Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHO ON PART ON MURDER AND REVENGE
Suka
Favorit
Bagikan
10. WOPOMAR #10

INT. ICU. PAGI HARI.

Brata masuk ke ruangan Asmara.

BRATA

"bagaimana keadaan Asmara?"

Suster mengangguk.

SUSTER #1

"sudah membaik dok, bekas jahitannya juga bagus, hanya saja pasien belum sadarkan diri"

BRATA

"tinggalkan ruangan ini, biar saya urus dia"

Suster mengangguk dan meninggalkan ruangan.

BRATA

"saya percaya kamu wanita hebat dan kuat, saya akan bantu kamu untuk sembuh, dan saya akan membalaskan dendam kita untuk keluarga Wisman"

Asmara menggerakkan tangannya.

BRATA

"Ra?"

Brata mendekati Asmara.

ASMARA

(lirih)

"mas Brata"

BRATA

"kamu udah siuman?"

ASMARA

"perutku sakit"

BRATA

"iya, jangan di tahan ya, nanti jahitannya luka"

ASMARA

"jahitan?"

BRATA

"iya Ra, perut kamu di jahit karena kamu ada luka tusukan"

Asmara menghela nafas.

ASMARA

(pelan)

"boleh minta tolong aku mau duduk"

Brata menggeleng.

BRATA

"jangan, nanti luka kamu semakin sakit"

Asmara memegang tangan Brata.

ASMARA

"mas, aku nggak papa"

BRATA

"nggak papa darimananya? Kamu itu ditusuk, hampir kehabisan darah, kritis berjam-jam, dioperasi, nggak papa darimananya?"

Asmara tersenyum dan memegang perutnya.

ASMARA

"aku ini nggak papa, ada hal yang harus aku omongin ke mas Brata"

Suster masuk.

BRATA

"ada apa sus?"

SUSTER #1

"maaf dok, dokter dipanggil dokter Wisman di ruangannya"

BRATA

"nanti saya kesana"

SUSTER #1

"baik dok, permisi"

Brata mengangguk.

ASMARA

"kenapa lagi bajingan itu?"

Brata terkejut.

BRATA

"mungkin masalah gagal operasi kemarin"

ASMARA

"apa mas Brata menangani operasi itu?"

BRATA

(menggeleng)

"Kintan"

ASMARA

(tersenyum, kesakitan)

"Aduh, yaudah mas Brata kesana aja"

BRATA

"jangan banyak ketawa, ngomong, sobek ntar"

Asmara mengangguk.

ASMARA

"mas!"

BRATA

"apa?"

ASMARA

"mas Brata jadi ambil perekam suara Kintan?"

BRATA

(memegang saku jas dan memberi perekam suara)

"ini?"

ASMARA

"biar aku yang simpan"

BRATA

"nggak, saya saja, aman kok"

ASMARA

"yaudah jangan sampai hilang!"

BRATA

"iya! yaudah saya pergi dulu, kamu istirahat"

Brata meninggalkan ruang ICU.

INT. RUANG WISMAN. PAGI HARI.

Wisman dan Kintan duduk di kursi, Brata masuk.

WISMAN

"duduk"

Brata duduk di dekat Kintan.

BRATA

"ada apa?"

WISMAN

"masih sama dengan penawaran saya kemarin, bagaimana?"

BRATA

(melirik ke Kintan)

"kenapa harus lari bu dokter Kintan?"

Kintan menggerutu.

WISMAN

"Brata! Saya berbicara dengan kamu"

BRATA

"saya juga berbicara dengan putri dokter, kenapa, dia yang melakukan kesalahan, tapi saya yang diminta pertanggungjawaban?"

Wisman mendekati Brata.

WISMAN

"kalau saya laporkan kasus ini karena kamu sudah memberi surat tugas pengganti kepada Kintan, maka kesalahan semua akan bersumber pada kamu"

Brata menghela nafas.

BRATA

"makanya, kalau mau licik itu, satu-satu, jangan semuanya dilakukan bersamaan, jadinya senjata kalian, kalian sendiri kan yang makan"

KINTAN

(marah)

"papi, Brata stop! Kita harus cari cara gimana, kasus ini itu nggak di bawa ke kepolisian, bukan malah bahas masalah nggak penting"

BRATA

"justru itu yang nggak penting bagi saya, sangat nggak penting (beat)

Dan satu lagi, untuk laporan ke polisi, nggak mungkin nggak jadi, karena itu juga bagian dari rencana busuk papi kamu sendiri"

WISMAN

"cukup!"

BRATA

"kenapa?"

WISMAN

"sekarang juga, keluar dari ruangan saya!"

Brata berdiri dan tersenyum.

BRATA

"dengan senang hati"

Brata meninggalkan ruangan Wisman.

WISMAN

"Kurang ajar bajingan itu"

KINTAN

(cemas)

"pii, bagaimana ini? Apa benar, kalau keluarga pasien akan melanjutkan tuntutannya ke kepolisian?"

WISMAN

"udah, kamu tenang aja, papi masih bisa handle semuanya, kamu juga keluar aja, papi butuh waktu sendiri dan tenang buat berpikir"

Kintan mengangguk dan keluar kamar dengan lesu.

INT. ICU. PAGI HARI.

Dirga masuk ke ruangan.

ASMARA

(pelan)

"pak Dirga?"

DIRGA

"bagaimana kondisi kamu? Mendingan?"

ASMARA

(senyum)

"ya syukurlah pak, sudah membaik"

DIRGA

"saya sudah lapor polisi untuk menangani kasus kamu ini"

ASMARA

(terkejut)

"polisi?"

DIRGA

"yaa, dan dugaan sementara adalah kamu mencoba untuk bunuh diri dengan menusuk perut kamu dengan pisau"

ASMARA

(mencoba duduk)

"saya nggak segila itu pak Dirga"

Dirga menahan Asmara untuk berusaha duduk.

DIRGA

"jangan duduk dulu, tadi suster jaga kamu bilang, kamu belum boleh banyak gerak"

ASMARA

"saya mau bertemu dengan polisi, apa bisa?"

DIRGA

"nanti saya bantu ngomong ke polisi ya, dan dokter yang bertanggung jawab atas kamu"

ASMARA

"makasih pak Dirga 

(beat)

Satu lagi"

DIRGA

"apa?"

ASMARA (V.O.)

"kayaknya aku minta tolong mas Brata aja deh, jangan pak Dirga"

DIRGA

"kenapa?"

ASMARA

"nggak pak, nggak jadi, oh ya bagaimana dengan kasus operasi gagal yang dilakukan Kintan?"

DIRGA

(menghela nafas)

"saya juga nggak tahu, tapi setahu saya, itu juga dilakukan atas prosedur, jadi mungkin, memang kebetulan pasien anfal dan meninggal saat operasi"

ASMARA

"ya semoga seperti itu"

Brata masuk ke dalam ruangan.

BRATA

"maaf pak Dirga, waktu kunjungan sudah habis, saya harus memeriksa kondisi pasien lagi"

Dirga mengangguk dan tersenyum.

DIRGA

"Asmara, saya permisi dulu, saya akan bantu kamu atas permintaan kamu baru saja"

ASMARA

(senyum)

"makasih pak"

Dirga mengelus tangan Asmara lalu meninggalkan ruangan.

(beat)

Brata masuk ruangan, mendekati Asmara.

BRATA

"saya periksa ya"

ASMARA

(senyum geli)

"apaan sih mas, formal banget"

BRATA

(menyeritkan alis)

"kamu nggak lihat saya lagi pake jas, itu tandanya saya lagi bertugas"

ASMARA

(menahan tawa)

"iya pak dokter"

BRATA

(wajah datar)

"permintaan apa?"

ASMARA

(bingung)

"permintaan?"

BRATA

"Dirga"

ASMARA

"oh"

BRATA

"apa?"

ASMARA

"pak Dirga laporin kasus aku ke kepolisian, terus aku mau ketemu, mau ngobrol sama polisinya"

BRATA

"jadi dia udah laporin kasus ini ke polisi?"

ASMARA

(mengangguk)

BRATA

"syukurlah, biar beres"

ASMARA

"nggak!"

BRATA

"kok nggak?"

ASMARA

"aku nggak mau, Wisman masuk penjara begitu saja, aku mau dia benar-benar menderita, baru masuk penjara"

BRATA

"hukuman apa yang mau kamu berikan buat bajingan Wisman itu, penajara itu sudah hal yang tepat"

ASMARA

"aku bilang nggak, ya nggak"

BRATA

"sudahlah, kamu tidur, nanti siang kalau kondisi kamu lebih baik, kamu dipindah ke ruang biasa"

ASMARA

"oh iya, siapa dokter yang bertugas untuk aku?"

BRATA

"kamu bener-bener nggak lihat saya disini sebagai dokter?"

ASMARA

(senyum masam)

"ee, iya maaf"

BRATA

(cemberut)

ASMARA

"boleh aku nerima tamu dari polisi?"

BRATA

"nanti kalau kamu udah di ruang rawat biasa"

ASMARA

"oke"

BRATA

"saya permisi"

ASMARA

"ya"

Brata meninggalkan ruangan.

INT. RUMAH SAKIT. PAGI HARI.

Wisman berdiri di depan ruang ICU, Brata keluar ruangan.

WISMAN

"benar ternyata dugaan saya"

BRATA

(menatap tajam Wisman)

WISMAN

"kamu ada hubungan dengan Asmara"

BRATA (V.O.)

"berarti Wisman belum tahu, kalau Asmara itu adik aku?"

WISMAN

"kamu nggak mau kan, Asmara kenapa-napa?"

BRATA

"maksud anda itu apa?"

WISMAN

(berbisik)

"lakukan apa yang saya minta, lalu saya akan berhenti menganggu Asmara"

BRATA

"lakukan apa yang ingin dokter Wisman lakukan, saya hanya berkewajiban atas pasien dalam pengawasan dan tanggung jawab dibawah nama saya"

Brata meninggalkan Wisman.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar