Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
LITERATUR BERNYAWA ( SCRIPT FILM )
Suka
Favorit
Bagikan
2. 1. B. Sapaku Pada Kalbu

3. EXT - TOKO di SUDUT STASIUN - 2007

CAST: WINA (Ibu Jingga, 28/P), JINGGA (6/P), 2 PREMAN

Di depan toko sudut stasiun nampak sepi tanpa seorang pun. Seorang preman mengancam seorang Ibu yang sedang duduk di trotoar dengan sebuah kotak yang berisi jajan.

Preman 1 (24/L)

Kalo masih mau hidup, cepat serahkan uangmu!

(Preman 1 menarik kerah baju Wina secara paksa)

Preman 2 (25/L)

Cepat! Serahkan uang itu! Kalo tidak, Semua barang daganganmu ku rusak!

(Preman 2 mendelik dan menendang kotak jajanan yang ada di hadapannya)

Seketika, semua jajana berserakan. Badan Wina lemas, ia berusaha melepaskan tangan preman itu

Wina

A.. Ampuni saya, Sa.. Saya hanya orang miskin, saya tidak memiliki uang (Wina menangis tersedu-sedu)

Preman 1

Cepat serahkan semua uang yang kamu punya. Kalo tidak, bukan hanya barang daganganmu yang rusak. Tapi kamu juga! Dasar!

(Preman 1 membanting Wina hingga terjatuh ke bawah)

Jingga berjalan dan melihat ibunya dari kejauhan.

Jingga

I... Ibu!

Jingga terkejut. Kotak jajanan yang ia pegang terbanting ke tanah. Jingga mengepalkan tangan erat-erat tatkala ia melihat preman itu baru saja berlaku kasar pada ibunya. Dia berlari sembari mendelik dan menjerit.

Jingga

Berani sekali kalian! Jangan pernah berlaku kasar pada Ibuku!

Kedua mata Jingga mendelik. Kedua tangannya mengepal. Jingga meninju rahang bawah preman 1. Rahang atas preman terbentur dengan rahang bawah preman. Hal itu, membuat darah segar mengalir dari mulutnya.

Preman 1

Akhh.. Kurang ajar! Heh anak kecil! Cari mati kamu Ha!

Sang preman menggenggam erat tangan Jingga.

Wina

Jingga! Jangan melawan mereka Nak, sudah cukup Nak. Beri saja uangnya Nak

Wina meraih tubuh Jingga dari belakang, berharap agar anaknya tidak melawan 2 orang preman itu. Tubuhnya gemetar tatkala dirinya melihat Jingga mendelik ke arah preman-preman itu.

Jingga

Lepasin! Jangan pegang-pegang Saya! Saya ngga akan pernah takut. Saya emang masih kecil Bang, tapi Saya bukan pengecut kayak Abang!

Jingga menggerakkan kedua tangannya agar bisa terlepas kemudian menendang kaki kanan preman itu dan sesekali menjerit berharap agar ada orang yang membantunya.

Preman 2

Cepet kasih uangnya! Kalo ngga, anak ini bakal kubunuh!

Preman 2 menyergap Jingga dari belakang sembari mengarahkan pisau di lehernya.

Jingga

Aaaaaaaa

Jingga meronta-ronta, ia bergidik ngeri ketika melihat sebuah pisau. Seluruh tubuhnya gemetar. Nafasnya terengah-engah.

Wina

Saya mohon, jangan sakiti Anak Saya. Saya janji besok akan memberi kalian berdua uang. Karena hari ini Saya belom dapat uang

Wina bertekuk lutut sembari mencium kaki preman itu.

Preman 2

Cih!

Sang preman menendang Wina dengan kaki kirinya. Wina terkulai lemas sembari menghadap ke arah preman dan menangis.

SOUND EFFECT: Suara orang terjatuh

Preman 1 membanting Jingga ke bawah. Jingga jatuh dan dahinya terbentur kotak jajanan yang terbuat dari kayu. Sang Ibu meraih Jingga dan memeluknya. Seorang polisi melihat kejadian yang dialami Jingga dan Ibunya.

Polisi

Woy! Brengsek! Jangan kabur!

Sang polisi mengejar kedua preman itu.

CLOSE UP: Jingga menitikkan kedua air matanya dengan tatapan datar

DISSOLVE TO

VO POV (JINGGA): Di hari itu, untuk pertama kalinya aku melihat Ibu sangat ketakutan. Ingin rasanya aku melindunginya, tapi aku sadar. Aku hanyalah sebatas anak kecil yang lemah.

FADE IN

4. EXT/INT - RUMAH JINGGA - MALAM HARI - 2007

CAST: JINGGA (6), WINA

ESTABLISH SHOT: Jingga dan ibunya berdiri sembari membawa kotak jajanan di depan sebuah gubuk yang terbuat dari kayu berumur puluhan tahun. Hanya ada sampah yang menumpuk di sekitar pekarangan mereka.

CUT TO

Jingga

Ayo masuk, Bu (Jingga tersenyum sembari membantu ibunya membawa kotak jajanan)

Wina

Ayo, Nak (Wina tersenyum sembari berjalan ke dalam rumahnya)

VO POV (JINGGA): Ibu, kenapa Ibu bisa tersenyum seolah ngga terjadi apa-apa?

Jingga memandang Ibunya sembari

ESTABLISH SHOOT:

1.) Dinding rumah Jingga terlapisi oleh koran, rumah itu terdiri dari 3 ruang.

2.) Ruang pertama berisikan sebuah tikar dan karung goni yang digunakan sebagai pengganti bantal.

3.) Ada sebuah tirai yang menjadi pembatas untuk menuju ruang ke dua. Di ruang kedua, ada sebuah tungku dan juga beberapa kayu bakar serta korek api.

4.) Di sudut sebelah kirI, terdapat 2 galon air, beberapa piring serta beberapa gelas.

CUT BACK TO:

Wina sedang memasak air di tungku pemanasan. Wina memasukkan beberapa kayu bakar ke dalam tungku. Mereka hendak makan mie indomie soto untuk makan malam mereka.

CUT TO:

Jingga makan bersama dengan ibunya. Setelah habis, Ibu Jingga mencuci piring dan segera menemani Jingga yang hendak tidur. Jingga berbaring di samping ibunya. Ibu Jingga memeluk anaknya.

Jingga

Ibu, apa kau mau tau? Siapa yang paling membuatku bahagia?

Jingga tersenyum sembari menutup mulutnya.

Wina

Sinten (Siapa) ndok?

Jingga

Njenegan (Kamu, Anda) Buk, hehehe

Jingga terkekeh pelan

Wina

Anak Ibu bisa aja sekarang, udah yuk tidur

Wina mencubit kedua pipi Jingga.

Jingga

Ibuku cantiknya ngga ada yang ngalahin, kecuali Jingga. Ya kan Bu?

Jingga tersenyum sembari mengedipkan matanya beberapa kali.

Wina

Iya-iya, pokoknya Anak Ibu paling cantik. Tapi-

Wina mencubit hidung Jingga

Jingga

Ibu kebiasaan kalo ngomong di potong-potong, Jingga sebel

Jingga menunjukkan wajah masamnya

Wina

Lucunya, hehehe. Jangan lupa, kalo kecantikan yang sebenarnya itu berasal dari hati. Setiap orang yang lahir, ngga bisa milih dia mau terlahir jadi cantik atau ganteng. Jadi, cantik fisik itu bonus. Oke bos kecil?

Wina mengulurkan tangannya dengan maksut untuk tepuk tangan

Jingga

Siap kapten

Jingga tertawa sembari tos dengan ibunya. Ibu Jingga mencubit dan ikut tertawa bersama Jingga.

VO POV (JINGGA): Setiap orang, pasti diberi karunia berupa kebahagiaan. Dan yah, begitu pula denganku. Ia tercipta dari hal sederhana. Berasal dari dua orang yang saling meluangkan waktu. Tapi tetap saja, ia tak mampu ditukar dengan apapun di dunia ini.

CUT TO

5. INT - RUMAH JINGGA - PAGI HARI - Pukul setengah 5 pagi, 2003

CAST: JINGGA, WINA

ESTABLISH SHOT:

Suasana rumah Jingga hening. Sang Ibu sedang memasak air di tungku perapian. Sedang Jingga masih tertidur. Kedua mata Wina sayu,tangannya lemas.

Wina

Uhuk-uhuk (seperti terbatuk)

Keluar darah segar dari mulut Wina. Wina gemetar ketika tangannya menampung darah itu. Dia berjalan dengan tertatih dan kemudian membersihkan darah itu dengan air yang ada di galon kemudian mengelapnya dengan tisu.

VO POV (Wina): Aku harus merahasiakannya dari Jingga.

CUT TO

Jingga berjalan dan menghampiri Ibunya sembari mengucek kedua matanya.

Jingga

Selamat pagi, Bu

Wina

A.. Jing... Jingga

Wina kaget dan segera menyembunyikan tisu yang ia pakai dengan menjatuhkannya dan menginjaknya dengan kakinya.

Jingga

Ibu lagi masak apa?

Wina

Ibu lagi masak buat sarapan Jingga. Ibu bikin tempe goreng kesukaan Jingga

Wina tersenyum dan mencubit kedua pipi Jingga

Jingga

wah, pasti enak. Yaudah Jingga mandi terus sholat ya Bu

Wina mengangguk, dan Jingga langsung mandi dan sholat

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka berdua sarapan. Seperti biasa Jingga disuapi oleh ibunya. Mereka makan di pekarangan mereka dimana terdapat dua kursi plastik dan satu meja. Di sela-sela makan, mereka mengobrol.

Jingga

Ibu, apa kita nanti berjualan di stasiun lagi?

Wina yang mendengarnya menghentikan aksinya untuk menyuapi anaknya.

Wina

Kita pikirkan itu nanti ya, Jingga

Wina memasang senyum paksa. Kemudian mengelus kepala Jingga. Jingga memegang tangan Ibunya.

Jingga

Ibu, sebaiknya kita ngga ke sana dulu. Aku takut Bu

Jingga tampak murung. Wina memeluk anaknya sembari menunjukkan raut khawatir.

Wina

Jingga, bersiap-siaplah untuk sekolah, Nak. Kalo sudah, langsung pulang seperti biasa ya

Jingga mengangguk dan tersenyum ke arah Ibunya.

Akhirnya, Jingga ganti baju dan bersiap-siap sekolah. Sebelum berangkat, ia mencari ibunya dengan maksud untuk pamitan.

Jingga

Ibu.. Ibu dimana?

Jingga berteriak sembari membuka selambu menuju dapur.

Dia celingukan mencari dimana ibunya berada. Hingga akhirnya, dia haus. Jingga berjalan ke sudut kiri dapur. Dan secara tidak sengaja melihat sebuah tisu yang berlumuran darah. Dia pun mengambilnya.

VO POV (Jingga): Darah?

Jingga mengernyitkan kedua matanya. Wina berjalan dari belakang dan menepuk bahu Jingga.

Wina

Loh, anak Ibu? Mau berangkat ya?

Jingga tersentak kaget karena hal itu. Dia tak sengaja menjatuhkan tisu yang tadi dia pegang. Namun, dengan cepat ia menginjak tisu itu.

Jingga

    I... Ibu, Jing... Jingga mau berangkat

Jingga mengepalkan tangannya berusaha agar air matanya tidak jatuh.

Wina

Hati-hati ya

Jingga memeluk tubuh Ibunya. Dia menitihkan air matanya tanpa ibunya ketahui. Dan segera menghapusnya

Jingga

jingga berangkat dulu ya Bu. Assalamu'alaikum

  Jingga tersenyum sembari melangkah menuju ke luar rumah. Jingga menunduk sembari menitihkan air mata.

VO POV (JINGGA): Ibu, apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?

CUT BACK TO

Setelah Jingga pergi, Wina mengambil tisu yang dia buat mengelap darahnya. (beat)

VO POV (WINA): Semoga Jingga ngga lihat tisu ini

Wina melangkah ke pekarangan dan segera membuangnya di tempat sampah.

CUT TO

                   

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
sad :(
3 tahun 9 bulan lalu