Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. HOTEL. MALAM HARI.
Dirga masuk.
ASMARA
"pak Dirga sudah sampai?"
DIRGA
"kenapa kamu berbohong atas kematian kamu?"
ASMARA
"saya butuh waktu kurang dari 24 jam, harus mengumpulkan semua bukti tentang pak Wisman"
DIRGA
"kenapa kamu minta saya datang kesini?"
ASMARA
"besok pagi jam 10, ada sidang putusan untuk dokter Brata, dan pastinya, dokter Wisman, Kintan, juga akan diminta hadir"
DIRGA
"mereka semua di rumah, dan saya yakin semua akan datang besok, karena mereka memiliki bukti bahwa mereka tidak bersalah dan dokter Brata sudah mengakui semuanya"
ASMARA
(tertawa licik)
"dokter Brata melakukan itu karena diancam oleh pak Wisman"
DIRGA
"maksud kamu?"
ASMARA
"kita lihat saja besok, tapi saya butuh bantuan pak Dirga"
DIRGA
"apa itu?"
ASMARA
"ambil perekam suara di meja sebelah pintu masuk ruangan pak Wisman di rumah sakit, saya nggak mungkin kesana"
DIRGA
"perekam suara?"
ASMARA
"iya, dan satu lagi, laptop dokter Brata di ruangannya"
DIRGA
"baik, saya akan segera kesana dan mengambil barang yang kamu minta"
ASMARA
"terima kasih, saya akan tunggu di hotel"
Dirga keluar ruangan.
INT. KANTOR POLISI. SORE HARI.
(flashback) Asmara duduk di depan polisi, berpakaian serba cerah, menggunakan penutup kepala.
POLISI
"ada yang bisa saya bantu?"
ASMARA
"saya ingin bertemu dengan salah satu tahanan disini, atas nama Bratayudha"
POLISI
"maaf, dengan siapanya?"
ASMARA
"saya Catline, adik kandung Bratayudha"
POLISI
"baik, mari saya antar"
Polisi dan Asmara menuju ruang tunggu Brata.
Brata keluar dan melihat Asmara dari belakang.
BRATA (V.O.)
"siapa dia?"
POLISI
"silakan saudara Brata"
BRATA
"hei?"
Asmara menoleh.
BRATA
(terkejut)
"Asmara"
ASMARA
(melihat ke kanan dan kiri)
"sttt, duduk"
Brata duduk di samping Asmara.
BRATA
"ini beneran kamu?"
ASMARA
"ya siapa lagi sih mas?"
BRATA
"kenapa tadi dokter Wisman bilang kamu mati?"
Brata menangis dan memeluk Asmara.
ASMARA
"Asmara sudah janji, kalau Asmara nggak akan meninggalkan mas Brata, dan mas Brata tidak akan kehilangan Asmara"
Brata memegang pundak Asmara dan menatapnya tajam.
BRATA
"bagaimana kamu bisa melarikan diri dari wujud Wisman yang sangat gila itu?"
ASMARA
"panjang ceritanya"
BRATA
"kamu benar-benar sudah besar Asmara"
ASMARA
"kalau begitu, beritahu aku, apa yang mas Brata rencanakan, kenapa mas Brata mau masuk ke dalam penjara begitu saja, atas apa yang mas Brata tidak lakukan"
BRATA
"pada awalnya, saya kesini karena diancam Wisman, karena dia ingin membunuh kamu, saya takut, dengan kondisi kamu seperti itu, saya takut, makanya saya datang ke kantor polisi, tapi sebelumnya saya udah siapkan beberapa berkas untuk menguatkan posisi saya"
ASMARA
"terus kenapa mas Brata masih disini? Kenapa di tahan kalau bukti itu cukup?"
BRATA
"ada satu bukti kuat yang belum bisa saya berikan"
ASMARA
"apa?"
BRATA
"perekam suara yang kamu inginkan, ada di meja samping pintu ruangan dokter Wisman"
ASMARA
"lalu dengan rekaman sebelumnya?"
