Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUMAH WISMAN-MEJA MAKAN. MALAM HARI.
Brata melihat kesekeliling.
BRATA
"maaf dok, apa istri dokter tidak ikut makan malam?"
Wisman terkejut dan kebingungan.
KINTAN
(gugup)
"emm, Mami lagi nggak enak badan, jadi dia istirahat"
Dirga terkejut dengan pernyataan Kintan.
DIRGA
(menahan emosi)
"apa benar Mami sakit?"
Kintan dan Wisman kompak mengangguk.
Dirga bergegas menuju kamar Ratih.
WISMAN
(teriak)
"Dirga!!"
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. MALAM HARI.
Dirga masuk ke kamar Ratih dan Ratih sedang duduk di kasur.
DIRGA
(panik)
"mami sakit?"
RATIH
(menggeleng)
DIRGA
"yaudah, Mami ikut aku yaa ke meja makan"
Ratih mengangguk dan ikut Dirga.
INT. RUMAH WISMAN-MEJA MAKAN. MALAM HARI.
Wisman terkejut.
WISMAN
"mami nggak papa?"
Ratih menggeleng.
Brata berdiri dan bersalaman dengan Ratih.
BRATA
(senyum)
"perkenalkan saya Brata, Bu"
Ratih hanya tersenyum.
Asmara menatap tajam Ratih, kemudian berdiri dan bersalaman.
ASMARA
(senyum tipis)
"saya Asmara"
Ratih memandang mata Asmara.
RATIH (V.O.)
(takut)
"mata itu, mata itu..."
Asmara duduk dan masih menatap Ratih.
WISMAN
"ada apa Asmara?"
Asmara terkejut dan memalingkan pandangannya.
ASMARA
(gugup)
"tidak pak"
Wisman meletakkan alat makannya dan minum.
WISMAN
(senyum)
"Asmara, saya mendengar kamu menangani kasus pada perusahaan anak saya dengan begitu cekatan"
Asmara tersenyum tipis.
WISMAN
"saya juga melihat ada aura yang sangat positif yang muncul dari diri kamu"
Asmara meletakkan alat makannya dan menarik nafas panjang.
WISMAN
"bagaimana jika kamu, bekerjasama dengan keluarga kami, yaa jaga-jaga kalau suatu saat ada masalah seperti ini lagi"
Asmara memalingkan wajah kemudian menatap tajam Wisman.
ASMARA
(berwibawa)
"sebelumnya saya minta maaf kepada Bapak Wisman. Saya bekerja di lingkup pekerjaan saya sudah lama, dan saya tidak pernah menerima kontrak panjang dengan satu pihak"
WISMAN
(heran)
"kenapa?"
ASMARA
(berwibawa)
"karena pekerjaan saya adalah pengungkap kebenaran, dan saya harus selalu membela kebenaran. Jika saya mengambil kontrak dengan satu pihak saja, bagaimana saya bisa menjamin bahwa klien saya nantinya selalu di pihak yang benar?"
Wisman tersenyum dan mengangguk-angguk.
WISMAN
(bangga)
"ya ya kamu benar. Saya suka dengan pendirian kamu"
ASMARA
(senyum)
"terimakasih, tapi jika nanti ada masalah bisa dikonsultasikan kepada saya, siapa tahu saya memiliki tugas di keluarga bapak..
(beat)
Untuk, mengungkap sebuah kebenaran!"
Ratih terkejut dan histeris, kemudian berlari ke kamarnya.
DIRGA
(panik)
"mami!!!"
Wisman memberi kode Dirga untuk tetap duduk.
ASMARA
(serius)
"apa ada yang salah dengan ucapan saya?"
Wisman menggeleng.
WISMAN
(senyum)
"tidak, tidak. Istri saya memang sedang tidak bagus kondisinya"
BRATA
"apa boleh saya periksa?"
KINTAN
(gugup)
"nggak perlu, ada aku sama Papi yang bisa periksa sendiri"
Wisman mengangguk.
