Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Johan Detektif Kecil (Membebaskan Sahabat) Script Film
Suka
Favorit
Bagikan
5. #5 Scene 17 - 23

17. EXT. PERUMAHAN KILAU PRERMAI , JALANAN & HALAMAN DEPAN RUMAH DAVID – SIANG

 

Cuaca sedang mendung di atas Perumahan Kilau Permai dan tampak Johan yang mengenakan sepatu bola, celana pendek dan kaos olah raga yang di punggungnya bertuliskan REAL MADRID berjalan tenang, kemudian langkahnya berhenti di depan rumah David. POV Johan: di halaman depan David sedang menyiangi bunga-bunga.

 

JOHAN

(setengah berteriak)

David

 

David menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke Johan.

 

JOHAN

(melanjutkan)

Ayo ke Lapangan Pormas, main bola.

 

DAVID

(masih memegang gunting bunga)

Ah males Jo, langit sudah mendung, sebentar lagi pasti turun hujan.

 

JOHAN

(sedikit mengejek)

Ah, hujan kan cuma air, Vid. Lagi pula asyik kan main sepak bola sambil mandi air hujan?

 

DAVID

Nggak deh, Jo. Maaf. ( menunjuk ke arah aneka bunga yang tumbuh dengan subur) Aku juga harus memangkas daun bunga-bunga itu yang mulai lebat.

 

JOHAN

(mengejek)

Ah, seperti anak perempuan saja kamu, Vid, senang merawat bunga.

 

David diam, tak berkomentar, sedang Johan melangkah pergi meninggalkan rumah David.

 

DAVID

(setengah berteriak)

Jo, kamu nggak usah jemput Seno dan Adi. Tadi Seno dan Adi juga jemput aku, tapi aku nggak mau. Seno dan Adi sekarang pasti udah di Lapangan Pormas.

 

CUT TO

 

 

18. EXT. LAPANGAN PORMAS – SORE

 

Langkah Johan sudah sampai di Lapangan Pormas dan ia melihat dua tim sudah berlaga bermain sepak bola, tampak Seno dan Adi berada dalam satu tim. Johan berdiri di pinggir lapangan sebagai penonton, tampak pula beberapa anak (dengan posisi terpencar) berada di pinggir lapangan juga sebagai penonton.

 

Kemudian mendadak turun hujan dan anak-anak yang sedang bermain bola, juga yang jadi penonton segera belarian ke tempat berteduh yang ada di Lapangan Pomas itu, tapi Johan justru meminjam bola, lalu ia asyik bermain bola sendiri di tengah lapangan di tengah derasnya hujan.     

 

CUT TO

 

Hujan reda, Johan meninggalkan Lapangan Pormas dalam keadaan basah kuyup dan anak-anak yang lain juga meninggalkan Lapangan Pormas, tapi dalam keadaan tidak basah.

 

CUT TO

 

19. EXT/INT. RUMAH JOHAN, MOBIL HERMAN & HALAMAN DEPAN – SORE

 

Mobil Herman telah berada di halaman depan, lalu tampak Herman dan Lusi yang baru pulang dari kerja turun dari mobil dan pada saat itulah Johan juga memasuki halaman depan. Dan begitu melihat keadaan Johan yang basah kuyup, kontan Lusi ngomel.

 

LUSI

(marah)

Aduh Johan, Ibu kan selalu berpesan, kamu jangan keluar rumah, kalau langit sedang mendung. Lihat, kamu basah kuyup begitu.

    

Johan diam, menunduk, tak berani menatap wajah Ibunya. Ia merasa bersalah.

    

LUSI

(melanjutkan)

Sudah, cepat mandi sana. Moga saja kamu nggak sakit.

 

Johan akan lewat pintu depan, tapi Lusi cepat mencegahnya.

 

LUSI

(melanjutkan)

Eit, jangan lewat depan, kamu lewat pintu samping, Johan.

Johan mengarahkan langkahnya ke arah pintu samping rumah.

 

CUT TO

 

20. INT. RUMAH JOHAN, RUANG KELUARGA  – MALAM

 

Herman dan Lusi sedang asyik nonton TV, lalu samar-samar terdengar suara anak mengerang (erangan anak yang sakit meriang). Lusi yang pertama mendengar suara  erangan itu, menajamkan pendengarannya. Lalu...

 

LUSI

(lirih, sambil beranjak pergi)

Kayaknya Johan sakit

 

Herman menatap punggung istrinya.

 

CUT TO

 

21. INT. RUMAH JOHAN, KAMAR JOHAN – MALAM

 

Lusi sudah berada di depan kamar Johan dan suara erangan itu terdengar semakin jelas, tanpa ragu Lusi membuka pintu kamar Johan lebar-lebar. POV Lusi: di tempat tidur Johan menggigil karena meriang.

 

Wajah Lusi kontan tampak cemas.

 

LUSI

(sambil meletakkan punggung tangan kanan di kening Johan)

Ya ampun Johan, kamu sakit. Suhu badanmu panas sekali.

 

Lalu kepala Lusi menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar dan berseru memanggil Herman.

 

LUSI

(lanjutan)

Yah, Ayah…!

 

Herman muncul di kamar Johan.

 

HERMAN

(sedikit heran)

Ada apa, Bu?

 

LUSI

Johan demam, suhu badannya sangat tinggi.

 

HERMAN

(mengangguk-angguk)

Ini pasti karena sore tadi Johan mandi hujan-hujanan.

 

LUSI

Ya jelas begitulah, Yah.

 

HERMAN

Kalau begitu ayo Bu, kita bawa Johan ke Dokter Sukma.

 

CUT TO

 

22. INT. TEMPAT PRAKTEK PRIBADI DOKTER SUKMA, RUANG PRAKTEK – MALAM

 

John berbaring di ranjang periksa dan dengan stetoskop tampak Dokter Sukma memerika kondisi Johan, sedang Lusi dan Herman berdiri berdampingan, sedikit jauh dari Dokter Sukma.

 

CUT TO

 

Dokter Sukma sudah duduk di meja kerjanya dan Lusi duduk di seberang meja di hadapan Dokter Sukma dengan Johan duduk di pangkuan Lusi. Sedang Herman berdiri di samping kiri Lusi.

 

DOKTER SUKMA

Johan hanya meriang, Ibu dan Bapak nggak usah cemas. Tekanan darahnya Johan juga bagus. (lalu menyorongkan dua plastik kecil berisi obat) Setelah obatnya diminum, insya Allah suhu panas badannya Johan akan turun.

 

Mendengar penjelasan ini, tampak Lusi dan Herman merasa lega.

 

CUT TO

 

23. EXT/INT. RUMAH JOHAN, KAMAR JOHAN – PAGI

 

Matahari pagi bersinar di atas rumah Johan, lalu tampak Lusi membuka jendela kamar dan sinar matahari yang lembut menerobos masuk menyinari tubuh Johan yang masih berbaring di tempat tidur. Kemudian perlahan-lahan Johan membuka mata. Setelah selesai membuka jendela, Lusi melihat Johan sudah terjaga, wajah Lusi tampak senang.

 

 

 

 

 

LUSI

(tersenyum)

Eh, Johan sudah bangun. (Lalu meletakkan punggung tangan kanannya di kening Johan) Alhamdulillah, panas badanmu mulai menurun. Besok pasti kamu sudah benar-benar sehat dan bisa kembali masuk sekolah. 

 

Johan hanya tersenyum.

 

LUSI

(melanjutkan)

Ibu tinggal dulu ya, Jo? Ibu mau menjerang air untuk mandimu.

 

JOHAN

Baik, Bu.

 

Lusi beranjak keluar dari kamar, sedang Johan (masih dengan berbaring) tatapnya mengarah keluar jendela. POV Johan (wajahnya tampak sedih): orang-orang berlalu-lalang hendak berangkat kerja dan anak-anak ke sekolah.

 

JOHAN (V.O.)

Ah, alangkah senangnya mereka. Tidak seperti aku yang sedang sakit ini. (jeda) Ah, ini gara-gara kemarin aku nekad mandi hujan-hujanan...

 

Sejenak Johan tampak merenung, lalu Lusi (kembali) masuk ke kamar Johan.

 

LUSI

Lho, kok melamun, Jo. Mikir apa?

 

JOHAN

(sendu)

Saya sedih Bu, karena hari ini saya tidak bisa masuk sekolah.

 

LUSI

(tersenyum)

Itu kan salahmu sendiri. Kenapa kamu tidak mau menuruti nasehat Ibu? Kenapa kamu nekad bermain sepak bola di saat hujan deras?

 

Johan diam, membisu. Ia menyadari kesalahannya.

   

LUSI

(melanjutkan)

Biar tidak bau badan, sekarang kamu mesti mandi pakai air hangat.(lalu menarik kedua tangan Johan dengan lembut)  Ayo, bangun.

    

Johan bangkit dari berbaring dan duduk di tempat tidur. Dan ia seperti ingat sesuatu.

    

 

JOHAN

(heran)

Ibu nggak kerja?

 

LUSI

Nggak. Karena Ibu ingin merawatmu, sampai kamu kembali benar-benar sehat.

 

JOHAN

(murung )

Ah, saya sudah merepotkan Ibu.

 

LUSI

(tersenyum)

Nggak, Jo. Kamu nggak usah merasa bersalah. Ibu mengambil cuti tiga hari kerja dan kebetulan cuti itu dimulai hari ini.

 

JOHAN

(menghela nafas lega)

O iya Bu, hari ini kan saya nggak masuk sekolah, tolong ijinkan ke Pak Yasir, wali kelas saya.

 

LUSI

Iya, iya, nanti Ibu telpon ke Pak Yasir. Sekarang ayo, kamu mandi.

 

Lalu Lusi membimbing Johan  keluar dari kamar ( menuju ke arah kamar mandi.)

 

CUT TO

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)