Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUANG PENGADILAN. PAGI HARI.
HAKIM KETUA
"sidang kasus perkara operasi gagal di rumah sakit Sehat Mulia, atas nama tergugat Bratayudha Prawira Widodo, akan kami mulai"
Hakim memukul palu.
HAKIM KETUA
"saudara Brata, apakah anda tidak membawa seorang pengacara atau tim untuk membela saudara dalam sidang kali ini?"
Semua melihat Brata.
BRATA
(menggeleng)
"tidak ada yang mulia"
HAKIM KETUA
"baik, sidang akan kami mulai dengan pembacaan perkara"
Langkah Asmara disorot.
ASMARA
(lantang)
"mohon maaf yang mulia, saya terlambat"
Asmara berjalan dan menundukkan kepala kepada para hakim dan duduk di samping kanan hakim, menghadap peserta pengadilan.
WISMAN
(kaget, cemas)
"Asmara?"
HAKIM KETUA
"kasus yang terjadi kali ini akan dikenakan pasal 340 KUHP dengan maksimal hukuman mati tanpa hukuman penjara, karena dinilai sebagai pembunuhan berencana, juga dengan pasal 359 KUHP atas kelalaian yang menyebabkan kematian dengan hukuman pidana penjara 5 tahun atau pidana kurungan 1 tahun
(beat)
Dalam hal ini tergugat tunggal bernama Bratayudha Prawira Widodo sebagai dokter bedah di rumah sakit sehat mulia"2.
WISMAN (V.O.)
"benar-benar tidak masuk akal, kenapa bisa Asmara masih hidup, dan terlihat baik-baik saja"
HAKIM KETUA
"setelah semua proses penyelidikan dan penyidikan, tersangka atas kasus operasi ini adalah orang lain, bukan tergugat seperti yang disebutkan diatas"
KINTAN
(terkejut, ketakutan)
"papiii, bagaimana ini, kenapa putusannya bukan Brata yang salah"
WISMAN
(emosi)
"kamu tenang, kamu tenang dulu"
KINTAN
"papi aku takut"
WISMAN
"papi yakin, Brata tidak banyak bertindak"
KINTAN
"bagaimana kalau sampai aku yang dihukum pi?"
HAKIM KETUA
"dengan ini, tersangka adalah saudara
(beat)
Wisman Sanjaya"
Semua orang terkejut kecuali Asmara dan Brata.
KINTAN
(menangis)
"papiii!!"
HAKIM KETUA
"saudara Wisman silakan duduk di kursi sebelah kiri saudara Brata"
KINTAN
(menahan tangan Wisman)
"papii, Kintan mohon, jangan"
DIRGA
(menarik tangan Kintan)
"biarkan saja"
Wisman berdiri dan duduk disamping Brata. Brata tersenyum dan melirik tajam ke Wisman.
KINTAN
"Dirga, bagaimana kalau sampai papi ditangkap polisi"
DIRGA
"kita lihat saja, papi selalu punya cara untuk mendapat apa yang ia mau, kan?"
HAKIM KETUA
"saudara Wisman, apa benar, data diagnosa dan analisa pasien itu milik anda?"
WISMAN
(tegang)
"iya yang mulia"
HAKIM KETUA
"apa benar, anda memberikan kepada saudara Brata?"
WISMAN
"iya, yang mulia"
HAKIM KETUA
"lalu apakah diagnosa dan analisa data tersebut saudara manipulasi?"
WISMAN
"iya yang mulia"
HAKIM KETUA
"saudara Brata, apakah benar, anda melakukan operasi lain pada waktu yang sama"
BRATA
"benar yang mulia"
HAKIM KETUA
"apa benar, sebelumnya anda memberikan surat tugas pengganti kepada saudari Kintan?"
BRATA
"benar yang mulia"
HAKIM KETUA
"saudara Wisman, apa alasan anda memanipulasi data dan memberikannya kepada saudara Brata?"
WISMAN
"karena saya selalu diganggu oleh dokter Brata saudara"
HAKIM KETUA
"apa benar begitu saudara Brata"
BRATA
"tidak yang mulia"
ASMARA
(tegas)
"interupsi yang mulia"
HAKIM KETUA
"silakan saudari Asmara"
ASMARA
(memberikan data kepada hakim)
"disini ada beberapa data yang mungkin diperlukan dalam pengadilan hari ini"
Hakim membuka data tersebut, dan mempresentasikan di LCD.
HAKIM KETUA
"saudara Brata, boleh saya putar rekaman suara ini?"
BRATA
"silakan yang mulia"
Hakim ketua memutar rekaman suara.
HAKIM KETUA
"saudara Wisman, apakah anda memiliki sanggahan lain"
Wisman terdiam, melirik tajam ke arah Dirga.
HAKIM KETUA
"saudara Wisman, anda bisa menjawab saya"
WISMAN
"saya akan menghubungi pengacara saya yang mulia"
HAKIM KETUA
"sidang ditunda 10 menit"
Wisman berdiri dan mendekati Dirga.
WISMAN
"apa kamu tidak berpikiran untuk menghubungi pengacara kita untuk membantu saya?"
DIRGA
(senyum)
"silakan hubungi sendiri"
WISMAN
"kurang ajar kamu Dirga"
DIRGA
"saya permisi"
Dirga berdiri dan duduk di bangku sebelah kanan.
WISMAN
"bajingan seperti apa kamu?"
(melotot ke arah Dirga)
(10 menit passed)
HAKIM KETUA
"sidang di buka kembali, saudara Wisman, karena sudah menunggu, dan pengacara ataupun tim pembela anda belum hadir, maka dengan ini, anda dijatuhi hukuman penjara 5 tahun"
(mengetok palu)
"selain itu, sidang kali ini akan membahas beberapa kasus yang telah digugatkan kepada saudara Wisman lainnya"
WISMAN
(kaget)
"maaf yang mulia, kasus apa?"
HAKIM KETUA
"silakan saudari Asmara membacakan tuntutannya"
Asmara berdiri dan membacakan tuntutan.
ASMARA
(tegas, berwibawa)
"Saya Catline Asmara Widyaprawira, akan membacakan tuntutan kepada saudara Wisman, diantaranya, pertama, kasus pembunuhan yang dilakukan kepada korban berinisial SAP dan AW, dua tahun silam di rumah sakit sehat mulia"
WISMAN (V.O.)
(kaget)
"kenapa bisa kasus itu terungkap kembali, punya bukti apa dia?"
ASMARA
(tegas, berwibawa)
"kedua, kasus penusukan atas korban saya sendiri di jalan Armeta no 90-93, selasa kemarin"
WISMAN (V.O.)
"setan itu! Dia berani mempidanakan masalah kemarin"
ASMARA
(tegas, berwibawa)
"dan yang terakhir, kasus percobaan pembunuhan dengan cairan penghenti detak jantung kepada korban, saya sendiri Kamis malam kemarin di rumah sakit Bahtera Sehat"
WISMAN
(emosi)
"interupsi yang mulia,
(berdiri)
Punya bukti apa anda Asmara? Apa yang melandasi anda melakukan semua ini?"
ASMARA
"yang mulia, semua berkas yang diperlukan sudah saya siapkan"
(memberikan data)
Semua bukti dipertunjukkan.
WISMAN
"interupsi yang mulia, Asmara juga sudah melakukan sebuah tindakan buruk, dimana dia membuat status kematian palsu atas dirinya sendiri"
HAKIM KETUA
(bentak)
"saudara Wisman! Silakan duduk dengan tenang"
ASMARA (V.O.)
"mau mengelak seperti apa lagi Wisman Sanjaya?"
HAKIM KETUA
"semua bukti sudah jelas menunjukkan bahwa semua kesalahan mengarah kepada satu nama, saudara Wisman Sanjaya, apakah saudari Asmara memiliki saksi?"
Rinjani, Suster, dan Ratih keluar dari samping meja hakim.
ASMARA
"mereka
(menunjuk Rinjani, suster, dan Ratih)
Adalah saksinya"
KINTAN
"mamii?"
DIRGA
"tidak perlu terkejut"
WISMAN
"Ratih?"
HAKIM KETUA
"silakan semua duduk di kursi dan berikan kesaksian secara jujur"
Satu persatu memberikan kesaksian.
RINJANI
"saya Rinjani Putri, sebagai dokter bedah rumah sakit bahtera sehat, mengetahui kedatangan saudara Wisman di rumah sakit Bahtera Sehat pukul 12 malam hari Kamis, dan saya sendiri yang menyaksikan saudara Wisman menyuntikkan cairan mematikan kepada Asmara"
HAKIM KETUA
"saudari Rinjani, apakah anda berkata jujur"
RINJANI
"iya yang mulia"
HAKIM KETUA
"selanjutnya anda, silakan"
SUSTER
"saya Dini Amira, sebagai suster jaga ruang intensif rumah sakit Bahtera Sehat, mengantarkan saudara Wisman ke ruang rawat Asmara malam pukul 12 hari kamis, dan saya yang memberitahu saudara Wisman untuk keluar karena jam kunjungan sudah berakhir, dan saya yang diminta Asmara untuk mengambil dan meneliti cairan yang diberikan oleh saudara Wisman, dan dari hasil lab yang keluar Jumat pagi, 98% cairan itu adalah penghenti detak jantung, yang sangat berbahaya"
HAKIM KETUA
"apa yang kamu katakan adalah sebuah kejujuran"
SUSTER
"iya yang mulia"
HAKIM KETUA
"dan terakhir anda"
RATIH
"saya Ratih Darmawangsa,istri dari Wisman Sanjaya, saya adalah salah satu dokter di rumah sakit Sehat Mulia tepatnya 2 tahun lalu, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa suami saya, saudara Wisman, melepas oksigen pada korban Arya, dan menyuntikkan cairan pemercepat detak jantung kepada korban Aretha, di rumah sakit sehat Mulia, kurang lebih 2 tahun lalu"
HAKIM KETUA
"apa yang anda sampaikan adalah kejujuran"
RATIH
"ya
(mengangguk)
Yang mulia"
WISMAN (V.O.)
"kurang ajar sekali kamu Ratih, kamu tega menghianati saya sendiri, suami kamu"
ASMARA
"yang mulia, saya, sebagai korban dan keluarga korban SAP dan AW, meminta untuk tersangka Wisman diberikan hukuman yang sesuai"
WISMAN
"apa maksud kamu keluarga?"
ASMARA
"saya Catline Asmara Widyaprawira dan saudara laki-laki kandung saya Bratayudha Prawira adalah anak kandung dari Syahman Arya Prawira dan Aretha Widyasturi"
WISMAN (V.O.)
"apaa?jadi selama ini, yang menghadapi dan saya hadapi adalah anak dari Arya?"
HAKIM KETUA
"dengan ini, berdasarkan bukti dan saksi yang diberikan dan dihadirkan di persidangan kali ini, saudara Wisman Sanjaya, anda mendapat hukuman mati"
(mengetok palu)
KINTAN
(menangis)
"papi"
HAKIM KETUA
"sidang kami tutup"
Brata dan Asmara berdiri dan menunduk kepada hakim.
Wisman berdiri dan menunduk, kemudian memukul perut (luka) Asmara.
ASMARA
(kesakitan, jatuh)
"awww, sakit"
Brata berdiri dan menendang Wisman.
BRATA
(marah)
"bajingan andaa!"
Brata menahan darah yang keluar. Dirga mendekat dan menarik Wisman.
DIRGA
"kita bawa ke rumah sakit, pakai mobil saya"
RINJANI
(duduk)
"biar saya periksa, saya bawa peralatan di mobil saya"
Brata berdiri.
BRATA
"mana kunci mobil kamu?"
RINJANI
(memberikan kunci)
"Asmara, kamu rileks, jangan menahan"
Asmara perlahan kehilangan kesadaran.
EXT. PENGADILAN. SIANG HARI.
Brata membuka mobil Rinjani, mengambil tas Rinjani, kemudian menatap obat pelumpuh.
BRATA
(mengambil obat itu dan memasukkan ke suntikan)
"saya tidak akan membiarkan tangan yang sudah membuat adik saya sakit tetap bergerak bebas"
Brata buru-buru masuk ke ruang bersidangan.
INT. RUANG PENGADILAN. SIANG HARI.
Brata menyingkirkan orang-orang.
RINJANI
"berikan"
Brata menyuntikkan obat kepada Asmara, Rinjani menyobek baju Asmara dan membersihkan luka Asmara.
BRATA
"apa lukanya robek?"
RINJANI
"tidak, hanya mengeluarkan darah"
RATIH
"asam traneksamat! Berikan dia asam tareksamat untuk pendarahannya"
Brata dan Rinjani mengamati Ratih. Rinjani mencari dan memberikan suntikan di perut Asmara.
RINJANI
"sudah berhenti, sebaiknya kita bawa Asmara ke rumah sakit, agar cepat pulih"
BRATA
"dokter Rinjani, Dirga, tolong bawa dia ke rumah sakit Bahtera Sehat, saya masih ada urusan"
DIRGA
"mari kita bawa dengan mobil saya"
Dirga dan Brata menggotong Asmara keluar ruangan.
KINTAN
"mami apa-apaan?"
