Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
LITERATUR BERNYAWA ( SCRIPT FILM )
Suka
Favorit
Bagikan
3. 1. C. Sapaku Pada Kalbu

6. INT - RUANG KELAS - PAGI - 2007

CAST: JINGGA, Dera (Teman Jingga), SEORANG GURU L/P

Establish Shot: Suasana di ruang kelas. Seorang guru menjelaskan pelajaran di depan murid-muridnya. Jingga melamun dan duduk bertopang dagu. Sedang tangan yang lainnya sibuk memainkan pensilnya.

Guru L/P (O.S)

Baik anak-anak, jadi di dalam sebuah ekosistem, Ada yang namanya rantai makanan. Jingga, bisa tolong sebutkan? Apa yang dimaksud dengan rantai makanan?

Guru menunjuk Jingga. Sedangkan Jingga masih tetap melamun.

Dera

Jingga, ditanyain Bu Guru

Dera menyenggol lengan Jingga. Jingga yang sadar akhirnya menaikkan alisnya ke arah Dera.

Dera

Itu lo, kamu ditanyain Bu Guru.

Jingga

O..oh, di.. ditanyain apa ya?

Jingga terlihat kikuk dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Guru

Jingga! Kamu ngelamun ya? Berdiri di depan sini! Cepat!

Semua teman Jingga melirik ke arah Jingga. Dan akhirnya, Jingga melangkah malas dan segera menuju ke depan kelas. Beberapa kali dia melirik jam dinding yang ada di dinding belakang kelas.

VO POV (Jingga): jam pulang sekolah masih lama ya?

CUT TO:

Setelah semua pelajaran selesai. Tepat pada pukul 10 pagi, bel tanda pulang berbunyi.

SOUND EFFECT: Bel berbunyi menandakan tanda pulang sekolah.

CUT To

7. EXT - PERJALANAN PULANG - PAGI HARI - 2007

CAST: JINGGA

ESTABLISH SHOT: Di hari itu, Jingga berjalan sembari melihat ke atas langit.

MONTAGE: Jingga mengambil tisu yang berdarah

VO POV (JINGGA): Hari ini, aku harus tanya ke Ibu soal itu

CUT TO

8. EXT/INT - RUMAH JINGGA - PAGI HARI - 2003

CAST: JINGGA, WINA

Jingga berdiri di depan rumah sembari mengambil nafas beberapa kali.

Jingga

Assalamu'alaikum, Jingga pulang

Jingga melangkah masuk setelah mengucap salam

Wina

Wa'alaikum salam. Eh Jingga, udah pulang ya

Wina memeluk anaknya

Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam rumah. Jingga segera ganti baju dan membantu ibunya untuk menyiapkan jajanan di kotak yang biasa mereka gunakan di dapur.

WINA

Nak, hari ini kita berjualan di halte bus saja ya. Ibu takut, kalo kejadian kemarin terulang lagi.

Wina mengangkat kotak jajanan sembari melangkah keluar

Jingga

Eng.. Enggeh (iya) Bu

Jingga menggigit bibirnya sendiri.

Wina

Ya sudah nak, ayo kita berangkat

Wina tersenyum sembari melangkah keluar rumah terlebih dahulu dibanding Jingga

Jingga

Bu, apa bisa aku bertanya sesuatu?

Jingga menggigit jemarinya sendiri. Lantas ia menatap serius ke arah Ibunya.

Jingga

Jadi-

Jingga hampir saja membuka percakapan, tapi hal itu ia hentikan tatkala melihat ibunya terbatuk. Jingga segera mengambil air putih dan memberikannya ke Ibunya.

Wina

Matur nuwun (terimakasih), Nak. Oh iya, Jingga tadi mau tanya apa?

Wina duduk sembari meminum air yang diberikan Jingga. Jingga tertunduk lesu, detik selanjutnya ia menampilkan senyumnya.

Jingga

Ibu, apa sebaiknya kita tidak berjualan dulu?

Jingga yang khawatir memeluk Ibunya. Dia menaruh tangannya di dahi Ibunya untuk memastikan keadaan Ibunya.

Wina

Enggak Nak, Ibu ngga papa. Ayo berangkat

Wina segera berjalan di samping putrinya.

9. EXT - DI PERJALANAN - PAGI HARI - 2007

CAST: WINA, JINGGA, 2 orang (Laki dan Perempuan)

ESTABLISH SHOT: jalanan tampak ramai dipenuhi dengan kendaraan.

SOUND EFFECT: Suara motor, suara mobil, truk, mikrolet

Jingga beberapa kali memperhatikan wajah ibunya yang pucat pasi, bibirnya kering disertai dengan kedua matanya yang sayu. Beberapa kali ibunya terbatuk selama berada di perjalanan.

Wina

Uhuk-uhuk (seperti terbatuk)

Nafasnya yang terengah-engah membuatnya menjatuhkan kotak jajanan. Tangan kanannya memegang dadanya yang sedari tadi sesak. Sedangkan tangan yang lainnya ia buat untuk berpegangan di lengan Jingga

Jingga

I.. Ibu, duduklah sebentar Bu

Jingga menitihkan air mata dan segera membopong Ibunya ke pinggir jalan. Dia mengambil botol minum dan segera memberikannya ke Ibunya

Wina

Te... Terima.. Terimakasih ya, Nak

Wina segera meminum air itu

Jingga

Ibu, ayo pulang Bu. Ibu sakit

Jingga memegang kedua tangan Ibunya dengan erat. Matanya berkaca-kaca.

Wina

I.. Ibu tadi hanya batuk Jingga. Ibu masih kuat

Wina kembali berdiri dan memegang kotak jajanan tersebut.

Jingga

Aku mohon Ibu, dengarkan Jingga untuk kali ini

Wina

Lalu bagaimana cara kita dapat uang untuk hari ini, Nak?

Wina berbicara dengan nada rendah. Lantas ia tersenyum ke arah Jingga.

Jingga

Biar Jingga yang jualan Bu. Jingga bisa jualan sendiri kok

Wina

Tidak Jingga, besok kita akan berjualan lagi. Sekarang, kita pulang ya

Jingga menggeleng pelan di hadapan ibunya.

Jingga

Pokoknya, Jingga mau berangkat sekarang Bu. Ibu pulang saja, ya

Jingga mengotot sembari membawa kotak jajanan. Lantas ia salim dan langsung pergi

Wina

Jingga! Tunggu Ibu Jingga!

Wina mengejar anaknya. Ia tertatih ketika berjalan sembari nafasnya terengah-engah. Beberapa kali dia meneriaki Jingga, hingga pandangannya mulai mengabur. Dan seketika Wina jatuh pingsan. Jingga yang melihat itu, seketika mendekati Ibunya.

Jingga

I.. Ibu! Ibu! Bangun Bu

Jingga menepuk pundak ibunya. Dia juga beberapa kali menepuk pelan pipi ibunya. Tapi, ibunya tidak kunjung bangun

Jingga

Tolong.. tolong!

Jingga berteriak meminta tolong. Dia menitihkan air matanya dan membawanya ke dalam pelukannya.

Nampak sebuah mobil dimana terdapat pasangan suami istri yang melihat Jingga menangis. Lantas mereka menuju ke arah Jingga.

Suami (O.S)

Ada apa, Nak?

Jingga

Tolong bawa kami ke rumah

Istri (O.S)

Ayo, kami antar pulang Nak

Pasangan suami istri itu membawa Jingga dan ibunya kembali ke rumah.

FADE OUT

10. INT - RUMAH JINGGA - (SORE HARI - MALAM HARI) - 2007

CAST: WINA, JINGGA, RATIH (28)

ESTABLISH SHOT: Ibu Jingga terbaring lemah. Jingga duduk di sebelah ibunya dengan baskom plastik berisi air hangat dan sebuah waslap. Jingga mengompres kain itu dan menempatkannya di dahi Ibunya.

VO POV (JINGGA): Maafkan Jingga Bu, Jingga memang keras kepala

Jingga menitihkan air matanya. Kali ini, ia menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya. Tanpa ia sadari, Wina mengelus kepala Jingga.

Jingga

I... Ibu

Jingga tersenyum sumringah dan memeluk Ibunya. Wina tersenyum dan mengecup kepala Jingga

Wina

Kamu yang ngerawat Ibu, Nak

Jingga tersenyum sembari menitihkan air matanya karena terlalu senang

Jingga

Iya Bu, sudah tanggung jawab Jingga buat ngerawat Ibu

Wina

Pinter e anak e ibuk Iki (Pinternya, anak Ibu ini)

Dari hari itu, Jingga mengurus ibunya.

Hingga saat malam tiba, Jingga memilih untuk tidur bersama Ibunya. Ibu Jingga memeluknya.

Wina

Nak, Apa kamu bisa hidup jika Ibu meninggal nanti?

Wina menatap Jingga dengan serius.

Jingga

Kenapa Ibu bilang gitu?

Jingga memasang wajah datarnya seketika.

Wina

Nak, Tuhan hanya memberi kesempatan Ibu untuk hidup sekali. Bukan belasan, puluhan, ratusan, ribuan bahkan milyaran.

Jingga yang mendengarnya perlahan menangis. Ia memeluk tubuh Ibunya dengan erat.

Wina

Berjanjilah kepada Ibu untuk menjadi anak yang tabah dan tegar. Ibu tau, kau sudah besar dan pikiranmu sudah 2 kali lebih dewasa dari anak-anak yang lain. Dan-

Wina mengambil jeda beberapa saat. Ia menghembuskan nafasnya untuk beberapa kali.

Wina

Berjanjilah nak, jangan pernah menyusahkan siapapun. Kau harus bisa melangkah di jalan yang kau buat dan kau harus bisa berdiri di atas keputusan yang kau buat sendiri. Meski pada akhirnya nanti kau terjatuh untuk beberapa kali

Wina menatap kedua mata Jingga serius. Jingga mengangguk pelan sembari bersembunyi di balik pelukan Ibunya.

Wina

Nak, suatu hari nanti. Kau akan banyak belajar dari kehidupan. Dan salah satunya adalah, kau bisa belajar untuk menjadi akar

Jingga

Hah? Maksutnya apa Bu?

Wina

Kau akan tahu, saat waktunya tiba Jingga.

Jingga

Tuh kan, Ibu bikin penasaran lagi

Wina

Baiklah Nak, ayo tidur

Jingga

Ibu tidur saja. Jingga masih belum ngantuk

Jingga beralasan agar dirinya bisa memastikan bahwa ibunya tetap hidup. Namun, dia akhirnya tertidur.

ESTABLISH SHOT: langit malam ditemani dengan bintang-bintang dan bulan.

CUT TO

10. INT - RUMAH JINGGA - PAGI HARI - 2003

ESTABLISH SHOT: Suasana rumah Jingga yang nampak sepi dan gelap. Hanya ada lampu minyak di sudut kamar Jingga. Wina bangun lebih dahulu dengan keringat dingin yang mengalir deras, nafasnya terengah-engah, beberapa kali ia terbatuk.

Wina

Nak, suatu hari nanti. Kau pasti bertemu Ayahmu

Wina tersenyum, dia mengalungkan sebuah kalung dengan liontin di leher Jingga.

MONTAGE: Seorang suami dan istri sedang menggendong anaknya. Anak itu berusia 5 bulan. Suami itu mengalungkan liontin di leher istrinya dan dirinya. Suami itu tersenyum sembari mencium anaknya beberapa kali. Sang istri juga nampak bahagia

CUT BACK TO

Setelah mengalungkan kalung di leher Jingga. Wina terbaring lemah. Pandangan mata Wina kian mengabur.

FADE IN

JAM 5 PAGI

SOUND EFFECT: Suara ayam berkokok

Jingga terbangun. Dia menatap wajah Ibunya sembari meletakkan tangannya di dahi Ibunya. Beralih ke tangan Ibunya. Ia mengerutkan dahinya tatkala mengetahui bahwa tubuh ibunya dingin.

POV (JINGGA): I.. Ibu?

Jingga

I.. Ibu..

Jingga beberapa kali menepuk bahu Ibunya pelan sembari berteriak memanggil ibunya. Ia kemudian meletakkan jari telunjuknya di depan hidung Ibunya. Dan ia menyadari bahwa Ibunya tidak bernafas

Jingga

Ibu.. Bangun Bu! Ibu jangan tinggalin Jingga Bu!

Jingga berteriak dan menggerakkan tubuh Ibunya dengan keras. Dia menangis dan mengepalkan tangannya. Detik selanjutnya dia berteriak dan memukul tikar yang ada di hadapannya. Ia meraung-raung dan terus memukul tikar itu.

Jingga

Aaaaaaa!!!!! Enggak!! Ibu nggak boleh ninggalin Jingga, Bu!! Ayo bangun, Bu!

Jingga menjerit sembari mengacak rambutnya sendiri. Detik selanjutnya, ia menangis dan nafasnya terengah-engah.

Tetangga Jingga yang mendengar hal itu segera menghampiri Jingga.

Jingga

Bi... Bibi!!! Tolong bangunin Ibu Bi!!

Jingga merangkak sembari menarik baju Bibi Ratih. Ia terus saja menangis dan meraung-meraung.

Ratih

Astaghfirullah, Jing... Jingga. Apa yang terjadi, Nak?

Bibi Ratih segera mengangkat Jingga dan membawanya ke dalam pelukannya

Jingga

I.. Ibu Bi!.. I.. Ibu Jingga!

Tangan Jingga gemetar, telunjuk kanannya mengarah kepada Ibunya.

Ratih

Astaghfirullah..

Ratih berjalan ke arah Wina. Ia melihat raut wajah pucat Wina. Ratih mencoba menggerakkan Wina. Tapi tidak ada respon, dia juga memeriksa nadi Wina. Tapi tidak ada.

Ratih

Innalillahi Wa Inna'ilahi Raaji'un

Bibi Ratih menangis seketika. Ia beralih ke arah Jingga. Dan seketika memegang pundak gadis itu.

Ratih

Nak, I.. Ibumu..

Ratih meraih tubuh Jingga. Jingga melihat ke arah Ibunya dan terus saja menangis.

Jingga

Aaaaa... Ibu...

Jingga melepas pelukan Ratih dan berjalan lemas ke arah Ibunya. Kedua matanya mendelik, tubuhnya gemetaran dan seketika dia terduduk lemas dan merasa frustasi.

SOUND EFFECT: Suara melodi sedih

VO (JINGGA DEWASA): Hari dimana Ibu tiada, adalah hari yang mencekam bagi anak seusiaku.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
berat sekali 😭 @aminriduwan
3 tahun 4 bulan lalu
untuk anak umur 6 tahun, itu pasti berat :(
3 tahun 4 bulan lalu