Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUANG RAWAT. MALAM HARI.
Polisi berbicara dengan Asmara (mute)
ASMARA
"pak?"
POLISI #1
"ada lagi yang ingin disampaikan buk?"
ASMARA
"boleh saya meminjam HP dan Laptop saya?"
Polisi memberikan HP kepada Asmara.
Asmara mencari sesuatu dan menunjukkan ke polisi.
Polisi mengamati dan mengangguk.
ASMARA
"saya minta, kasus ini ditahan, sampai saya cukup pulih, apa bisa?"
POLISI #1
"baik, saya akan lakukan, saya akan tunggu kehadiran anda di kantor kepolisian sesudah anda pulih"
ASMARA
"terima kasih pak"
POLISI #1
"kalau begitu kami permisi"
Asmara mengangguk dan tersenyum.
Dirga masuk ke dalam ruangan.
DIRGA
"sudah?"
ASMARA
"sudah pak"
DIRGA
"bagaimana hasilnya?"
ASMARA
"nanti saja, biar polisi yang menjelaskan"
INT. RUANG WISMAN. MALAM HARI.
Brata masuk langsung menarik kerah baju Wisman.
WISMAN
"apa-apaan ini?"
BRATA
(marah)
"apa yang sudah anda lakukan di ruangan Asmara tadi?"
WISMAN
(tatapan tajam)
"itu bukti nyata dokter Brata, bahwa saya bisa kapan saja mencelakai bahkan melenyapkan Asmara"
BRATA
(marah)
"apa yang anda inginkan?"
WISMAN
(senyum)
"kemarin yang sudah saya tawarkan"
Brata melepas tarikannya pada kerah Wisman.
FADE IN:
INT. RUMAH WISMAN. PAGI HARI.
Dirga masuk kamar Ratih.
INT. KAMAR WISMAN. PAGI HARI.
Ratih memandang dan mengelus seragam dokternya.
Dirga memandang Ratih dari kejauhan.
Dirga mendekati Ratih.
DIRGA
"mi? Kenapa?"
Ratih menangis dan memeluk Dirga.
RATIH
(menangis)
"mami kangen dengan seragam ini"
DIRGA
(hangat)
"mi, mami kan belum cukup sehat, jadi biar papi sama Kintan yang meneruskan cita-cita mami, ya?"
Ratih menangis semakin histeris.
RATIH
(terbata-bata)
"tapi, seharusnya papi kamu juga berhenti dari semua ini Dir"
Dirga terdiam.
DIRGA
(bingung)
"kenapa papi?"
RATIH
"kami, sudah melakukan kesalahan yang fatal"
DIRGA
"kesalahan apa mi?"
RATIH
"maafin mami, mami sudah merahasiakan ini dari kamu"
Dirga melepas pelukannya.
DIRGA
"ada apa sih mi? Jangan buat aku penasaran dong mi, ada apa? Kesalahan fatal apa?"
RATIH
(terbata-bata)
"papimu
(beat)
Sudah membunuh dua orang"
Dirga ternganga dan meneteskan air mata.
DIRGA
"maksudnya?"
RATIH
(menangis)
"dan mami yang menjadi saksinya"
Dirga berdiri dan menangis.
DIRGA
"kenapa mami dan papi diam?"
RATIH
"mami selalu dipaksa diam, sampai mami diberi obat oleh papi untuk merusak ingatan mami, tapi mami bukan lupa ingatan, tapi malah mami depresi"
DIRGA
"obatt??
(beat)
Jadi obat yang selama ini mami minum, adalah obat yang menyebabkan mami sakit?"
RATIH
"tapi ada orang yang mengirimkan obat untuk penyembuh, hingga mami sekarang membaik"
DIRGA
"siapa? Kintan?"
RATIH
"Kintan pun tahu semua ini"
DIRGA
"astaga mami, kenapa diem aja sih mi, kenapa?"
RATIH
"mami takut, mami takut"
DIRGA
"jadi cuma Dirga yang nggak tahu apa-apa?"
RATIH
(mengangguk)
DIRGA
"keterlaluan"
EXT. KANTOR POLISI. PAGI HARI.
Brata keluar mobil, memandang kantor polisi di depannya.
BRATA
(menghela nafas)
"mungkin ini satu-satunya cara agar kamu aman dari Wisman, Ra"
Brata melangkah ke dalam kantor polisi.