RATIH
"tidak apa-apa nak, kehilangan papimu, bukan berarti hidup kita akan berakhir, kita akan pindah ke singapura setelah semua ini selesai"
KINTAN
"Singapura?"
RATIH
"iya sayang"
KINTAN
"nggak! Bagaimana dengan praktikku? Bagaimana dengan mimpiku menjadi kepala dokter di rumah sakit bergengsi sehat mulia?"
Ratih membuka tas dan memberikan surat untuk Kintan.
RATIH
"baca ini"
KINTAN
(membuka dan membaca)
"surat pemutusan hubungan kerja, dan larangan praktik? Apa maksudnya mi?"
RATIH
(memeluk Kintan)
"setelah semua yang terjadi, kinerja kamu ditinjau oleh organisasi IDI, dan atas semua itu, kamu kehilangan hak untuk praktik baik itu di rumah sakit maupun secara mandiri"
KINTAN
(menangis)
"nggak! Nggak mungkin!"
RATIH
"sabar sayang, semua pasti akan datang kepada sesuatu yang terbaik"
Brata masuk.
KINTAN
(menghampiri dan menampar Brata)
"puas kamu?!"
RATIH
"Kintan stop!"
KINTAN
"aku sekarang kehilangan semuanya, kamu puas?!"
BRATA
"semua ini, terjadi, atas ulah papi kamu sendiri"
Brata meninggalkan Kintan dan Ratih.
INT. RUANG TAHANAN. SIANG HARI.
Wisman keluar dengan tangan di borgol.
WISMAN
"ngapain kamu kesini?"
Brata melotot dan mendekap kepala Wisman.
BRATA
"anda sudah tahu kan, kapan anda mati?"
Brata mengambil suntikan di sakunya dan menyuntikkan di lengan Wisman.
WISMAN
"apa ini?"
BRATA
"ini adalah bayaran atas tindakan kamu, personal, dari saya, karena saya nggak akan membiarkan kamu menunggu di eksekusi oleh polisi dengan tubuh sehat dan lengkap, tidak akan"
Brata meninggalkan Wisman.
FADE IN:
INT. RUANG TAHANAN. SIANG HARI.
(seminggu kemudian)
Brata dan Asmara duduk di kursi tunggu.
POLISI
"maaf pak, buk, saudara Wisman tidak bisa menemui kalian"
ASMARA
"kenapa?"
POLISI
"pagi tadi, beliau kejang hebat, dan sekarang beliau sedang ditangani dokter"
ASMARA
"kejang?"
POLISI
"iya, dan kemungkinan tubuhnya akan mengalami kelumpuhan permanen"
ASMARA
"boleh kami melihatnya?"
POLISI
"maaf sekali buk, tidak bisa"
BRATA
"ya sudah, kita pergi saja"
Brata menggandeng Asmara.
INT. RUANG PEMERIKSAAN. SIANG HARI.
Wisman kesakitan dan kesulitan bicara bahkan menggerakkan tubuhnya.
WISMAN (V.O.)
"apa ini adalah balasan atas apa yang sudah aku lakukan? Dimana Ratih? Dimana Kintan? Dimana Dirga? Akankah aku kehilangan mereka, dan tidak bisa melihat mereka sampai akhir hayatku nanti? Saat hukuman matiku benar-benar terjadi?"
INT. BANDARA. SORE HARI.
Dirga, Ratih, Kintan berjalan ke lorong pemberangkatan terminal 4.
RATIH (V.O.)
"mungkin, aku memang sangat bersalah di masa lalu saya, satu-satunya cara untuk melupakannya adalah memaafkan semua yang sudah terjadi"
EXT. PEMAKAMAN. SORE HARI.
Asmara dan Dirga duduk diantara makam Arya dan Aretha.
ASMARA (V.O.)
"Ayah, Bunda, tugasku sudah selesai, aku sudah membayar janjiku untuk menemukan siapa yang membunuh bunda, dan sudah memberikan dia atas apa yang seharusnya dia dapat"
BRATA (V.O.)
"Bunda, Ayah, mungkin semua yang Brata dan Asmara lakukan tidak bisa menghadirkan Ayah dan Bunda kembali diantara kami, tapi aku, sudah mendapatkan keadilan yang menjadi hak kalian"
ASMARA, BRATA (V.O.)
"sekarang, pergilah dengan tenang, jaga kami dari langit, dan kami menjaga kalian dalam doa"
Asmara dan Brata berpelukan bahagia.