ASMARA
"maaf sebelumnya, tapi saya harus perli lebih dulu, ada urusan yang harus saya selesaikan"
WISMAN
"iya nggak papa,Dirga, kamu antar Asmara"
DIRGA
(berdiri)
"mari saya antar"
Asmara berdiri dan diantar Dirga.
BRATA
"kalau begitu saya juga pamit saja dok"
KINTAN
"loh, kok buru-buru sih Ta?
Brata tersenyum.
BRATA
"saya harus beristirahat, besok ada jadwal pagi, bukan begitu dok?"
Wisman tersenyum.
WISMAN
"yaa, dokter Brata benar, kamu antar dia ke depan ya, saya mau periksa Mami kamu dulu"
Wisman berdiri dan meninggalkan meja makan.
EXT. RUMAH WISMAN-DEPAN RUMAH. MALAM HARI.
Asmara dan Dirga berdiri di dekat mobil Asmara.
ASMARA
"terima kasih pak Dirga, sudah mengantar saya"
DIRGA
(senyum)
"sama-sama, terima kasih karena sudah mau datang makan malam"
Asmara mengangguk dan membuka pintu mobil, Dirga menahan.
ASMARA
(datar)
"ada apa lagi pak?"
DIRGA
(senyum)
"sekali lagi terima kasih sudah membantu saya menyelesaikan masalah di kantor"
Asmara tersenyum tipis dan mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil.
DIRGA
"hati-hati!"
Asmara meninggalkan rumah Wisman.
Dirga masuk ke dalam rumah dan berpapasan dengan Brata dan Kintan.
DIRGA
"dokter Brata juga mau pulang?"
Brata tersenyum.
BRATA
"iya, mari mas Dirga"
Dirga tersenyum dan meninggalkan Brata.
BRATA
"saya permisi dulu"
Brata memandang Kintan.
KINTAN
"iya, hati-hati"
Brata mengangguk dan meninggalkan rumah Wisman.
CUT TO BLACK.
INT. RUMAH BRATA ASMARA. MALAM HARI.
Brata masuk rumah, Asmara datang dari dapur.
ASMARA
"apa rencana mas Brata?"
Brata mendekat dan tersenyum.
BRATA
(senyum)
"bukan apa-apa"
Asmara mendekatkan diri.
ASMARA
(emosi)
"mass! Kita nggak mungkin diam aja kan?"
BRATA
"nggak, siapa yang bilang kalau kita bakalan diam aja?"
ASMARA
(emosi)
"terus apa rencana mas Brata?"
BRATA
(senyum)
"biarkan pak Wisman dan keluarganya hancur dengan sendirinya"
ASMARA
(semakin emosi)
"nggak bisa gitu mas, aku harus tahu apa rencana mas Brata, aku nggak mau rencana kita nantinya malah akan membahayakan satu sama lain"
Brata memeluk Asmara.
BRATA
(lembut)
"Asmara, kamu denger ya, mas sangat takut kamu kenapa-napa, jadi biarin mas aja yang urus dendam ini"
Asmara mendorong tubuh Brata.
ASMARA
(marah)
"stop mas! Stop! Jangan bilang itu. Aku juga tetap nggak tinggal diam sama kejadian yang sudah mengambil Ayah dan Bunda dari kita!"
Asmara meninggalkan Brata.
BRATA
(teriak)
"cukup kamu bersandiwara untuk menjadi bukan adik saya, itu sudah lebih dari cukup"
CUT TO:
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. MALAM HARI.
Wisman masuk dan mendekati Ratih.
WISMAN
(lembut tegas)
"berhenti bersikap seperti orang gila di depan semua orang, itu justru akan membuat kamu dan saya semakin dekat dengan kehancuran"
Wisman mengelus tangan Ratih, kemudian tidur di sampingnya.
Ratih ketakutan.
DISSOLVE TO:
INT. RUMAH SAKIT-RUANG ICU. MALAM HARI.
Wisman memeriksa Arya.
WISMAN
"suster, tinggalkan ruangan ini, saya akan periksa pasien"
SUSTER
"baik dok"
Suster meninggalkan ruangan.
Ratih memasuki ruangan.
WISMAN
(kaget)
"ngapain kamu disini?"
