Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. CAFE BROSTOM. SIANG HARI.
Asmara mendekati Dirga.
ASMARA
"pak Dirga?"
Dirga menoleh Asmara.
DIRGA
"kamu udah sampai, silakan duduk"
Asmara tersenyum dan duduk di samping Dirga.
ASMARA
"ada apa pak?"
Dirga menarik nafas.
DIRGA
"jadi gini, mami aku,tadi sempet histeris lagi, dia ketakutan, dia dapet satu surat yang tertuliskan bahwa dokter itu tugasnya membuat sembuh bukan membunuh, mami aku langsung ketakutan"
ASMARA (V.O.)
"seandainya kamu tahu pak Dirga, bahwa kebenaran yang kamu inginkan adalah kesalahan orangtua kamu sendiri"
DIRGA
(melas)
"bagaimana? Apa kamu bisa bantu?"
ASMARA
(kaget)
"emm, yaa, bisa, apa yang mau bapak selidiki?"
DIRGA
"tentang siapa yang menaruh kertas itu?"
ASMARA
"saya akan usahakan untuk membuka kasus itu"
DIRGA
"makasih Asmara"
Asmara mengangguk.
ASMARA
"apa saya boleh bertemu Bu Ratih?"
Dirga tersenyum.
DIRGA
"pasti, kapanpun, kamu boleh bertemu mami"
Dirga menerima telepon.
DIRGA
"maaf yaa saya angkat telepon dulu"
DIRGA
"hallo?"
SEKRETARIS (O.S.)
"maaf pak, sekedar mengingatkan,berkas untuk bahan meeting besok belum di lihat dan di tanda tangani bapak"
DIRGA
"oh, iya saya lupa, sebentar lagi saya akan ke kantor"
Dirga menutup telepon dan memandang Asmara.
DIRGA
"maaf Asmara, sepertinya saya harus pergi"
ASMARA
"iya pak silakan"
DIRGA
"kamu pesan saja makanan atau apa, saya sudah booking meja ini dan menunya"
ASMARA
(senyum)
"iya pak"
DIRGA
"yaudah saya permisi dulu ya"
Dirga berdiri dan meninggalkan Asmara.
ASMARA
"apa ini waktunya aku untuk bertemu bu Ratih?"
Asmara melihat jam tangan.
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. SIANG HARI.
Kintan memberikan obat kepada Ratih.
KINTAN
"mami habis minum obat langsung tidur ya"
Ratih mengangguk.
KINTAN
"yaudah Kintan pergi dulu, mami istirahat"
Kintan membantu Ratih tidur kemudian meninggalkan kamar Ratih.
EXT. RUMAH WISMAN-HALAMAN DEPAN. SIANG HARI.
Asmara turun mobil dan membuka kacamatanya.
ASMARA
"saya harus bisa menjalankan apa yang sudah saya rencanakan"
Asmara mengenakan kacamatanya lagi lalu masuk ke dalam rumah.
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. SIANG HARI.
Asmara membuka pintu.
RATIH
(kaget)
"kamu!"
Asmara tersenyum.
ASMARA
"bu Ratih apa kabar?"
Kintan masuk.
KINTAN
(marah)
"Asmara, ngapain kamu di kamar Mami saya?"
Asmara terkejut.
ASMARA
(gugup)
"ee, saya diminta pak Dirga untuk mengurus permasalahan yang membuat bu Ratih ketakutan"
KINTAN
"nggak perlu, ini masalah keluarga saya, dan saya bisa menyelesaikan ini semua sendiri"
ASMARA
(senyum)
"tapi, klien saya pak Dirga, saya dibayar untuk tugas ini, makanya saya harus profesional dalam pekerjaan saya"
KINTAN
(mendekati Ratih)
"Mami nggak papa?"
Ratih tersenyum dan menggelengkan kepala.
ASMARA
"kamu lihat sendiri, bu Ratih tidak apa-apa dengan kedatangan saya"
Kintan mendekati Asmara.
KINTAN
"jangan tambah memperburuk keadaan mami saya"
Asmara mengangguk.
KINTAN
"saya harus pergi"
Asmara mengangguk dan mendekati Ratih.
Kintan melihat sinis Asmara.
KINTAN (V.O.)
"saya nggak boleh kecolongan apapun dari kamu Asmara"
Kintan meletakkan perekam suara di meja Ratih tanpa sepengetahuan Asmara lalu meninggalkan kamar.
HP Asmara berbunyi, Brata menelepon. Asmara menutup teleponnya.
ASMARA
"bagaimana bu Ratih? Apa yang bisa saya bantu?"
Ratih ketakutan melihat Asmara.
Asmara berdiri dan melepas blazernya, lalu duduk di dekat Ratih.
ASMARA
(senyum licik)
"bu Ratih nggak perlu khawatir, karena saya disini (beat) Untuk mengungkap KEBENARAN"
Ratih menarik badannya mundur dari Asmara.
ASMARA
"jadi Bu, apapun masalahnya, saya jamin, saya akan menghadirkan sebuah kebenaran"
Ratih menutup matanya.
RATIH
(lirih, ketakutan)
"saya, saya, saya tidak membunuhnya"
Asmara terkejut dan berdiri membelakangi Ratih.
ASMARA
(tertawa licik)
"haha, kalau memang anda tidak membunuhnya, anda tidak perlu ketakutan seperti itu"
RATIH
(ketakutan)
"bukan saya, bukan saya"
ASMARA
(mendekatkan wajahnya ke wajah Ratih)
"pembunuh, selalu mencari cara untuk membersihkan tangannya, semuanya!! Akan seperti itu"
Ratih histeris dan ketakutan.
