Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHO ON PART ON MURDER AND REVENGE
Suka
Favorit
Bagikan
9. WOPOMAR #9

INT. RUANG GANTI. SORE HARI.

Brata masuk ke ruang ganti melepas jas kerjanya dan masuk ke dalam kamar ganti.

Brata keluar dengan seragam hijau (operasi)

Brata melihat jas Kintan.

BRATA

"kemarin, Asmara bilang untuk ambil perekam suara di saku jas Kintan"

Brata mendekati jas Kintan dan mengambil perekam suara.

BRATA

"saya simpan dulu"

Brata memasukkan perekam itu ke saku jas nya, lalu keluar ruangan.

INT. RUANG OPERASI. SORE HARI.

Brata masuk ke ruangan.

SUSTER #1

"dok, darahnya sudah keluar cukup banyak"

Brata melihat luka Asmara.

BRATA

"siapkan kantong darah AB 3 kantong"

Suster meninggalkan ruangan.

SUSTER #2

"detak jantung, pernafasan, semua normal dok"

BRATA

"baik, semua, saya minta untuk kerja samanya, lakukan semuanya secara maksimal dan profesional"

Suster mengangguk.

BRATA

(mengangkat kedua tangan)

"kita berdoa dulu, berdoa mulai"

Suster mengikuti untuk berdoa.

BRATA

"selesai, mulai!"

Brata mulai melakukan operasi.

BRATA (V.O.)

"Asmara, bertahan, saya akan selamatkan kamu, dan kamu harus tetap disini, dan ingat kita masih punya janji untuk membalas orang yang membunuh Ayah dan Bunda"

INT. RUANG OPERASI KINTAN. SORE HARI.

Kintan melakukan operasi pasien.

KINTAN

"berikan saya suntikannya"

Suster memberikan suntikan.

Kintan menyuntikkan ke tangan pasien.

SUSTER #3

"dok, detak jantungnya tidak beraturan"

KINTAN

(panik)

"berikan suntikan"

SUSTER #3

"dok, henti jantung"

Kintan mengamati monitor.

KINTAN

"siapkan alat pacu jantung, ventilator"

Suster mengangguk dan menyiapkan.

Kintan mencoba memacu jantung pasien.

SUSTER #3

"tidak berhasil"

KINTAN

"naikkan"

Suster mengangguk.

SUSTER #3

"dok, meninggal"

Kintan melihat monitor.

KINTAN

(angkat tangan)

"lepaskan tangan kalian"

Kintan menatap kosong pasien.

KINTAN (V.O.)

"apa-apaan ini, kenapa pasien anfal dan langsung meninggal dunia"

INT. RUANG WISMAN. SORE HARI.

Wisman senyam-senyum melihat monitor rumah sakit.

WISMAN

"saya harus memastikan keadaan pasien Cempaka 6"

Wisman keluar ruangan.

INT. RUMAH SAKIT. SORE HARI.

Wisman berjalan dan menemui Dirga.

WISMAN

"bagaimana operasi Asmara?"

DIRGA

"masih berjalan pi"

WISMAN

"ya sudah, papi ke ruang operasi lain dulu, mau cek yang lain"

DIRGA

(mengangguk)

Wisman melihat keluarga pasien cempaka 6.

WISMAN

"selamat sore pak, bagaimana kondisi anak bapak?"

KELUARGA #1

"masih di dalam dok"

Wisman mengangguk.

WISMAN (V.O.)

"siap-siap kamu Brata, kamu akan habis hari ini juga"

Suster keluar ruangan.

KELUARGA #1

"bagaimana keadaan anak saya sus? Apa operasinya berhasil?"

SUSTER #3

"maaf pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi pasien anfal dan meninggal saat operasi"

KELUARGA #1

(marah)

"apa? Nggak! Nggak mungkin!"

SUSTER #3

"kami mohon maaf pak, pasien sedang diselesaikan operasinya oleh dokter Kintan"

WISMAN

(kaget)

"Kintan?"

SUSTER #3

(mengangguk)

"iya dok"

Wisman masuk ke dalam ruang operasi.

INT. RUANG OPERASI KINTAN. SORE HARI.

Wisman mendekati Kintan.

WISMAN

(khawatir)

"Kintan, kenapa kamu disini?"

KINTAN

(fokus)

"papi keluar dulu, biar aku rapikan jahitan pasien"

WISMAN

"Kintan jawab papi, kenapa kamu menangani operasi ini"

KINTAN

(menahan air mata)

"papi bisa keluar?"

WISMAN

(panik)

"sudah-sudah, dia sudah meninggal"

KINTAN

(mengangkat kepalanya)

"ya, dia sudah meninggal, dan Kintan gagal dalam operasi ini"

Wisman menarik dan memeluk Kintan.

WISMAN

"tidak papa, kita hadapi sama-sama"

Kintan menangis di pelukan Wisman.

INT. RUMAH SAKIT. SORE HARI.

Keluarga pasien menangis tidak terima.

KELUARGA #1

(marah)

"kenapa bisa meninggal? Kenapa?"

KELUARGA #2

(menangis)

"nakk, kembali nakk"

KELUARGA #1

(marah)

"siapa dokternya? Siapa?"

Wisman dan Kintan keluar ruangan.

KINTAN

(lemah, menahan air mata)

"pak, buk, saya minta maaf, saya gagal mengoperasi anak bapak, saya minta maaf"

Keluarga #2 menampar Kintan.

WISMAN

(kaget)

"cukup

(beat)

Ini bukan lagi kuasa kami, kami sudah melakukan semaksimal mungkin, tapi pasien benar-benar meninggal bukan atas kesalahan kami"

KELUARGA #1

(marah)

"kalau gitu, saya minta autopsi"

Wisman dan Kintan terkejut.

WISMAN

(meyakinkan)

"ya, bisa, saya akan atur semua"

Wisman dan Kintan meninggalkan keluarga pasien.

INT. RUANG OPERASI. SORE HARI.

Brata mengecek monitor Asmara.

BRATA

"Operasi selesai, terima kasih sudah bekerja sama"

Suster mengangguk.

SUSTER #1

"pasien akan dipindahkan ke ruang ICU setelah semua selesai dok"

BRATA

"lakukan perawatan untuk pemulihan secara intensif, tuliskan nama saya di dokter penanggung jawabnya"

SUSTER #1

"baik dok"

Brata keluar ruangan.

INT. RUMAH SAKIT. SORE HARI.

Dirga mendekati Brata.

DIRGA

"bagaimana keadaan Asmara dok?"

BRATA

"operasi berjalan lancar, dia akan segera dipindahkan ke ruang ICU"

Dirga mengangguk. Wisman mendekati Brata dan Dirga.

WISMAN

(emosi)

"kenapa kamu meninggalkan jadwal kamu di operasi pasien cempaka 6?"

BRATA

"ada pasien luka tusukan yang sudah kehilangan banyak darah, dan lagian, saya sudah memberikan surat tugas kepada dokter Kintan"

WISMAN

"tapi ini tugas kamu dokter Brata"

BRATA

"tapi sebenarnya untuk luka bedah di bagian dada itu menjadi pekerjaan profesional dari dokter Kintan"

WISMAN

"sudahlah, Dirga kamu siapkan pengacara keluarga, dan Brata, saya tunggu di ruangan saya"

DIRGA

(bingung)

"memangnya kenapa pi?"

WISMAN

"operasi Kintan gagal, dan kemungkinan besar keluarga tidak akan terima dan membawa ke jalur hukum"

BRATA

(kaget)

"gagal? Operasi kecil, membuang daging tumbuh gagal ditangani dokter Kintan?"

WISMAN

(marah)

"cukup! Dirga lakukan apa yang papi minta, dan kamu saya tunggu di ruangan"

Dirga mengangguk dan Brata meninggalkan mereka.

INT. RUANG GANTI. SORE HARI.

Brata menatap cermin.

BRATA

(bingung)

"kenapa bisa, operasi kecil itu gagal ditangani Kintan?"

Brata memegang alat perekam suara.

BRATA

"dan apa ini?"

INT. RUANG WISMAN. SORE HARI.

Wisman melihat ke arah Kintan.

KINTAN

(ketakutan)

"pii, Kintan takut, gimana kalau sampai ada kesalahan di operasi Kintan?"

WISMAN

"kamu juga kenapa mau sih dikasih surat tugas sama Brata?"

KINTAN

"ya ini darurat pi, siapa dokter bedah selain aku dan Brata hari ini? Sementara ada pasien yang sekarat karena kekurangan darah, akibat luka tusuk di perut?"

Wisman menendang kursi kerjanya.

WISMAN

(terdiam)

"tapi aneh, kenapa Brata bisa membuat surat tugas pengganti secepat itu?"

KINTAN

(tercengang)

"iya juga"

Brata masuk ke dalam ruangan. Wisman dan Kintan menatap marah.

BRATA

"ada apa dokter Wisman?"

KINTAN

"kenapa kamu menyerahkan tugas kamu di pasien cempaka 6?"

BRATA

(senyum)

"kalau saya melakukan operasi itu, apa kamu sanggup menangani luka tusuk dalam di bagian perut? Tanpa ada analisa dan diagnosa awal?"

Kintan memalingkan wajah dan menjatuhkan badannya, duduk di sofa.

WISMAN

(mendekati Brata)

"apa kamu sengaja agar Kintan terjebak di operasi ini"

Wisman memegang pundak Wisman.

BRATA

(senyum)

"dokter, bukannya diagnosa dan analisa semua dibuat oleh anda? (beat)

Padahal, anda tahu, saya selalu menjalankan operasi atas dasar diagnosa dan analisa saya sendiri?"

Kintan berdiri, menarik tangan Brata.

KINTAN

"cukup! Sekarang masalahnya adalah, bagaimana kita menghentikan keluarga pasien agar tidak melaporkan ke pihak berwajib!"

Brata menatap tajam Kintan.

BRATA

"kamu salah Kintan, laporan ke kepolisian itu juga rencana papi kamu"

Wisman menampar (tangan) Brata (pipi)

WISMAN

"keluar kamu sekarang"

Brata memegang pipinya, dan tersenyum. Brata keluar ruangan.

KINTAN

"apa benar yang di bilang Brata? Ini semua rencana papi?"

WISMAN

"iya"

KINTAN

(terkejut)

"iya?"

WISMAN

"tapi papi meminta tugas ini kepada Brata, bukan kamu"

KINTAN

"kenapa bisa?"

WISMAN

"diagnosa pasien itu salah, dan dia memiliki kelainan pada jantungnya, dan suntikan itu menyebabkan jantungnya berhenti"

Kintan lemas dan duduk memegang kepalanya.

KINTAN

(lemas)

"aku bener-bener nggak nyangka pi"

Wisman duduk disamping Kintan dan memeluk Kintan.

WISMAN

"papi janji, papi akan membuat kamu nggak bersalah kali ini"

INT. RUANG BRATA. SORE HARI.

(flashback) Brata menyalin file di alat perekam suara ke laptopnya.

BRATA

"ini akan membantu saya"

INT. RUANG WISMAN. SORE HARI.

(flashback) Brata meletakkan alat perekam suara di meja dekat pintu di ruangan Wisman.

INT. RUANG BRATA. SORE HARI.

BRATA

"semoga, alat itu akan membantu aku nantinya"

Brata melihat ke arah jam.

BRATA

"sebaiknya aku pulang dan istirahat, besok aku lihat keadaan Asmara"

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar