesan dari Wilson. Pesannya ada banyak yang belum dibaca dari atas.

PESAN WILSON:

-OK, ALINA. SUDAH SAYA TERIMA LAPORANNYA.

-ALINA, BESOK SAYA MINTA LAPORAN BUDGET KLUB KAMU, YA.

-ALINA, BESOK ADA RAPAT TERAKHIR BERSAMA KLUB YANG BELUM SIAP. TOLONG BERITAHU KETUA KAMU.

-ALINA, KARENA BESOK ADA RAPAT TERAKHIR DAN PULANG TELAT, KAMU MAU SAYA ANTAR PULANG?

-ALINA, BESOK SETELAH FESTIVAL PULANG DENGAN SIAPA? MAU SAYA ANTAR?

-ALINA, TERIMA KASIH UNTUK UCAPAN SELAMAT KE SAYA. SEMOGA KELULUSAN KAMU TAHUN DEPAN JUGA LANCAR. SAYA HANYA INGIN BILANG, ENTAH SAYA YANG CUPU DAN KURANG MEMBERIKAN PERHATIAN, ATAU MUNGKIN WAKTU KITA TIDAK TEPAT. TAPI SAYA SUKA KAMU, ALINA. KAMU BAIK, SIMPATIK, DAN CEKATAN. SEMUA TUGAS BISA DILAKUKAN. DAN KAMU TIDAK PERNAH PROTES. SAYA HARAP KAMU BISA MENJADI DIRI YANG LEBIH BAIK KE DEPANNYA. JIKA TIDAK MAU, BILANG TIDAK. JIKA TIDAK SUKA, BILANG TIDAK. TIDAK ADA SALAHNYA MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI DALAM BEBERAPA KEADAAN. JIKA KITA BERTEMU LAGI, MAKA SAYA HARAP BISA MENDAPAT KESEMPATAN MENGANTAR KAMU PULANG DI MASA DEPAN. SAMPAI BERJUMPA LAGI, ALINA.

-PS. PISANG DARI KAMU SAYA BAWA PULANG SEMUA. ENAK.

BACK TO SCENE:

Alina membuang napas yang panjang. Dia memeluk HP-ny sambil turun dari kasur. Alina membuka jendela dan membiarkan angin masuk.

Kita melihat adegan tadi saat Alina melambaikan tangan ke Wilson. Wilson berdiri sendiri di koridor sekolah. Semakin jauh dan jauh.

ALINA (V.O)
Dan bagi beberapa orang, mereka terlalu sering sendiri. Terlalu sering mandiri dan melakukan apa-apa tanpa bantuan sehingga mereka tidak pernah sadar ada bantuan dan perhatian dari orang lain. Bagi sebagian orang, mereka terlalu sering pasrah sampai akhirnya menerima semua keadaan. Bagi sebagian orang, mereka terlalu sering merasa kurang, sampai lupa mereka punya kelebihan yang bisa disukai orang lain.
ALINA (V.O)
Bagi sebagian orang, afeksi dari orang lain pun hanya terasa seperti basa-basi.

Amira masuk ke kamar.

AMIRA
Nyamuk! Tutup jendela!

Alina menutup jendela.

ALINA
Bagi sebagian orang, hidup itu tidak mudah.

CUT TO:

47. INT. KAMAR KOST BANDUNG (2015) — PAGI

Alina bersiap ganti baju. Dia merapihkan tas dan peralatan. Alina berkaca sebentar, menatap bayangan dia. Wajahnya sedikit murung, tapi dia tersadar karena bunyi HP.

ALINA
Halo?
FARAH
Sudah bangun? Siap? Kamu ada kelas jam delapan, kan?
ALINA
Sudah, sudah semua. Ini Alina mau berangkat.
FARAH
Bagus, sekolah yang benar, ya. Jangan sampai sia-sia papa sudah pinjam uang dari bank buat biaya kuliah kamu. Jangan sampai kamu malah main terus. Sekolah di luar kota bukan berarti bisa seenaknya, ya. Liat Kak Amira--
ALINA
Ma, Alina bakal telat. Sudah dulu, ya.

Alina mematikan HP tanpa menunggu jawaban lalu pergi.

CUT TO:

48. EXT. KORIDOR KAMPUS (2015) — PAGI

Alina berjalan di koridor kampus sambil bingung. Seorang perempuan menepuk bahunya pelan.

ALINA
Iya?
PEREMPUAN
Alina, ya? Aku Alinka.

Perempuan itu namanya ALINKA. Dia teman baru Alina di kampus.

ALINA
Oh, iya, iya! Akhirnya kita ketemu juga.
ALINKA
Iya, aku kemarin nggak ikut masa orientasi. Kamu sudah tahu kelasnya di mana?

Alina menunjukkan jadwal miliknya.

ALINKA
Kelas kita sama. Yuk, bareng?
ALINA
Boleh.

Alina dan Alinka berjalan bersama ke kelas. Mereka duduk di barisan tengah. Dosen berdiri dari kursinya.

DOSEN
Hari ini pengenalan saja, ya. Dan saya ingin memberitahu kalau akan ada kegiatan workshop penerjemah yang wajib diikuti semua mahasiswa dan siswi. Kegiatan dimulai minggu depan, jadi jangan lupa untuk daftar.

Seorang mahasiswa membagikan formulir pendaftaran.

DOSEN
Semua wajib ikut. Ini salah satu syarat lulus kelas saya, ya.

Alina membaca formulur pendaftaran tersebut, lalu termenung melihat syarat membawa laptop.

ALINKA
Baru juga masuk, sudah ada tugas ribet begini. Mana harus bawa laptop.
ALINA
Kamu punya laptop?
ALINKA
Sudah tua sih, tapi ada. Kenapa? Kamu nggak ada?
ALINA
Ehm, ada.

Alina tersenyum tipis dan pura-pura mendengarkan dosen.

CUT TO:

49. INT. KAMAR KOST BANDUNG (2015) — SORE

Alina pulang dan menaruh tas di lantai. Dia cuci kaki dan tangan, lalu duduk di kasur. Alina mengeluarkan HP dan menghubungi ibunya.

ALINA
Ma?
FARAH
Gimana hari pertamanya?
ALINA
Lancar. Ma?
FARAH
Apa?
ALINA
Alin butuh laptop untuk kuliah.

INTERCUT TO:

Farah yang sedang mengelap meja makan di rumah berhenti. Dia melirik makanan di meja makan. Tempe dan tahu goreng, sayur tauge, dan sambal.

FARAH
Untuk apa? Baru juga hari pertama. Ada-ada aja kamu, banyak maunya.

INTERCUT TO:

Alina menahan kesal, membuang napas berat.

ALINA
Dosen yang suruh. Katanya butuh untuk kelas. Ada kegiatan workshop juga. Semua teman Alina punya laptop, Ma. Memang butuh.

INTERCUT TO:

Farah melirik Amira yang sedang duduk di ruang tamu, leha-leha.

FARAH
Gimana kalau pinjam punya Kak Amira dulu?
AMIRA
Nggak! Aku butuh.

Farah terlihat menahan marah.

INTERCUT TO:

Alina mendengus.

ALINA
Butuh buat apa? Nonton drama? Anime? Sudah lulus kuliah dari kapan tahu juga masih belum kerja. Menulis aja kerjaannya.
FARAH
Sudah. Mulai lagi. Dia itu kakak kamu.
ALINA
Kalau di sudah-sudah terus kapan benernya? Kapan dia mau mulai melamar kerja? Masa mau selamanya kayak begitu?
FARAH
Kamu pikir lamar kerja itu mudah?
ALINA
Semua teman dia sudah kerja, Ma.
FARAH
Sudah, Lina. Cari masalah terus.
ALINA
Belain terus.
FARAH
Kakak kamu juga usaha.

Alina memijat keningnya.

ALINA
Ma, rumah kita tuh kecil. Semua bisa kelihatan. Mama pernah lihat dia lamar kerja? Pernah lihat dia sekedar wawancara?
FARAH
Sudahlah. Mama juga capek kasih tahunya.
ALINA
Ya, mama sama papa lihat dia nangis sedikit langsung luluh. Giliran aku nangis malah tambah dimarahin.
AMIRA
Kak Amira kan beda sama kamu. Kamu anaknya keras. Keras kepala, keras hati, dan keras watak. Kamu juga nggak gampang nangis.
ALINA
Jadi gimana?

INTERCUT TO:

Farah berdiri dan membuka dandang di atas kompor. Ubi rebus sudah matang.

FARAH
Semua uang sudah dipakai untuk biaya kamu kuliah, Lin. Biaya kost juga mahal. Tapi coba nanti mama bilangin. Mungkin papa bisa ambil cicilan.
ALINA
OK.
FARAH
Kuliah yang benar, ya. Jangan lupa makan. Sabar, ya. Alina kan anak baik.

INTERCUT TO:

Kita melihat kepala Alina menengadah ke atas.

ALINA
Terserah.

Alina menutup HP. Dia terdiam lama dalam posisi itu, lalu saat kembali menunduk, air mata jatuh ke pipi.

ALINA (V.O)
Nggak gampang nangis apanya?

CUT TO:

50. INT. KAMAR KOST BANDUNG (2018) — MALAM

Alina tidur di kamar yang gelap. Dia menggunakan selimut yang ditutup sampai leher atas. Alina termangu melihat atap.

ALINA (V.O)
Aku tidak tahu kapan dimulainya. Aku tidak bisa tenang jika sedang sendiri. Aku tidak bisa berhenti merasa sepi. Aku tidak pernah merasa senang.

Alina berdiri dan menyalakan lampu. Dia menghela napas membuka laptop. Alina memutar drama Korea.

ALINA (V.O)
Hari-hariku monoton. Jadwal kuliah membuat aku bisa menyadari semuanya. Dulu saat sekolah, aku punya jadwal tetap dan kegiatan banyak.

Kita melihat Alina tertawa di kelas, bercanda bersama teman di mall, melihat aksesoris, dan menonton film di bioskop.

Lalu kita melihat Alina pulang ke kamar kost dan termangu di depan pintu. Alina bergerak seperti robot, mencuci kaki dan tangan, merapihkan tas, lalu tidur di kasur.

ALINA (V.O)
Kadang, aku sampai frustasi dan menangis karena tidak bisa tidur.

Kita melihat Alina resah di kasur. Dia memakai selimut, membuka, memakai lagi.

Adegan berganti setiap hari. Alina menghadap ke kanan, ke atas, lalu bangun.

Alina duduk di pojok kasur, menangis.

Alina tertawa menonton acara Korea yang lucu tengah malam di kamar yang gelap.

Lalu, Alina bangun pagi, mukanya kacau.

ALINA (V.O)
Saat aku tertawa, mendadak aku jadi menangis. Saat aku senang, mendadak aku menjadi sedih. Saat berada di tengah banyak orang, aku menjadi hening.

Alina bersiap pergi ke kampus. Dia pakai parfum dan berkaca.

ALINA (V.O)
Aku rindu keluarga, tapi aku juga tidak ingin pulang. Aku terkejut. Kaget sama diri sendiri yang ternyata seperti ini. Aku terlalu lama berpura-pura baik-baik saja, memasang topeng, sampai aku berhasil menipu diriku sendiri. Sebenarnya apa yang aku cari?

Alina memakai tas dan berkaca sekali lagi. Dia tersenyum lebar. Alina mengambil HP dari saku celana. Lalu menghubungi seseorang dan berkata dengan ceria.

ALINA
Alinka, di mana? Aku sudah siap.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar