Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pagi itu terjadilah perjanjian antara Nyonya Bian dengan Mbak Sari. Dimana perjanjian itu Mbak Sari tidak perlu mengembalikan uang itu. Namun, Mbak Sari tidak akan digaji selama sepuluh bulan sebagai ganti untuk menebus hutangnya. Mbak Sari menyetujuinya.
Selang beberapa bulan setelah itu, Mbak Sari sakit parah. Ia memutuskan untuk membatalkan perjanjiannya dengan Nyonya Bian. Karena ia butuh uang untuk berobat.
Setelah ia mengadu kepada Nyonya Bian. Nyonya Bian tidak terima dan malah marah besar. Tak pandang bulu, Nyonya Bian pun menyuruh Andi untuk mengurung Mbak Sari diruang bawah tanah. Saat itu Anton belum direkrut menjadi bodyguard.
Dalam keadaan sakit Mbak Sari dikurung dibilik bawah tanah nomor tujuh. Sehari sekali pelayan datang untuk menghantar makanan.
Pada hari ketiga, pelayan itu datang dipagi hari. Ketika membuka pintu, pelayan itu kaget bukan main. Langsung berteriak yang membuat Andi langsung turun untuk melihat apa yang terjadi.
Andi langsung terbelalak kaget melihat apa yang terjadi. Dalam keadaan terikat, kepala Mbak Sari menunduk dengan darah yang menetes dari hidungnya. Kakinya pun sudah tampak membiru karena ikatan tali yang erat.
Andi mulai mendekatinya. Ketika menyentuh hidungnya, sudah tidak ada nafas yang berhembus dari hidungnya. Yang keluar malah darah segar. Terus mengalir. Kepala bagian belakangnya tampak memar. Andi menduga jika Mbak Sari telah membenturkan kepalanya ke tembok dengan keras. Karena benturan itu, hidung Mbak Sari mengeluarkan darah.
Tanpa berpikir panjang ia langsung lari dan melaporkan hal tersebut kepada Nyonya Bian. Mendengar hal itu Nyonya Bian tampak biasa saja. Mengabaikan apa yang terjadi. Juga tidak tampak menyesali perbuatannya. Alih-alih mengembailkan kepada keluarganya, ia malah menyuruh Andi untuk membuang jasadnya dirumah kosong. Dan itu terletak sangat jauh dari rumah megah itu. Berdekatan dengan hutan lebat yang ditumbuhi ilalang tinggi.
Andi menurut saja. Ketika ia menggendong jasad Mbak Sari, anting Mbak Sari tak sengaja terjatuh ke lantai. Andi tak menyadari hal itu.
Kala itu Hengki sudah bekerja sebagai sopir dirumah Nyonya Bian. Ia tahu betul bagaimana tragedi ini terjadi. Hengki sebagai sopir prihatin melihat keadaan rekan kerjanya itu.
Dengan berat hati Hengki ikut meletakkan Mbak Sari didasar lantai. Ia tutupi jasad Mbak Sari dengan kain putih.
Setelah itu, ia tinggalkan jasad itu bersama Andi yang duduk dikursi penumpang. Selama ini, baru kali ini ia tahu bagaimana kejamnya Nyonya Bian. Mereka berdua hanya terdiam ketika didalam mobil.
Tak ada lagi yang perlu dibicarakan. Namun, Andi mengatakan sesuatu yang membuat ia sedikit kaget.
Pekan depan, Andi akan undur diri bekerja dari rumah itu. Ia tak lagi mau bekerja. Andi tahu jika ini sudah kelewatan. Andi berpikiran ingin melaporkan Nyonya Bian kepihak berwajib. Namun, Andi tahu apa yang akan terjadi dengannya setelah ia melaporkan kasus ini. Mungkin, ia sedikit egois. Tapi Andi tidak tahu harus berbuat apa lagi selain menunggu.
Maka itu, mereka berdua hanya diam saja. Menunggu waktu yang tepat agar semua bisa terungkap secara perlahan.