Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
13. EXT/INT. JALANAN, MOBIL PATROLI POLISI & WARUNG KOPI KAKI LIMA – SIANG
Mobil patroli polisi dengan tenang meluncur di jalanan dan tampak di dalam mobil yang pegang kemudi Brigadir Dirman dan di sampingnya duduk Brigadir Hendra, sedang Johan duduk di jok belakang. Lalu mobil patroli polisi berhenti di depan sebuah warung kopi kaki lima di pinggir jalan.
Brigdir Dirman, Brigadir Hendra dan Johan turun dari mobil patroli, lalu masuk ke warung kopi kaki lima. Di dalam kedai kopi hanya ada seorang pembeli yang sedang duduk santai menikmati segelas kopi.
Dengan cermat Brigadir Dirman mencocokkan wajah orang yang sedang minum kopi itu dengan wajah penodong yang terekam di kamera HP milik Johan. Setelah yakin wajah orang yang sedang minum kopi itu sama persis dengan wajah penodong yang terekam di kamera HP milik Johan, dengan gerak sangat cepat Brigadir Dirman mencabut pistolnya dan langsung mengarahkannya pada penodong itu.
BRIGADIR DIRMAN
(tegas)
Jangan bergerak!
Si penodong tampak bingung dan Brigadir Hendra bergerak mendekap tubuh ponodong, lalu Brigadir Dirman memborgol kedua tangan penodong. .
PENODONG
(berontak)
Ada apa ini Kenapa tiba-tiba tangan saya diborgol?
BRIGADIR DIRMAN
(tegas)
Sudah, kamu jangan banyak omong! Kamu baru menodong dan uang empat ratus ribu kamu gasak, kan?
PENODONG
(mengelak, marah)
Mana buktinya, Pak? Mana…??
Brigadir Dirman memperlihatkan layar HP Johan yang merekam wajah si penodong. Si penodong memperhatiannya, lalu ia terdiam.
BRIGADIR HENDRA
(ke si ponodong)
Sekarang ayo jalan, kamu ikut ke kantor polisi.
Si penodong menurut, ia melangkah keluar dari warung kopi, diikuti oleh Berigadir Dirman, Brigadir Hendra dan Johan. Sedang ibu pemilik warung kopi yang dari tadi mengikuti semua adegan yang terjadi di warungnya dengan sedikit tegang, sekarang tampak melongo, karena kopi yang dipesan oleh si penodong belum dibayar.
CUT TO
Tampak penodong berjalan paling dengan kedua tangannya yang diborgol mengarah ke depan, sedang di belakangnya yang mengiringi Brigadir Dirman, lalu Brigadir Hendra dan Johan berjalan berdampingan. Wajah Johan tampak takut, sedikit pucat. Dan Brigadir Hendra tahu akan ketakutan Johan.
BRIGADIR HENDRA
Kamu nggak usah takut, Jo. Kamu telah berjasa pada polisi, karena berani memotret wajah penodong itu. Karena itu kami akan terus melindungi kamu.
Mendengar penjelasan dari Brigadir Hendra, keberanian Johan kembali timbul dan kembali dengan gagah ia berjalan di samping Brigadir Hendra. Dan Johan ingat akan kata-kata ayahnya.
HERMAN (S.O.)
Jangan pernah merasa takut untuk membela kebenaran, Jo. Ingat-ingat ya, berani karena benar. Takut pertanda salah.
CUT TO
14. INT. KANTOR POLISI, RUANG PENGADUAN – SIANG
Dengan kedua tangannya masih diborgol dan mengarah ke depan, si penodong duduk di seberang meja kerja di hadapan Ajun Komisaris Heru, sedang Brigadir Dirman, Brigadir Hendra, Johan, Pak Badri, Seno, David dan Adi berdiri di sekeliling meja kerja.
AJUN KOMISARIS HERU
Siapa namamu?
PENODONG
(lirih)
Bragas, Pak.
AJUN KOMISARIS HERU
Hem, namamu cukup bagus juga. Mana uang hasil todongan kamu tadi?
PENODONG/BRAGAS
Di saku kanan celana saya, Pak.
AJUN KOMISRIS HERU
(ke Brigadir Dirman)
Coba diperiksa saku kanan celana penodong yang punya nama bagus ini.
BRIGADIR DIRMAN
(berdiri tegap)
Perintah siap dilaksanakan. (lalu Brigadir Dirman melangkah tiga tindak mendekati Bragas dan dengan isyarat menyuruh Bragas berdiri dan setelah Bragas berdiri Brigadir Dirman merogoh saku kanan celana Bragas dan mengambil uang empat ratus ribu dari sana, kemudian menyorongkan uang itu ke hadapan Ajun Komisaris Heru.)
AJUN KOMISARIS HERU
(ke Pak Badri)
Ini uang Bapak, silakan diambil.
PAK BADRI
(melangkah tiga tindak mendekati meja kerja, lalu mengambil uang itu)
Terima kasih atas bantunnya, Bapak-Bapak Polisi.
AJUN KOMISARIS HERU
(ke Pak Badri)
Urusan ini rasanya sudah beres. Karena itu saya persilakan Bapak dan murid-murid Bapak untuk pulang. Perkara Bragas, si ponodong ini, biarlah saya bereskan nanti.
PAK BADRI
(mengangguk)
Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.
Pak Badri bersama Johan, David, Adi dan Seno sudah hendak melangkah meninggalkan Kantor Polisi itu, ketika Brigadir Dirman bilang:
BRIGADIR DIRMAN
Oya, hampir lupa. Jo, ini HP-mu. (Brigadir Dirman menyorongkan HP itu ke arah Johan dan Johan menyambutinya.)
AJUN KOMISARIS HERU
(ke Johan)
Ini awal keberanian yang hebat untukmu, Jo. Teruskan langkah keberanian ini dan jangan pernah berhenti ya, Jo. Biar kalau besar nanti, kamu jadi orang yang hebat!
JOHAN
(bangga)
Baik, Pak Ajun Komisaris!
CUT TO
15. SEKOLAH JOHAN, HALAMAN DI DALAM SEKOLAH – PAGI
Upacara bendera di hari Senin. Para murid dan para guru tampak sedang mendengarkan kata sambutan dari Pak Badri yang bertindak sebagai Inspektur Ucapara.
PAK BADRI
Anak-anak, hari Kamis, minggu yang lalu, waktu pertama kita kembali masuk sekolah setelah liburan panjang setengah semester, saya ditodong setelah mengambil uang di ATM di terminal yang lama. Tapi Alhamdulilah, berkat keberanian kawan kalian, Johan—murid kelas–5A—memotret penodong itu dengan kamera HP-nya, dengan segera Pak Polisi dapat menangkap penjahat yang bernama Bragas itu, setelah mendapat laporan dari saya.
Semua murid peserta upacara bendera menatap ke arah barisan anak-anak kelas–5A, mencari tahu anak yang bernama Johan. Johan tampak senyum-senyum.
PAK BADRI
(melanjutkan)
Untuk itu anak-anak, tirulah keberanian dan kecerdikan Johan.
TEMAN-TEMAN SEKELAS JOHAN
(serempak)
Hebat Johan, hebat Johan, seperti detektif!
Lalu tampak semua peserta upacara bendera bertepuk tangan, memberi applaus pada Johan. Tampak Johan merasa senang.
Di kelompak kelasnya Mira (adiknya Johan), tampak Mira wajahnya berseri-seri. Mira ikut merasa senang dan bangga pada kakaknya yang gagah berani dalam membela kebenaran. Di kelompak para guru yang ikut upacara bendara, tampak Pak Yasir, wali kelasnya Johan juga tampak senang.
CUT TO
16. EXT. RUMAH JOHAN, TERAS DEPAN & HALAMAN DEPAN – SORE
Kakek dan nenek duduk santai di kursi, sedang Johan duduk di lantai asyik bermain game di HP dan Mira duduk di samping Johan ikut melihat permainan game itu. Di atas meja kecil yang ada di teras itu tampak ada dua gelas teh yang tinggal separo. Lalu di halaman depan tampak ada mobil masuk dan berhenti. Ayah yang pulang dari dinas dan ibu yang pulang dari kantor turun dari mobil, lalu melanglah ke teras. Dan Mira segera melapor.
MIRA
Ayah, waktu upacara bendera di sekolah tadi, diceritakan oleh Bapak Kepala Sekolah, Kak Johan berani memotret penodong yang sedang beraksi dengan kamera HPnya.
HERMAN
(ke Johan)
Benar, Jo?
JOHAN
(mengangguk)
Iya, Yah.
HERMAN
(menelus-elus punggung Johan)
Wah, hebat kamu Jo, hebat! Berarti kamu sudah mulai jadi detektif, Jo.
Johan tersenyum senang.
JOHAN (V.O.)
Jadi detektif? Oh, alangkah hebatnya!
Ibu, Kakek dan Nenek juga tersenyum (ikut merasa senang atas kehebatan Johan.)
CUT TO