INT. KANTOR POLISI. PAGI HARI.
Brata duduk di depan Polisi.
POLISI #2
"Selamat Pagi, ada yang bisa saya bantu?"
BRATA
"saya mau membuat pengakuan pak"
POLISI #2
"atas kasus apa pak?"
Brata dan Polisi berbincang (mute)
FADE IN:
INT. RUANG RAWAT. SIANG HARI.
Asmara membuka laptopnya.
ASMARA
"aku harus segera mengumpulkan bukti kejahatan Wisman, agar nanti kalau aku sudah pulih, aku bisa lansung melakukan rencanaku"
Pintu terbuka, (kaki) Wisman masuk.
Asmara buru-buru menutup laptopnya.
WISMAN
"selamat siang Asmara"
ASMARA
"siang, ada apa anda kesini?"
WISMAN
"apa anda, masih sibuk mengurusi kehidupan saya?"
ASMARA
"ya, tentu"
WISMAN
"tidak bisa berhenti?"
ASMARA
(menggeleng)
"tidak"
WISMAN
"bahkan, jika sampai kakak kandungmu masuk ke dalam penjara, anda juga tidak akan berhenti?"
ASMARA
(kaget)
"apa maksud anda?"
WISMAN
"saya hanya menginformasikan tentang apa yang sedang terjadi"
ASMARA
(tenang)
"baik, lakukan semua yang anda rencanakan, saya beri waktu hingga saya sembuh"
WISMAN
(melihat luka Asmara)
"oke, masih cukup lama
(beat)
Bagaimana, kalau lebih dilama kan lagi?
ASMARA
"saya bukan orang lemah, yang membutuhkan waktu lama untuk pulih"
WISMAN
"seperti ini?
(mendorong laptop dan menimpa luka Asmara)
Luka Asmara robek dan berdarah.
ASMARA
(kesakitan)
"awww, aww"
(memencet tombol)
Suster masuk.
SUSTER
"dok, lukanya sepertinya robek"
WISMAN
(senyum)
"biar saya periksa"
Asmara menampar tangan Wisman.
ASMARA
"saya nggak mau di sentuh dia"
WISMAN
"bagaimana sus?"
ASMARA
"suster, tolong panggilkan dokter Brata atau siapa saja selain dia!"
SUSTER
"maaf mbak, tapi semua dokter bedah sedang tidak ada, kecuali dokter Wisman"
Dirga masuk ke dalam ruangan.
DIRGA
(marah)
"Suster siapkan ambulans, Asmara akan saya bawa ke rumah sakit lain"
Suster mengangguk dan meninggalkan ruangan.
WISMAN
(kaget)
"apa-apaan kamu Dirga?"
DIRGA
(khawatir)
"Asmara kamu tahan, yang rileks, aku akan bawa kamu keluar dari sini"
WISMAN
(bentak)
"Dirga! Kamu denger papi ngomong??"
Dirga membantu Asmara dipindahkan ke ambulan.
Wisman keluar ruangan.
INT. RUMAH WISMAN. SIANG HARI.
Wisman mendapat telepon.
WISMAN
"halo?"
POLISI (O.S.)
"maaf pak, kami dari kepolisian, mau mengabarkan, kalau sudah ada dokter Brata yang mengaku bersalah atas insiden operasi gagal di rumah sakit Sehat Mulia, beliau sedang kami periksa, dan akan kami tahan sementara sampai semua bukti sudah terkumpul"
WISMAN (V.O.)
(senyum)
"bagus, ternyata kamu nurut juga sama apa yang saya bilang"
WISMAN
"baik pak, terima kasih atas informasinya"
Wisman menutup teleponnya.
WISMAN
"Brata-Brata, kamu ini benar-benar takut kehilangan adik kamu, sampai kamu rela masuk penjara, demi adik kamu, dan kamupun salah Bratayudha, karena adikmu tetap akan saya lenyapkan"
INT. RS BAHTERA SEHAT. SIANG HARI.
Rinjani keluar IGD dan menemui Dirga yang duduk di kursi tunggu.
DIRGA
"gimana dok, keadaan Asmara?"
RINJANI
"syukurlah, lukanya hanya mengeluarkan darah, dan tidak robek"
Dirga melirik ke dalam IGD
DIRGA
"boleh saya minta Asmara di rawat disini?"
