Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
62. INT. RUMAH JOHAN, RUANG KELUARGA – MALAM
Herman, Lusi, Mira, Johan, Agus dan Jalil duduk santai di hamparan karpert, asyik menonton siaran berita di TV.
POV Herman, Lusi, Mira, Johan, Agus dan Jalil : di TV tampak gambar Johan saat di wawancarai oleh wartawan.
Setelah itu secara bergiliran Herman, Lusi, Mira, Agus dan Jalil menyalami Johan, memberi ucapan “selamat” pada Johan karena sekarang Johan telah menjadi anak yang top dengan julukan sebagai Detektif Kecil. Dan wajah Johan tampak bahagia dan bangga mendapat julukan sebagai Detektif Kecil.
CUT TO
63. INT. RUMAH JOHAN, RUANG MAKAN – PAGI
Herman, Lusi, Mira, Johan, Agus dan Jalil baru selesai makan, sisa-sisa makanan masih tampak di atas meja.
HERMAN
(ke Johan)
Jo, setelah ini Agus dan Oom Jalil akan balik ke Solo. Hadiah apa yang akan kamu berikan untuk Agus? Ingat ya Jo, bebrapa waktumyang lalu, saat kamu berulang tahun yang ke10, Agus sudah memberi kamu hadiah sebuah puisi yang indah. Sekarang ini Jo, saat yang tepat buat kamu untuk memberi hadiah pada Agus.
JOHAN
(pamitan)
Boleh ya saya meninggalkan meja makan duluan, untuk mencari di kamar saya, hadiah apa yang terbaik yang bisa saya berikan pada Agus?
HERMAN, LUSI, AGUS DAN JALIL
(hampir bersamaan)
Ya silakan, Jo.
Johan meninggalkan meja makan beranjak ke
CUT TO
64. INT. RUMAH JOHAN, KAMAR JOHAN – PAGI
Johan memandangi sekeliling kamarnya, kalau-kalau ada benda yang pantas untuk dihadiahkan pada Agus. Tiba-tiba mata Johan memandang celengannya yang berbentuk ayam-ayaman yang ada di atas lemari.
JOHAN (V.O.)
Ah, mungkin uang tabunganku sudah cukup banyak.
Lalu Diambilnya celengan itu dan diguncang-guncangnya. Dan ia tahu, kalau isinya belum banyak. Ia memang belum lama mulai menabung.
Johan memegang keningnya, berpikir hadiah apa yang layak untuk diberikan pada Agus. Kemudian ia ingat, belum lama berselang ia dibelikan oleh ibunya kaos oblong dengan gambar Tugu Monas. Dai ia merasa yakin, kalau kaos oblong bergambar Tugu Monas itu dihadiahkan untuk Agus, pasti Agus akan merasa senang.
Johan membuka lemari bajunya. Ditelitinya satu per satu tumpukan bajunya. Setelah ia temukan, kaos oblong putih bergambar Tugu Monas itu ia ambil. Setelah itu ia keluar daroi kamar menuju ke
CUT TO
65. INT. RUMAH JOHAN, RUANG TAMU & JALANAN DEPAN RUMAH – PAGI
Herman, Lusi, Mira, Agus dan Jalil duduk santai dan tampak Agus dan Jalil sudah rapi berdandan rapi, siap untuk pulang balik kec Solo. Tampak pula Satu koper ukuran sedang yang akan dibawa oleh Jalil dan Agus puang ke Solo. Lalu muncul Johan dengan membawa kaos oblong putih bergambar Tugu Monas.
JOHAN
(menyodorkan kaos oblong putih bergambar Tugu Monas)
Gus, ini hadiah untuk kamu.
AGUS
(menyambuti kaos itu)
Terima kasih, Jo. (lalu mengembangkan kaos oblong putih itu dan jelas terlihat gambar Tugu Monasnya dan Agus tampak sangat senang.) Oh Jo, bagus sekali. Ada gambar Tugu Monasnya.
JOHAN
Terima kasih juga Gus, kamu sudah menghadiahi aku puisi yang indah di ulang tahunku beberapa waktu yang lalu.
AGUS
(ke Johan)
Boleh langsung aku pakai kaosnya?
JOHAN
Oh tentu Gus, boleh.
Agus menukar baju yang dikenakannya dengan kaos oblong putih bergambar Monas pemberian Johan itu.
AGUS
(tersenyum bangga)
Ini bukti kalau aku sudah pernah ke Jakarta.
Johan, Herman, Lusi, Mira dan Jalil juga ikut tersenyum senang. Lalu terdengar klakson mobil. Semua melihat ke luar dan dari pintu depan yang terbuka lebar, tampak di jalanan depan rumah sebuah taksi. taksi yang dipesan secara online itu sudah datang.
CUT TO
66. EXT. RUMAH JOHAN, PINGGIR JALANAN DEPAN RUMAH – PAGI
Herman, Lusi, Mira dan Johan bergantian bersalaman dengan Jalil dan Agus. Dan saat Johan bersalaman dengan Agus, agak lama, karena keduanya masih bercakap-cakap.
AGUS
(masih dengan bersalaman dengan Johan)
Jo, kalau liburan semester nanti, aku main lagi ke Jakarta, ke rumahmu, boleh, ya?
JOHAN
Oh boleh, Gus. Nanti kita bertualang lagi mencari penjahat yang beraksi,ya?
AGUS
(tersenyum)
Benar, Jo. Kita bertualang yang sesungguhnya, bukan bertualang yang barusan aku lalui, bertualang terpaksa dan menyedihkan.
Johan tertawa kecil dan melepas salamannya pada Agus. Setelah itu Jalil memasukkan koper ke bagasi taksi, lalu Jalil dan Agus masuk ke dalam taksi dan perlahan-lahan taksi melaju meninggalkan rumah Johan disertai lambaian oleh Johan, Herman, Lusi dan Mira.
CUT TO