RATIH
"Pi, bagaimana keadaan dokter Arya?"
Wisman memasang oksigen.
RATIH
(bingung)
"loh, kenapa oksigen hidung?"
Wisman melotot.
WISMAN
(tegas)
"diam kamu"
Ratih ketakutan.
Suster masuk.
WISMAN
"apalagi sus?"
SUSTER
"pasien Aretha anfal dok"
Ratih bergegas keluar.
INT. RUMAH SAKIT-RUANG ARETHA MALAM HARI.
Ratih masuk dan memeriksa Aretha.
RATIH
(cemas)
"suster tolong ambilkan suntikan di laci samping pasien"
Suster mengambil.
Wisman masuk.
WISMAN
"tidak perlu sus, biar ini saja"
Wisman menyuntikkan ke infus di tangan Aretha.
Suster keluar ruangan.
RATIH
"suntikkan apa itu?"
WISMAN
"pacu jantung"
Ratih mendekati Wisman.
RATIH
(marah)
"kamu gila?"
Wisman tersenyum dan meninggalkan ruangan.
INT. RUMAH SAKIT-RUANG ARETHA. PAGI HARI.
Semua dokter panik dengan Aretha yang anfal hingga meninggal.
Ratih ketakutan.
WISMAN
"bawa ke ruang jenazah dan rawat disana"
Wisman keluar ruangan diikuti Ratih.
INT. RUMAH SAKIT-RUANG ICU. PAGI HARI.
Suster keluar ruangan.
SUSTER
"dokter, pasien Arya henti jantung"
Wisman masuk ruang ICU.
SUSTER
"saya siapkan pacu jantungnya dok?"
Ratih masuk.
RATIH
(panik)
"iya cepat"
Wisman menahan suster.
WISMAN
"cabut saja semua alat bantunya, dia sudah meninggal"
Suster memandang Ratih.
RATIH
"apa-apaan kamu Pi? Dia masih bisa diselamatkan"
Wisman tersenyum dan meninggalkan ruangan.
INT. RUMAH SAKIT. SIANG HARI.
Asmara dan Brata histeris melihat jenazah orangtuanya.
ASMARA
(menangis histeris)
"pembunuh!! Siapa yang membunuh Ayah dan Bundakuu??"
ASMARA
(menangis histeris)
"pembunuhhh!!"
Ratih lemas dan ketakutan.
CUT BACK TO :
INT. RUMAH WISMAN-KAMAR RATIH. MALAM HARI.
Ratih ketakutan dan menangis.
INT. RUMAH BRATA ASMARA. PAGI HARI.
Asmara berdiri di depan kamar Brata.
ASMARA
"ketuk nggak ya?"
Brata membuka pintu.
BRATA
(kaget)
"Ara? Ngapain?"
Asmara mundur.
ASMARA
(ragu)
"emmm, gini, boleh nggak, kalau aku, ikut mas Brata ke rumah sakit?"
BRATA
(keras)
"apaan? Nggak! Nggak ada. Itu bahaya, udah udah sana, mas mau berangkat"
Brata meninggalkan Asmara.
EXT. RUMAH BRATA ASMARA-DEPAN RUMAH. PAGI HARI.
Brata membuka pintu mobil.
Asmara keluar rumah.
Brata memandang Asmara.
BRATA
"kamu mau kemana pakai hitam-hitam?"
Asmara tersenyum dan membuka pintu mobilnya.
BRATA
(tegas)
"Ara jawab mas, kamu mau kemana, jangan aneh-aneh yaa, bahaya"
Asmara menaikkan satu ujung bibirnya.
ASMARA
(sombong)
"mungkin mas Brata lupa, apa pekerjaan Ara, jadi mas inget-inget dulu apa pekerjaan Ara, baru setelah itu,mas pahami, nggak usah terlalu khawatir, I'm okay, dan dalam menangani kasus, I better than you, permisi mas Brata"
Asmara mengenakan kacamata dan masuk mobil lalu pergi.
BRATA
(teriak)
"Araa! Ahh! Bandel banget anak itu"
Brata masuk mobil dan meninggalkan rumah.