Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Johan Detektif Kecil (Membebaskan Sahabat) Script Film
Suka
Favorit
Bagikan
2. #2 Scene 5 - 8

5. EXT. SEBUAH DESA, LADANG & HUTAN – MALAM

 

Johan, Herman, Bruno dan tiga orang penduduk desa berjalan bersama meninggalkan desa, kemudian mereka sampai di ladang yang ditumbuhi palawija (jagung, singkong, ketela dll).

 

CUT TO

 

Tampak Bruno berada di dekat Johan bersama Herman dan tiga orang penduduk desa telah berada di sebuah saung yang cukup tinggi, mereka tampak serius menatap ke depan, mereka tengah mengincar babi-babi hutan yang akan segera datang.

 

POV Saung, Johan, Bruno,Herman dan tiga orang penduduk desa: Hutan belantara membentang, kemudian tampak muncul sekawanan babi hutan. Melihat sekawanan babi datang, Herman pun mengokang senjata, sedang Bruno menggonggong.

 

 Johan mengelus-elus tubuh Bruno.

 

JOHAN

(lirih)

Bruno, diam Bruno, nanti babi-babi hutan itu pada kabur.

 

Bruno tak mau diam, ia terus menggonggong. Dan tiba-tiba seperti terkejut, babi-babi hutan itu pada lari pontang-panting. Saat itulah salah seorang penduduk desa (kita sebut saja bernama Imron) melihat ada tiga ekor macan.

 

IMRON

(berseru lirih)

Hei, ada tiga ekor macan . Ayo kita menyelamatkan diri, ayo kita pergi dari sini.

 

 

Kemudian dengan sangat hati-hati mereka turun dari saung, lalu dengan mengendap-endap pergi, meninggalkan tempat itu. Tapi Bruno tidak mau ikut serta. Dengan berani Bruno menghampiri tiga ekor macan itu.

 

CUT TO

 

Tampak di hadapan tiga ekor macan Bruno menggonggong, lalu salah satu macan segera menyergap Bruno dan mencabik-cabiknya.  

 

CUT TO

 

6. EXT. LADANG – PAGI   

 

Johan, Herman, Imron dan dua orang penduduk desa lainnya berjalan memasuki ladang, mendatangi tempat di mana tadi malam mereka berburu babi hutan. Lalu mereka melihat (Close Up) darah yang tercecer.

 

JOHAN (V.O.)

Ah, ini pasti darahnya Bruno.

 

Lalu tampak mereka mencari-cari, kemudian Herman menemukan/melihat kepala Bruno.

 

HERMAN

(sedikit berseru sambil menunjuk ke arah kepala Bruno letaknya beberapa langkah di hadapannya.)

Itu kepala Bruno.

 

Segera Herman, Johan dan tiga penduduk desa menghampiri kepala Bruno. Kemudian Johan sesenggukan menangis (Ia merasa kasihan pada Bruno, anjing kesayangannya yang mati demi membela majikannya.)

    

HERMAN

(menghibur)

Sudah Jo, kamu nggak usah sedih, nggak usah menangis. Walau air matamu habis, Bruno nggak akan pernah hidup lagi. Lebih baik, sekarang ayo kita kubur bangkai kepala Bruno.

 

Johan menghapus air matanya dengan telapak tangan, lalu segera membantu Herman yang mulai menggali tanah, sedang Imron tampak pergi meninggalkan tempat itu

CUT TO

 

Tampak lubang yang digali sudah agak dalam, kemudian salah satu penduduk desa memasukkan bangkai kepala Bruno ke dalam lubang, lalu Herman dan Johan dibantu dua penduduk desa lainnya menguruk lubang itu. Bersamaan dengan itu Imron kembali datang ke tempat itu dengan membawa sebilah papan dan Imron memberikan papan itu pada Johan.

Johan berhenti ikut menguruk tanah, lalu melangkah beberapa tindak menjauh dari tempat itu, kemudian ia membuka tas punggungnya, mengambil spidol dan dengan spidol menulis di papan itu. 

 

CUT TO

 

Johan, Herman, Imron dan dua penduduk desa lainnya berdiri khusyuk di hadapan kuburan bangkai kepala Bruno dan tampak ada satu nisannya dari papan. Cloce Up tulisan di nisan: DI SINI DIKUBURKAN BRUNO, SANG PAHLAWAN

 

CUT TO

 

7. EXT/INT. RUMAH JOHAN, TERAS DEPAN & RUANG TAMU – SENJA     

 

Johan mengenakan kaos lengan panjang, celana panjang dan tas punggung yang isinya penuh (menggembung) bertengger di punggungnya, sedang Herman memakai T- Shirt lengan pendek dan celana doreng ala tentara, wajah keduanya tampak sedikit berkeringat, sedikit lelah (baru tiba di rumah setelah berburu). Dan ketika Johan dan Herman memasuki ruang tamu, suasananya sedikit meriah dengan hiasan beberapa balon aneka warna. Tampak pula Ibu, Mira, Kakek dan Nenek mengenakan baju-baju yang bagus. Sementara di atas meja ada kue tart dengan hiasan lilin berjumlah 10 buah.

 

Johan kelihatan heran.

 

JOHAN (V.O.)

Rupanya Kakek dan Nenek sudah datang dari Solo. Dan ini ada acara apa, kok semarak banget?

 

Belum hilang rasa heran Johan, Herman segera menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun,” yang segera pula diikuti oleh Ibu, Mira, Kakek dan Nenek.

    

Tampak Johan masih diam, dalam kebingungan. Selesai menyanyi, dimulai dari Ibu, bergantian mereka menyalami dan mengucapkan: “selamat ulang tahun” pada Johan. Baru Johan ingat, kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Keletihan Johan kontan hilang, wajahnya jadi tampak berseri-seri, kemudian kakek memberi Johan hadiah. 

 

KAKEK

(sambil menyerahkan kado)

.Jo, ini hadiah ulang tahunmu, dari Kakek dan Nenek.

 

JOHAN

(merima dengan wajah penuh suka cita)

Terima kasih, Kek, terima kasih, Nek.

 

NENEK

(sambil mengulurkan kado tipis pada Johan)

Yang ini kado dari Agus, Jo.

 

JOHAN

(haru dan bahagia)

Oh Agus, saudara sepupuku yang tinggal jauh di Solo, ingat pada hari ulang tahunku. (mendekap kedua kado itu ke dadanya) terima kasih, Gus.

 

KAKEK

(mengingatkan)

Jo, kado dari Kake dan Nenek, sebaiknya kamu buka sekarang, aja.

 

JOHAN

(tersenyum)

Iya ya, biar cepet tau, apa isinya. (lalu Johan membuka kado pemberian kakek dan neneknya itu. Dan isinya ternyata handphone. Tampak Johan sangat senang.) Oh HP! (Johan mengamati HP itu), ada kameranya pula. Oh, ini memang yang saya inginkan. Kakek, Nenek, sekali lagi terima kasih banyak atas hadiahnya. (lalu Johan akan memotret Ibunya, Lusi, tapi Lusi mencegahnya.)

 

LUSI

(mengingatkan)

Stop, acara memotretnya dihentikan dulu. Kamu dan Ayah belum mandi, kan?

 

HERMAN

(tertawa malu)

Ho ho ya, Jo, kita berdua belum mandi. Ayo Jo, kita mandi dulu, setelah itu baru kita makan bersama-sama.

 

Lalu Herman menggandeng Johan beranjak pergi dari ruang tamu, menuju ke dalam rumah (untuk mandi).

 

CUT TO

8. EXT/INT. RUMAH JOHAN, KAMAR JOHAN – MALAM

 

Sepintas rembulan bersinar di atas rumah Johan, kemudian tampak Johan mematikan lampu kamarnya dan menggantikan dengan lampu duduk yang sedikit redup. Tapi ketika mulai merebahkan diri di atas tempat tidur, tiba-tiba ia ingat kalau  belum membuka kado ulang tahunnya dari Agus. Ia kembali bangkit dari tidur. Lampu kamar kembali pula ia hidupkan. Lalu ia membuka kado hadiah dari Agus itu. Isinya ternyata hanya dua carik kertas; satu carik ketas putih, dan satu carik lagi guntingan dari koran.

Johan tampak penasaran. Segera ia membaca tulisan yang tertera di kertas putih itu.

    

AGUS (S.O.)

Johan, selamat ulang tahun, ya. Aku nggak bisa memberi hadiah apa-apa. Hanya ini aku lampirkan puisi karyaku yang sudah dimuat di Lembar Anak koran langganan Bapakku. Puisi ini sengaja kutulis untuk hadiah ulang tahunmu

Dari sahabatmu di Solo,

Agus Kuncoro

 

Johan tampak makin penasaran. Lalu ia membaca puisi karya Agus itu:

    

JOHAN

(lirih)

Johan, saudara sepupu dan sahabatku

Hari ini genap sepuluh tahun usiamu

Sama dengan usiaku tiga bulan yang lalu

Johan, kita sudah sama-sama semakin besar sekarang

Karena itu mari kita makin rajin belajar

Agar kelak kita raih masa depan yang gemilang

 

Usai membaca puisi karya Agus, Johan terdiam. Dalam hati ia merasa malu, karena tidak memberi kado saat Agus berulang tahun tiga bulan yang lalu.

 

JOHAN (V.O.)

Ah, tapi masih banyak waktu untuk dapat membalas kebaikan Agus ini. (jeda) Gus, suatu saat nanti aku harus dapat membalas kebaikanmu ini.

 

CUT TO

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)