Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Akinwole
Suka
Favorit
Bagikan
12. Sendiri?! #12

Senja yang berujung malam mulai memenuhi langit semesta, goresan mega merah mulai naik dan menghilang bergantikan warna gelap malam. Ata mulai berkemas untuk menyusup kerumah ibunya, yang tak lain adalah Nyonya Bian. Ia sangat yakin jika kali ini ia akan berhasil. Ia tak bisa berdiam diri terlalu lama. Ia memutuskan untuk pergi sendirian, ia tak ingin Kevin ikut. Ia yakin jika ia bisa.

Sesampainya di gerbang belakang, Ata mulai masuk dengan jalan tanpa suara. Aku harus ke ruangan ayah, batin Ata. Ata melewati pintu belakang dengan jantung berdetak keras, ia mengamati sekitar dengan mata yang tajam. Matanya berhenti pada pintu kamar Zakiya, ia seperti melihat ada yang aneh di pintu kamar Zakiya. Lalu Ata memakai kacamata night view untuk melihat lebih jelas. Ata tak mendekatinya, hanya mengamatinya dari jauh saja. Ternyata hanya hiasan pintu Zakiya yang baru.

Ata berpaling langsung menuju tangga. dan mengamati bekas sidik jari yang terlihat hijau di kacamatanya. Masih terlihat sangat jelas dan matang. Ketika sampai didepan ruangan ayahnya, Ata mengamati sekitar. Sepi dan lengang.

Ata kembali menatap lubang kunci yang terletak dibawah engsel pintu. Ia memasukkan kunci dan terbuka. Ia kembali menatap sekitar lagi dengan waspada dan hati-hati.

"Aman," gumam Ata.

Ia masuk dan menguncinya kembali dari dalam. Ata mulai mencari jas berwarna biru tua. Mulai dari sela-sela rak buku sampai pada loker-loker yang kecil. Hampir nihil dan tak ada tanda ia akan menemukan jas berwarna biru tua itu. Ata kembali mencari di berbagai meja, kursi, dan diantara buku-buku tebal. Ketika memindahkan buku tebal, ada secarik kertas yang jatuh. Ata mengambilnya dan membuka lipatan kertas itu. Terdapat kalimat yang membuat Ata berpikir siapa yang menulis itu

"Akan ada yang bisa menghentikan sebuah terka, cari dimana jalan kebenaran itu bertapak. Jangan sebelah mata yang memandang. Selamatkan apa yang masih menjadi darah dagingmu. Kecuali sesuatu yang ingin menjadi sebagian dari hak-mu."

Ata menyimpan tulisan itu pada saku jaketnya. Ia akan memikirkan itu nanti, yang ia cari sekarang adalah jas biru tua milik ayahnya. Ata kembali mencari lagi, ia pindah ke lemari yang ada dibelakang berkas-berkas. Membukanya dengan perlahan dan tanpa suara. Sekarang didepannya tampak tumpukan kertas dan berbagai map yang cukup tebal. Ia sekali lagi tak percaya jika ayahnya adalah seorang pekerja keras yang bisa menulis bahkan menghasilkan berbagai tulisan yang menurutnya rumit.

Ketika Ata mengamati lemari yang penuh dengan kertas. Di loker paling bawah ia melihat ada yang mencuat keluar dan itu bukan bertas. Ata jongkok dan menyentuhnya. Kain apa ini?, batin Ata. Karena penasaran, Ata menarik kain itu hingga tumpukan kertas itu mulai bergerak karena tarikan Ata.

"Sshhhh susah sekali" desis Ata.

Ata terus berusaha menarik kain itu, ia mulai tak sabar. Akhirnya Ata menarik paksa kain itu hingga kertas berserakan dimana-mana. Dan Ata terkejut dengan apa yang didapatkannya. Itu adalah jas biru tua yang selama ini ia cari. Ia segera membuka jendela ruang kerja ayahnya, ia harus segera pergi dari sini sebelum orang rumah mendengar berdebum kertas yang ia jatuhkan. Melihat tingginya lantai dua rumahnya tekat Ata menciut seketika. Namun ia harus loncat dan tak mungkin jika ia keluar dari kamar ini jika sudah menimbulkan suara.

Ata mengumpulkan keberanian untuk meloncat dari lantai dua. Sementara suara derap kaki mulai terdengar mendekat. Ata memejamkan mata dan mulai membentangkan kedua tangannya sembari menarik nafas dalam-dalam. Jauh dibawah sana ada rerumputan yang tersusun rapi, seolah menawarkan obat bius dalam sekejap saja. Ata kembali membuka matanya. Tanpa melihat kearah bawah, Ata langsung meloncat hingga menimbulkan suara berdebum keras.

"Ssssssssstt sakit" Ata mendesis menahan sakit. Ia mencoba untuk segera berdiri dan pergi dari rumah itu. Namun, kakinya lemas tak bertenaga. Ia mencoba sekuat tenaga untuk menjauh dari rumah itu. Aku harus bisa, batin Ata. Dari kejauhan Ata melihat ada yang berlari menuju arahnya dengan merentangkan kedua tangannya. Penglihatan Ata mulai kabur dan tidak jelas. Ata hanya bisa mencoba bangkit namun selalu jatuh. Tangan kanannya mulai mengeluarkan darah karena tertancap paku karat yang ada didekat jendela. Seseorang itu semakin mendekat kearah Ata. Ata hanya bisa menahan nafasnya yang mulai tersenggal.

"Ata!!!" seseorang itu adalah Kevin. Kevin segera merangkul tubuh Ata dengan sekuar tenaga. Ia harus cepat, karena bodyguard rumah mulai berhamburan keluar. "Lo harus bisa bangkit, semua rencana lo akan gagal jika lo nggak bangkit! Gue yakin lo bisa jalan," dengan geram Kevin langsung menggendong tubuh Ata menuju mobil yang ia sengaja sewa untuk mengikuti Ata. Ata hanya bisa pasrah sembari memeluk jas biru yang menjadi saksi bisu perjuangannya malam ini. Yang terakhir Ata lihat hanya Kevin.

_________________________________________________________________________

Ruangan putih dengan nuansa gorden berwarna biru muda kehijauan menjadi yang pertama kali dilihat oleh Ata. Ia masih memperhatikan sekitar dengan mata menyipit. Sebuah tangan mulai memeluk kepala Ata dengan isakan tangis yang lembut. Ata mendongak untuk melihat.

"Kevin..." panggil Ata lemah.

"Ya?" jawab Kevin sambil mengusap mukanya dengan gusar.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Ata.

"Tidak ada apa-apa. Aku akan panggil dokter sebentar," pamit Kevin singkat.

Ata meringis kesakitan, seolah ingin meremas kepalanya yang pening dan sakit. Dia merasakan sakit yang luar biasa dibagian kepalanya, sehingga Ata memutuskan untuk turun dari tempat tidur menuju sofa. Dengan hati-hati Ata menyeimbangkan langkahnya yang mulai terseok-seok.

Dengan pandangan buram, Ata terus melangkah. Tanpa ia sadari setitik darah mengalir dari kedua hidungnya dan menetes dilantai putih, Ata terus berjalan karena ia merasa punggungnya sakit. Ata bahkan tidak menyadari jika ia sedang diinfus, akhirnya tiang infus itu limbung dan menjatuhi kepala bagian belakang Ata. Ata langsung jatuh dengan darah yang masih mengalir dihidungnya.

_________________________________________________________________________

Sepanjang karidor Kevin terus memanggil dokter Farish, takut terjadi sesuatu jika ia berlama-lama diluar ruangan. Yang dipanggil namanya pun keluar dari ruangan dan segera menuju ke arah Kevin. "Ata sudah sadar dok. Silakan Anda cek keadannya" ucap Kevin dengan nafas tersenggal.

Mereka berdua segera menuju ruangan dimana Ata dirawat dengan derap langkah panjang lebar. Dengan cepat Kevin segera membukakan pintu untuk dokter Farish. Dengan mata terbelalak, Kevin segera mendekati Ata yang sudah terkapar lemas dengan darah tergenang disekitar kepalanya.

"Bagaimana ini dokter?" tanya Kevin dengan mata penuh harap.

"Kita bawa dulu dia ke ranjang," jawab dokter Farish.

Dengan hati teriris Kevin berusaha tegar ketika melihat wajah Ata yang sudah dipenuhi darah segar. Ia begitu hancur melihat Ata dengan keadaan yang seperti ini, jauh ketika Ata yang berusaha mengatur strategi dan berpikir bagaimana cara ia bisa menyelamatkan semua dari kejahatan ibunya. Sangat tajam matanya ketika ingin mencapai sesuatu.

Mata elang itu sekarang terutup rapat, seiring dengan menjalarnya penyakit yang yang membuat pemilik mata elang itu terbujur kaku di ranjang rumah sakit. Kevin mentapa Ata dengan tatapan sayang, apapun yang terpenting sekarang hanya dia. Hanya dia.

"Saya penggilkan perawat dulu untuk membersihkan darah yang ada diwajahnya. Anda tenang saja. Setelah ini, Ata akan dibawa ke ruang ICU untuk persiapan operasi gagar otak yang akan dilaksanakan besok. Tepatnya pukul empat sore. Pastikan dia sadar terlebih dahulu besok sebelum jam empat sore. Kami tidak bisa melanjutkan operasi jika pasien belum sadar," ucap dokter Farish.

"Baik dok," jawab Kevin singkat.

Kevin mengusap wajahnya dengan gusar, seakan tidak tahu harus melakukan apa. Yang ia tahu hanya menunggu dan berharap jika semuanya akan baik-baik saja.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar