Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RESTORAN MULIA. SORE HARI.
BRATA
"kamu dimana?"
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. SORE HARI.
ASMARA
"lagi kerja, kenapa"
INT. RESTORAN MULIA. SORE HARI.
BRATA
"mas tanya dimana?"
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. SORE HARI.
ASMARA
"rumah pak Wisman"
INT. RESTORAN MULIA. SORE HARI.
BRATA
"pulang!"
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. SORE HARI.
ASMARA
"iya ini juga udah selesai urusannya"
INT. RESTORAN MULIA. SORE HARI.
BRATA
"Kintan curiga sama kamu, dia dari restoran Mulia, baru aja mau pulang"
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. SORE HARI.
ASMARA
(kaget)
"apa? Yaudah Ara pulang"
Asmara menutup telepon, dan melihat ke jam tangan.
ASMARA
"dari restoran mulia kesini kurang lebih membutuhkan waktu 10 menit"
Asmara melihat ke arah brankas pribadi Wisman.
Asmara mengenakan blazernya.
CUT TO BLACK.
EXT. DEPAN RUMAH WISMAN. SORE HARI.
Mobil Kintan memasuki rumah Wisman.
Kintan turun dan berlari ke dalam rumah.
CUT TO:
INT./EXT. PINGGIR JALAN-MOBIL ASMARA. SORE HARI.
Mobil Asmara berhenti.
ASMARA
"bagus Asmara, hari ini permainan kamu cukup bagus"
Asmara melihat ke arah kaca mobilnya.
RATIH (O.S.)
"saya tidak membunuhnya"
Asmara menarik nafas dan menjalankan mobilnya.
ASMARA
"bu Ratih yang terhormat, kita baru saja memulai babak awal permainan kita, terimakasih atas kerja samanya"
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. SORE HARI.
Kintan membuka pintu kamar Ratih dengan tergesa-gesa.
KINTAN
"Asmara!"
Kintan melihat Ratih yang tertidur dan mendekatinya.
KINTAN
(lirih)
"mami"
Kintan menatap wajah Ratih.
KINTAN (V.O.)
"kayaknya mami tidur deh"
Kintan berdiri dan mengambil alat perekam suara, kemudian keluar ruangan.
INT. RUMAH BRATA ASMARA. MALAM HARI.
Asmara masuk rumah dan terkejut dengan Brata yang duduk di kursi.
ASMARA
"mas Brata, tumben udah pulang"
BRATA
(datar)
"duduk"
Asmara duduk disamping Brata.
ASMARA
"kenapa sih? Kok datar gitu mukanya"
BRATA
"ngapain di rumah dokter Wisman?"
ASMARA
(senyum)
"tadi ngobrol sama bu Ratih"
BRATA
"apa yang udah kamu lakuin?"
ASMARA
"jadi gini, awalnya, aku kirim selembar kertas yaa, terror lah, terus bu Ratih histeris ketakutan, pak Dirga tahu, terus hubungi aku buat nyelesain masalah itu"
BRATA
"padahal masalah itu, kamu sendiri yang buat?"
Asmara mengangguk.
ASMARA
"kenapa emang? Mas Brata sendiri, ngapain ketemu sama Kintan di restoran?"
BRATA
"apa rencana kamu?"
ASMARA
(menyeritkan alisnya)
"yaa,bagus dong mas, kalau pak Dirga minta bantuan aku, jadi aku punya banyak kesempatan untuk masuk ke keluarga itu tanpa dicurigai"
BRATA
(menatap tajam)
"tapi, Kintan
(beat)
Dia sudah curiga sama kamu"
ASMARA
(senyum)
"mas Brata tenang aja, aku masih bisa handle Kintan"
BRATA
"berhenti dari semua rencana kamu"
Asmara terkejut dan menegakkan badannya.
ASMARA
"apa mas Brata bilang?"
BRATA
"berhenti"
ASMARA
"nggak"
BRATA
"kamu ngebantah saya?"
ASMARA
"dari kecil sampai dewasa, Asmara selalu mendengarkan dan nurutin semua yang orangtua Asmara minta, begitu juga dengan apa yang mas Brata minta
(beat)
tapi tidak untuk hal ini"
BRATA
"apa maksud kamu?"
ASMARA
"sejak malam itu mas Brata menutup diri atas status kita sebagai adik kakak, saat itu juga kita memiliki pembatas, untuk membalaskan dendam kita"
BRATA
"berhenti membicarakan dendam itu, sudah saya bilang kan, itu urusan saya"
ASMARA
"mas Brata salah, itu urusan kita, karena mas Brata dan Asmara adalah anaknya, sama-sama anaknya"
BRATA
"saya nggak mau kamu kenapa-napa gara-gara rencana kamu"
ASMARA
"bukannya Asmara udah bilang mas, rencana kita akan kuat, kekuatan kita akan besar kalau kita kerjasama, tapi mas Brata cuma meminta aku untuk berpura-pura tidak mengenal mas Brata, dan aku sudah lakuin itu kan mas?"
BRATA
"lalu kenapa permintaan saya untuk kamu berhenti dari dendam ini, tidak kamu turuti?"
ASMARA
"sampai kapanpun, aku nggak akan diam atas kasus pembunuhan ayah dan bunda"
BRATA
(bentak)
"Asmara! Kamu nggak tahu dengan siapa kamu berhadapan"
ASMARA
(bentak)
"mas Brata yang nggak tahu dengan siapa mas berhadapan"
ASMARA
(lirih)
"perempuan yang berhadapan dengan mas Brata sekarang, sudah bukan adik kecil mas Brata lagi, Asmara sudah besar mas, Asmara sudah dewasa, sama seperti mas Brata"
BRATA
(tegas)
"kalau saya bilang berhenti, ya berhenti! Kamu bukan anak pembangkang setahu saya, dan kamu harus nurut sama saya!"
ASMARA
(bentak)
"mas Brata! Mas Brata lupa? 4 tahun Asmara dikuliahkan di fakultas hukum, sampai 2 tahun selanjutnya Asmara melanjutkan di bidang khusus forensik, dan mas Brata tahu kan aku paham atas semua itu"
Brata menatap Asmara.
ASMARA
(menahan tangis)
"Tuhan, sudah memberikan jalan dengan menjatuhcintakan Asmara atas dunia hukum, setelah itu ayah dan bunda pergi, apa itu sebuah kebetulan?"
ASMARA
(lirih, menahan tangis)
"setidaknya, sebenarnya, Asmara lebih paham tentang hukum atas keadilan untuk ayah dan bunda pada permasalahan ini, baik secara ilmu ataupun lapangan, karena Asmara belajar semuanya"
Brata meneteskan air mata.
BRATA
(lirih)
"kamu tahu? Saya cuma takut kehilangan kamu, karena ini semua sangat berbahaya"
Asmara memalingkan wajah dan mengambil nafas panjang.
ASMARA
"mas Brata salah, Asmaralah, yang sudah kehilangan semuanya,
(beat)
Aku pikir, dengan apa yang aku pahami dan aku kuasai, mas Brata akan mempercayaiku, tapi aku salah, nyatanya, aku kehilangan kepercayaan itu, dan artinya aku kehilangan mas Brata juga"
BRATA
(menangis)
"sudah, lebih baik kamu istirahat, mandi, tidur"
Asmara berdiri dan menuju kamar, tapi berhenti.
ASMARA
(lirih)
"mas Brata harus menggaris bawai apa yang Asmara katakan, bahwa Asmara mungkin sudah merasa kehilangan semuanya termasuk mas Brata, tapi tidak mungkin sebaliknya, mas Brata nggak mungkin kehilangan aku, apapun alasannya, dan, aku juga akan merasa memiliki mas Brata, kalau mas Brata percaya sama aku untuk dendam ini, dan akhirnya, baik aku ataupun mas Brata nggak akan kehilangan satu sama lainnya"
Asmara meneteskan air mata dan meninggalkan Brata.
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR KINTAN. MALAM HARI.
Kintan membuka laptop dan memutar rekaman suara Asmara dan Ratih.
RATIH (O.S.)
"bukan, bukan saya pembunuhnya"
ASMARA (O.S.)
"kalau anda bukan pelakunya tidak perlu khawatir"
Kintan melotot.
KINTAN
(marah)
"siall! Ternyata benarkan, Asmara pasti sudah tahu kejadian sebenarnya"
Kintan menelepon Wisman.
INTERCUT WITH:
INT. HOTEL WISMAN. MALAM HARI.
Wisman melihat HP dan mengangkat telepon Kintan.
WISMAN
"halo, ada apa nak?"
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR KINTAN. MALAM HARI.
KINTAN
(cemas)
"pii, gawat"
INT. HOTEL WISMAN. MALAM HARI.
WISMAN
"gawat kenapa?"
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR KINTAN. MALAM HARI.
KINTAN
"Asmara tadi ketemu sama mami, karena Dirga mint dia telusuri masalah yang menyebabkan mami ketakutan, dan tadi aku rekam pembicaraannya, dan dari pembicaraannya aku tahu dan aku yakin pii, pasti Asmara tahu sesuatu"
INT. HOTEL WISMAN. MALAM HARI.
WISMAN
"jaga apa yang kamu ketahui, dan batasi Asmara untuk bertemu dengan mami"
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR KINTAN. MALAM HARI.
Kintan mematikan teleponnya.
KINTAN
"oh iya, tadi Brata sempet minta laporan RS 2 tahun lalu, mumpung papi masih diluar kota, lebih baik aku ambil sekarang"
Kintan berdiri dan meninggalkan kamar.
INT. RUMAH WISMAN-RUANG KERJA WISMAN. MALAM HARI.
Kintan membuka pintu pelan-pelan dan masuk ke ruang kerja.
KINTAN
"kayaknya aman deh"
Kintan mendekat ke meja kerja Wisman, dan membuka laci.
KINTAN
"file 2 tahun lalu, pasti udah nggak ada di laptop, apa di flashdisk ya?"
Kintan mencoba mencolokkan flashdisk.
KINTAN
"ah bukan ini"
Kintan mencoba lagi.
KINTAN
(mengeja)
"laporan pemeriksaan pasien"
Kintan memprint laporan itu dan meninggalkan ruang kerja Wisman.