RINJANI
"bisa, nanti silakan urus administrasinya dan pasien akan saya pindahkan ke ruang rawat"
DIRGA
"baik, makasih bu dokter"
RINJANI
"sama-sama"
Dirga berjalan ke bidang administrasi.
INT. RUANG KINTAN. SORE.
Suster masuk.
SUSTER
"selamat sore dok, ini ada berkas untuk dokter Kintan"
KINTAN
"berkas? Berkas apa?"
SUSTER
"maaf dok, kurang tahu"
Kintan membuka surat itu.
KINTAN
(mengeja)
"su-rat pem-ber-hen-ti-an prak-tik se-men-ta-ra,
(kaget)
Surat pemberhentian praktik? Kok bisaa?"
Kintan membawa berkas itu keluar ruangan.
INT. RUANG WISMAN. SORE HARI.
Kintan masuk ke dalam ruangan dan melempar berkas di meja.
WISMAN
"apa ini Kintan?"
KINTAN
"harusnya Kintan yang tanya, apa-apaan ini Pi?"
Wisman membuka berkas itu.
WISMAN
(kaget)
"surat pemberhentian praktik?"
KINTAN
"iya! Kenapa Kintan? Kenapa bukan Brata? Kan dia yang sekarang sudah di tangkap"
WISMAN
"tapi ini dari ketua dokter, bukan kuasa papi"
Wisman berdiri.
KINTAN
"pokoknya, aku nggak mau berhenti praktik!"
WISMAN
"kalau kamu nggak mau berhenti sementara, bukan nggak mungkin kamu anak berhenti selamanya"
Kintan keluar ruangan dengan emosi.
WISMAN (V.O.)
"apa yang sudah terjadi, kenapa bisa surat ini justru beratasnamakan Kintan, bukan Brata"
INT. KANTOR POLISI. SORE HARI.
Brata duduk tersenyum di dalam sel.
BRATA
"kalaupun saya berada disini, bukan berarti kamu bisa hidup tenang Wisman"
(flashback)
BRATA
"memang saya yang seharusnya menjalankan operasi hari itu, tapi, ini atas diagnosa dan analisa dokter Wisman, padahal sebelumnya, saya selalu menjalankan operasi atas diagnosa dan analisa saya sendiri
(mengambil berkas bukti diagnosa)
Seperti ini. Dan memang saya sudah memprint banyak surat tugas pengganti sebagaimana dilakukan oleh masing-masing dokter di rumah sakit pada umumnya
(memberikan copy surat pengganti tugas)
Jadi pemberian tugas kepada Kintan bukan suatu kesengajaan yang saya lakukan, mengingat, ada pasien darurat atas penusukan yang datang tepat sebelum operasi pasien itu dimulai, dan pada dasarnya, nilai A+, ada pada dokter Kintan atas operasi bagian tubuh khususnya dada,
(memberikan laporan kinerja operasi miliknya dan Kintan)
Jadi rasanya tidak mungkin saya memberikan tugas operasi atas luka tusuk pada perut pasien, apalagi itu sebuah keadaan darurat, tanpa diagnosa dan analisa awal"
POLISI #2
"lalu, apakah ada hal lain yang belum disampaikan"
BRATA
"kasus ini sebenarnya, mungkin, adalah akar pikiran dokter Wisman"
POLISI #2
(menulis pada komputer)
"apa nama lengkap saudara Wisman adalah Wisman Sanjaya?"
BRATA
(mengangguk)
"benar"
POLISI #2
"baik, saya akan menahan kasus ini"
BRATA
(kaget)
"menahan?"
POLISI #2
"ya, karena ada kasus lain yang tertunda dalam kasus penyelidikan"
BRATA
"kasus apa itu?"
POLISI #2
"maaf, saya tidak bisa memberitahu anda tentang informasi ini"
BRATA
(mengangguk)
POLISI #2
"tapi maaf saudara Brata, anda harus kami tahan sementara, menunggu semua pernyataan saudara kami proses, dan menunggu putusan lusa"
BRATA
(senyum)
"baik pak, silakan"
(end of flashback)
BRATA
"selama dua hari saya disini, saya akan memikirkan apa balasan yang tepat untuk anda, Wisman Sanjaya"