BRATA
"saya pindahkan di laptop saya, file rencana pembangunan rumah"
ASMARA
"dimana laptop itu?"
BRATA
"ruang saya"
ASMARA
(menggerutu)
"ahh, gimana aku bisa ambil coba mas, aku nggak mungkin dateng ke rumah sakit"
BRATA
"kalau seandainya tidak berhasil, buka di memori cloud, emailnya bratayudhaprawira@gmail.com, sandinya tanggal lahir bunda, dengan kombinasi huruf"
ASMARA
"oke, nanti akan Asmara urus, dan besok, aku akan pastikan, jadi hari buruk Wisman"
BRATA
"ya sudah, kamu balik ya, istirahat, luka kamu masih sakit"
Asmara memegang lukanya.
ASMARA
"sedikit, tapi tidak papa"
(end of flashback)
CUT TO BLACK.
INT. HOTEL. MALAM HARI.
Dirga masuk ke dalam ruangan.
DIRGA
"ini
(memberikan perekam suara dan laptop)
Saya sudah ambil semuanya, ada lagi?"
ASMARA
"sudah, terimakasih
(beat)
Pak Dirga?"
DIRGA
"iya?"
ASMARA
"apa anda benar-benar tidak apa-apa, kalau saya mengungkap kebenaran atas kesalahan papi anda?"
DIRGA
(menghela nafas, tersenyum)
"nggak, itu bukan masalah saya, dan saya nggak keberatan kalau memang kamu mau membuka sebuah kebenaran, kalaupun bukan sekarang dan bukan kamu, suatu saat pasti juga akan terbuka kan?"
ASMARA
"ya, pak Dirga benar"
DIRGA
"saya permisi dulu, saya harus pulang, agar tidak ada yang curiga sama saya"
ASMARA
(mengangguk)
"ya, pak Dirga benar, hati-hati"
Dirga keluar ruangan.
INT. RUANG SIDANG. PAGI HARI.
Dirga dan Kintan datang lalu duduk di sebelah kiri.
DIRGA
"apa mami ngga ikut?"
KINTAN
"mungkin nggak, kamu tahu sendiri kan, mami itu nggak baik keadaan mentalnya"
DIRGA (V.O.)
"dan kamu merawat mami bukan untuk sembuh, tapi semakin sakit"
Hakim ketua, wakil hakim, dan Brata masuk dari dalam ruangan.
Brata duduk di kursi menghadap hakim.
KINTAN
"kasian sekali, dia harus berhadapan dengan hakim seperti ini"
DIRGA
"saya yakin, dia nggak bersalah"
KINTAN
"maksud kamu apa?"
DIRGA
"bangkai, ditutup apapun itu, tetap bangkai, dan pasti tercium"
Kintan terkejut dan menarik nafas panjang.
PENYIDIK
"saudari Kintan, apakah saudara Wisman tidak hadir?"
KINTAN
"hadir pak, mohon ditunggu sebentar"
Wisman masuk ke dalam ruangan. Berjalan dan berhenti di hadapan hakim dan penyidik, lalu menundukkan kepala, kemudian duduk di samping Kintan.
WISMAN (V.O.)
(melirik bangku sebelah kanan yang kosong)
"harusnya, disana duduk satu orang yang akan membela Brata, Asmara, tapi sayang, dia lebih memilih untuk pergi meninggalkan Brata, untuk selamanya"
HAKIM KETUA
"sidang akan dimulai 10 menit lagi"
INT. HOTEL. PAGI HARI.
Asmara mengemas laptopnya, melihat ke arah jam, lalu keluar kamar.
EXT. HOTEL. PAGI HARI.
Asmara menunggu taksi, taksi datang, keluar Ratih.
RATIH
"Asmara?"
ASMARA
(kaget)
"bu Ratih?"
RATIH
"saya mau bicara sama kamu"
ASMARA
"maaf saya tidak punya banyak waktu, saya harus ke pengadilan sekarang"
RATIH
" ya sudah, kita bicara dalam perjalanan saja"
Asmara menatap Ratih, lalu masuk ke dalam taksi.
INT./EXT. TAKSI-JALAN RAYA. PAGI HARI.
ASMARA
"darimana anda tahu saya ada disini?"
RATIH
"semalam, saya mengikuti Dirga, dan saya melihat kalau dia mengunjungi kamu"
ASMARA
"ya, saya ada disana, saya masih hidup"
RATIH
"Asmara?"
ASMARA
(menatap tajam Ratih)
"ada apa?"
RATIH
"saya tahu, kamu pasti kembali ke Indonesia karena kamu dan Brata ingin mencaritahu tentang kematian Arya dan Aretha bukan?"
Asmara tersentak.
ASMARA
"saya sedang tidak ingin membahasnya"
RATIH
"mata kamu, persis, sama sekali dengan mata Aretha"
Asmara menghela nafas.
ASMARA
"apa anda benar tahu, siapa saya?"
RATIH
"yaa, kamu, anak dari Arya dan Aretha, yang sudah
(beat)
Dibunuh oleh suami saya, Wisman"
Asmara menatap tajam dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ratih.
ASMARA
"sepertinya, anda sudah cukup berani, untuk terang-terangan membahas masalah ini di depan saya"
RATIH
"saya tahu saya salah, saya tahu
(menangis)
Harusnya, saya tidak diam saja selama dua tahun ini"
Asmara menahan air mata.
ASMARA
"tenang saja, saya sendiri yang akan membuat semuanya berbicara, dan mengatakan sebenar-benarnya atas kasus yang terjadi pada Ayah dan Bunda saya"
Ratih memegang tangan Asmara.
RATIH
"kamu, adalah orang yang mengirimkan obat untuk menyembuhkan saya?"
Asmara meneteskan air mata.
INT. RUMAH BRATA ASMARA. MALAM HARI.
(flashback) Asmara mengetuk pintu kamar Brata.
BRATA
"ada apa Ra?"
Asmara mendekati dan duduk disamping Brata.
ASMARA
"obat apa ini mas?"
Asmara memberikan botol kecil berisi obat.
BRATA
(mengamati obat)
"Agonis dopamin,
(melotot)
Darimana kamu dapat obat ini?"
ASMARA
(bingung)
"kenapa sih? Kan cuma tanya"
BRATA
"Asmara, ini obat sangat berbahaya, ini bisa membuat seseorang berperilaku delusi, gelisah, bahkan kehilangan memorinya"
Asmara menyeritkan alisnya.
ASMARA
"benar mas? Itu obat bahaya?"
BRATA
"iya, makanya saya tanya, kamu dapat darimana?"
ASMARA
"dari kamar bu Ratih, pas tadi aku kesana"
BRATA
(heran)
"bu Ratih?"
ASMARA
"iya, wah itu tandanya, dua dokter disana, sedang berusaha untuk menghilangkan ingatan atau memori bu Ratih"
BRATA
"besok saya akan memberikan obat penawarnya, sekaligus penenang untuk bu Ratih"
ASMARA
"berikan saja pada tas Kintan, karena nanti pasti dia akan membawakannya buat bu Ratih"
(end of flashback)
INT./EXT. TAKSI-JALAN RAYA. PAGI HARI.
Asmara menghapus air matanya.
RATIH
"saya sangat berterima kasih, sama kamu"
ASMARA
"anda seorang dokter, tapi bagaimana bisa, anda mengonsumsi obat berbahaya seperti itu"
Ratih menghela nafas, mengalihkan pandangan.
RATIH
"karena saya, dipaksa untuk melupakan, apa yang saya lihat dan apa yang saya ketahui, tentangg kejahatan suami saya"
INT/EXT. TAKSI-PENGADILAN. PAGI HARI.
Asmara melihat keluar jendela.
ASMARA
"sudah sampai, saya harus masuk"
Asmara keluar taksi.