INT. RESTORAN MULIA. SORE HARI.
Brata mencoba menghubungi Asmara tapi tidak bisa.
BRATA
(cemas)
"kamu kemana sih Ra"
Kintan berdiri di depan Brata.
KINTAN
"kenapa?"
Brata terkejut dan berdiri.
BRATA
"Kintan, kamu sudah datang"
Kintan duduk dan diikuti Brata.
KINTAN
"kenapa? Kok kayaknya kamu cemas?"
Brata tersenyum
BRATA
"nggak papa, silakan, mau pesen apa"
Kintan membuka menu dan memanggil pelayan.
KINTAN
(teriak)
"mbak"
Pelayan mendekati meja Brata dan Kintan
PELAYAN
"iya bu, mau pesan apa?"
KINTAN
"saya mau tenderloin steak sama orange squash ya"
PELAYAN
"bapaknya?"
Brata melihat HP dan terkejut dengan panggilan pelayan.
BRATA
(gugup)
"ee, samain aja mba"
Pelayan mengangguk.
PELAYAN
"ada lagi buk?"
KINTAN
"sama air mineralnya 2 juga ya"
PELAYAN
"baik bu, silakan tunggu pesananya"
Pelayan meninggalkan meja Brata dan Kintan.
KINTAN
"kamu kenapa sih Ta? Kok kayaknya cemas gitu?"
Brata tersenyum.
BRATA
"nggak papa Kin, kecapekan kalik"
KINTAN
"oh ya, terus kamu ada apa kok tumben ngajak aku ketemu? Nggak mungkin dong nggak ada perlu"
Brata menatap tajam Kintan.
BRATA (V.O.)
"aku harus fokus sama rencanaku, aku harus bisa memanfaatkan Kintan sekarang, (beat)
Masalah Asmara, dia pasti baik-baik saja, dan aku bisa cari tahu nanti setelah urusanku sama Kintan selesai"
KINTAN
"heii! Kenapa sih? Aneh banget deh"
Brata tersenyum dan menarik nafas panjang.
BRATA
"jadi gini, kan sekarang dokter Wisman nggak ada di rumah sakit, dan saya perlu, laporan pemeriksaan pasien sekitar 2 tahun lalu, apa kamu bisa bantu?"
Kintan menarik ujung bibirnya.
KINTAN
"bisa, aku bisa lakuin itu semua"
Brata mengangguk dan tersenyum.
KINTAN
"tapi ada syaratnya"
Brata menyeritkan alisnya.
BRATA
"apa syaratnya?"
KINTAN
"kamu harus buatkan saya analisis untuk menjadi dokter bedah yang hebat dan akhirnya bisa menggantikan posisi Papi saya nantinya"
Brata terkejut.
BRATA
"posisi dokter Wisman?"
Kintan mengangguk.
KINTAN
"yaa, saya mau beberapa laporan yang hebat, karena saya tahu kamu sangat cerdas dalam membuat laporan tersebut, jadi gimana?"
BRATA (V.O.)
"ternyata Kintan sama berambisi akan jabatan seperti ayahnya, bahkan dia sama sekali tidak memandang dengan siapa dia bersaing"
KINTAN (V.O.)
"aku harus memanfaatkan kamu Brata, untuk mendapat kredibilitas yang tinggi tanpa perlu bekerja keras"
Brata tersenyum.
BRATA
"baik, saya akan bantu apa yang kamu mau"
Kintan mengangguk
KINTAN
"kayaknya aku harus balik sekarang"
BRATA
"ke rumah sakit?"
KINTAN
"ke rumah"
BRATA
"kenapa memang, makanannya kan belum datang"
KINTAN
"ada yang lebih penting"
BRATA
"apa?"
KINTAN
"kamu tahu Asmara yang waktu itu juga ikut makan malam?"
BRATA
"iya aku tahu, kenapa dia?"
KINTAN
"dia sekarang ada di rumahku, berdua sama mami, dan aku khawatir aja"
BRATA
"mami kamu?"
KINTAN
"iya"
BRATA
"memang ada apa?"
KINTAN
"kemarin ada orang yang mengirimkan teror ke mami aku, dan Dirga, adikku minta Asmara buat menyelidiki itu, tapi entah kenapa aku ngerasa ada yang nggak beres sama Asmara, makanya aku mau pulang"
BRATA (V.O.)
(khawatir)
"Asmara, kamu itu ngapain sih, kamu itu selalu saja buat saya khawatir seperti ini"
BRATA
"yasudah, kamu balik duluan nggak papa, biar saya yang urus pesanan kita nanti"
Kintan tersenyum dan berdiri meninggalkan Brata.
BRATA
(teriak)
"mbak"
Pelayan datang.
PELAYAN
"iya pak? Ada yang bisa saya bantu?"
BRATA
"boleh saya minta billnya?"
PELAYAN
"tapi pesanannya belum jadi pak"
BRATA
"nggak papa, nanti buat mbak saja"
PELAYAN
"baik pak, mohon tunggu sebentar"
Pelayan meninggalkan meja Brata.
Brata menelepon Asmara.
INTERCUT WITH:
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. SIANG HARI.
Asmara menatap Ratih yang tertidur, kemudian mendengar HPnya berbunyi.
ASMARA
"mas Brata"
Asmara mengangkat teleponnya.
ASMARA
"hallo? Ada apa sih mas?"
CUT TO: