Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
LITERATUR BERNYAWA ( SCRIPT FILM )
Suka
Favorit
Bagikan
12. 3. C. Antara Hidup dan Melodi

49. EXT - TAMAN PANTI - SORE HARI (16.00) - 2018

CAST: JINGGA, PAK TIO, HANIN

ESTABLISH SHOT:

Suasana taman di panti nampak sepi. Jingga berdiri di taman sembari meregangkan kedua tangannya dan memejamkan matanya. Gadis itu berdiri di sebuah kursi yang berada di salah satu taman

CLOSE UP: Tumbuhan yang bergoyang tertiup angin, tanah basah

VO (JINGGA): Hujan memang tidak jarang dirutuki bagi kebanyakan orang. Tapi, entah mengapa (beat) Bagiku, hujan adalah sebuah candu. Dan aku selalu menunggu kehadirannya.

Pak Tio

Jingga

Pak Tio memanggil Jingga dari kejauhan. Jingga membuka matanya dan melihat ke belakang

Jingga

Pak Tio. Pak Tio ngapain di sini?

Jingga memutar kedua bola matanya dan tersenyum ke arah Pak Tio. Pak Tio menghampiri Jingga

Pak Tio

Cuman mau jalan-jalan. Karena Bapak suka sekali aroma setelah hujan, terlebih pemandangannya. Tuh liat, semua tumbuhan jadi keliatan seger.

Pak Tio menunjuk ke salah satu tanaman yang ada di Taman.

Jingga

Wah, kita sama Pak. Jingga juga suka sama aroma tanah sehabis hujan, ngeliat tanah basah dan bisa merasakan udara sejuk

Pak Tio

Dan dari sini, Bapak baru tau, kalo kamu juga pecinta hujan

Jingga

Iya Pak. Aku ini seorang Pluviophile, seorang pengagum hujan

Pak Tio

Oh ya? Sama dong kayak waktu Bapak Masih kecil. Dulu, kalo hujan, meski ngga boleh keluar. Bapak selalu liat hujan dari jendela kamar.

Jingga

Wah, ngga nyangka bisa samaan gitu hehehe. Yaudah Pak, lain kali. Kalo Bapak mau ke taman habis hujan, ajak Jingga aja Pak. Deal?

Jingga mengarahkan jari kelingkingnya ke arah Pak Tio. Pak Tio membalasnya. Mereka akhirnya duduk di kursi taman.

Pak Tio

Jingga, apa boleh bapak tanya sesuatu Nak?

Jingga

Tanya apa Pak?

Pak Tio

Apa Bapak boleh tau bagaimana kehidupanmu sebelum yatim piatu?

Jingga yang mendengar itu terdiam sesaat dan memandang Pak Tio dalam.

Pak Tio

Eh, kalo kamu ngga mau bilang juga ngga apa kok.

Pak Tio tersenyum ragu

Jingga

Ngga papa Pak. Jingga mau cerita hehe..

Jingga tersenyum malu

Pak Tio

Apa kau yakin Nak?

Jingga mengangguk

MUSIC PLAY: Usik - Feby Putri

Jingga

Setau Jingga. Jingga hanya punya satu malaikat tak bersayap di hidup Jingga. Ia adalah Ibu. Ibu dan Jingga seringkali berdagang di sebuah stasiun Pak.

INTERCUT

MONTAGE: Nampak Jingga (7thn) berdagang dengan Ibunya di stasiun

CUT BACK TO

Jingga

Jingga juga dulu biasa sekolah Pak. Dari situlah, Jingga ngerasa punya teman baru dan keluarga baru

INTERCUT

MONTAGE: Nampak Jingga kecil (6thn) berdiri di depan kelas sembari tersenyum. Dari kejauhan, ada seorang anak perempuan dan laki-laki seolah melambaikan tangan ke Jingga dan tersenyum

CUT BACK TO

Jingga

Banyak kebahagiaan yang aku dan Ibu rasakan. (beat) Kata Ibu, kebahagiaan itu tercipta ketika dua orang saling menyempatkan waktu untuk mencipta bahagianya. Dan yah, saya sering banget disuapin Ibu, dan tidur di pelukan Ibu kalo malem

Pak Tio memperhatikan Jingga dengan senyuman indah

Jingga

Tapi Pak, sama halnya dengan waktu yang bergerak maju. Suatu ketika, Ibu saya sakit. Dan bodohnya saya waktu itu bertengkar dengan beliau ketika kami berdua dalam perjalanan pulang. Saya menyuruh Ibu untuk pulang, sedangkan saya bekerja.

Pak Tio memperhatikan Jingga yang mulai menahan air matanya

Jingga

Kejadian itu membuat Ibuku tak sadarkan diri. Akhirnya kami pulang setelah diantar oleh orang yang tidak saya kenal. Dan hari itu, adalah hari terakhir dimana saya bisa merawat Ibu. Sebelum akhirnya Ibu meninggal dunia.

Pak Tio menahan air matanya untuk jatuh.

INTERCUT

MONTAGE: Jingga menangis dan meneriaki Ibunya yang terbaring di kasur dipelukan Bibi Ratih.

CUT BACK TO

Jingga

Di saat itu, saya masih ngga percaya kalo dunia bisa sejahat itu bahkan di saat umurku masih 6 tahun Pak. Tapi, apa boleh buat. (beat) Setelah kepergian Ibu, saya berusaha mencari pekerjaan. Dan akhirnya, saya ditawari untuk berjualan koran

INTERCUT

MONTAGE: Jingga menjajakan koran di pinggir jalan. Gadis itu menawarkan koran kepada orang-orang yang lewat dengan menggunakan baju lusuh

CUT BACK TO

Jingga

Bukan hanya menjadi penjual koran, tapi saya juga menerima tawaran untuk menjadi pedagang kacang jika di malam hari. Kebetulan, suatu ketika saya bertemu dengan seorang Bapak, dan Bapak itu kasian liat saya. Akhirnya, saya diberi pekerjaan. Kami sama-sama berjualan di taman ketika malam.

INTERCUT

MONTAGE: Jingga (6thn) menjual kacang di sebuah taman

CUT BACK TO

Jingga

Sejak kecil, saya terbiasa menghadapi dunia yang keras. Tapi, dari sana saya belajar. Bahwa kehidupan bukan hanya soal kebahagaiaan.

Jingga mengambil nafas dan menghembuskan ya perlahan

Jingga

Karena kehidupan juga berarti kita siap untuk menerima hal-hal pahit, ada keringat dan air mata. Ada tebing yang tinggi bagi setiap manusia sebelum datangnya sebuah kebahagiaan. Dan dari kisah itu, saya bisa menjadi lebih baik lagi.

Pak Tio menangis tersedu-sedu, tubuhnya lemas. Sedangkan Jingga tersenyum dan menahan air matanya. Lantas ia tersenyum kepada Pak Tio

Jingga

Pak Tio tau? Hal itu juga yang membuat saya tertarik untuk ikut sebuah organisasi kemanusiaan. Saya mengikuti sebuah organisasi dimana di sana kami mengurus anak-anak jalanan. Karena saya ingin berbagi kebahagiaan kepada mereka. (beat)

Pak Tio tersenyum

Jingga

Ketika saya meliha mereka, saya mengenang masa lalu saya dulu. Pasti tidak mudah menjadi seperti mereka. Yang harus tersenyum di hadapan orang meski sebenarya mereka terluka. Cerita selesai.

MUSIC END

Pak Tio

Kau benar-benar anak yang baik, Nak. Ibumu pasti bangga melihatmu bisa tumbuh menjadi anak yang bijak Jingga

Jingga tersenyum ke arah Pak Tio. Dia berusaha tersenyum dan menahan air matanya agar tidak jatuh. Jingga menghembuskan nafasnya.

Jingga

Pak Tio tau? Ini rahasia ya

Pak Tio

Apa Jingga? Iya, ini rahasia pasti

Jingga menunjukkan kalung miliknya

Jingga

Saya punya satu peninggalan dari Ibu saya. Ini adalah liontin yang diberikan oleh Ibu sebelum Ibu meninggal. Saya penasaran isinya apa, soalnya ini ada kuncinya biar bisa dibuka. Tapi, ngga tau deh kuncinya dimana

Jingga memegang liontin itu, sedangkan Pak Tio kaget mendengar hal itu. Tangannya yang gemetar memegang liontin Jingga. Seketika ia menitihkan air matanya kembali.

Jingga

Pak, kenapa Pak Tio menangis?

Jingga mengernyitkan kedua matanya dan memegang pundak Pak Tio.

Pak Tio

Eh.. ngga papa Nak, liontin ini indah sekali. Saya jadi teringat sesuatu ketika melihat sebuah liontin

Jingga

Apa Pak?

Jingga menatap dengan wajah keheranan

Pak Tio

Apa kau yakin mau mendengarnya?

Jingga

Kenapa tidak? Mulai hari ini, kalo Bapak mau bercerita apa-apa. Jangan sungkan Pak, cerita aja ke Jingga

Pak Tio memperhatikan Jingga dengan menatapnya ragu. Ia menggigit bibir bawahnya sendiri

VO (PAK TIO): Aku tak yakin kau bisa menerimanya (batinnya)

lONSG SHOT: Nampak Hanin dari arah kejauhan

Hanin (O.S)

(Hanin berteriak)

Jingga! Kakak minta bantuan kamu

Jingga segera menoleh dan melihat kehadiran Hanin

Jingga

Iya Kak! Sebentar ya

Jingga berdiri dan menyalami Pak Tio

Jingga

Maaf Pak, lain kali aaj ya ceritanya. Jingga mau bantuin Kak Hanin bikin donat buat Jingga jual di sekolah besok

Jingga bergegas pergi dan menghampiri kak Hanin

CLOSE UP: Pak Tio memegang sebuah kalung yang memiliki liontin berbentuk kunci.

Pak Tio

(Katanya lirih sembari tersenyum dan menitikan air matanya)

Kau telah berhasil mendidik anak kita menjadi baik, Wina.

CLOSE UP: sebuah bunga bergerak tertiup oleh angin

FADE OUT

50. INT - PANTI ASUHAN - MALAM HARI - 2014

CAST: JINGGA

ESTABLISH SHOT:

Jingga menyalakan lampu belajarnya. Dia duduk di meja seperti biasanya. Ia menyalakan lampu belajar dan kembali mengeluarkan diarnya. Suasana malam hari itu ditemani oleh hujan.

CLOSE UP: Jingga tersenyum, dia menulis kata-kata di buku diarynya. Visualisasinya, Jingga menulis tulisan *Dear diary, hari ini adalah sebuah ahri yang menyenangkan dalam hidupku. Dimulai dari kedatangan hujan, hingga aku bisa menemukan seseorang yang sama-sama menyukai hujan speertiku. Hari ini aku juga bisa berbagi cerita hidupku kepada Pak Tio*

Setelah menulis Jingga bergegas ke tempat tidur dan memakai selimutnya.

VO (JINGGA): Selamat malam Ibu, Ayah. Semoga kalian tenang di alam sana

FADE IN

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar