Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Aduh" desis Zeky. Dengan perlahan, Zeky membuka kedua matanya dengan merintih kesakitan. Ketika Zeky ingin mengucek kedua matanya, ia merasa jika kedua tangannya terikat erat dibelakang tubuhnya.
Zeky juga mencoba menggerakkan kedua kakinya. Dan ternyata juga terikat. Ia diam sejenak, lalu menunduk melihat kedua kakinya yang terikat. Simpul mati, itulah nama ikatan tali yang mengikat kaki dan tangannya.
Zeky memandang sekitar dengan pandangan menyipit. Mengamati. Ruang bawah tanah, batin Zeky. Setelah beberapa saat ia mencerna isi ruangan ini. Zeky menengadah, berfikir bagaimana cara agar ia bisa meloloskan diri dari ruangan pengap ini.
Tak lama kemudian, ia mendengar suara pintu berkarat itu terbuka. Seberkas cahaya pun tampak muncul dari sela-sela pintu tersebut. Tunggu saja permainanku, bodoh!, batin Zeky dengan kesal. Sesaat kemudian Zeky pura-pura memejamkan mata dan melemaskan tubuhnya. Sejurus kemudian Zeky mendengar ada suara langkah kaki mendekat.
Zeky sedikit membuka matanya untuk mengetahui siapa yang datang. Si Anton, bodyguard mamanya. Dan Si Hengki, sopir pribadi mamanya juga. Pintar sekali mereka mengirimkan bodyguard lemah itu?!, sinis Zeky.
"Kasihan sekali nona Zeky. Tak seharusnya dia disiksa seperti ini. Pikirku, apa yang menimpa nona Zakiya adalah kesalahannya sendiri. Coba kau pikir, untuk apa dia pergi kehutan sendirian?. Tak biasanya dia pergi ke hutan" ungkap kasihan Hengki pada Anton.
"Apalah kau ini! Sudah jelas-jelas panah yang menancap pada perut nona Zakiya terdapat sidik jari nona Zeky. Masih saja kau membela anak ini". Anton menolak mentah-mentah mengenai kenyataan yang diungkapkan oleh Hengki.
"Apa kau tidak berpikir Anton! Nona Zakiya ditemukan dihutan dan dia sendirian. Apa kau tak ingat jika nona Zeky adalah atlet pemanah yang hebat?!. Wajar saja jika seandainya dia memilih latihan dihutan. Karena dihutan jarang sekali ada orang. Siapa yang menyangka jika disana ada nona Zakiya?" sahut Hengki dengan kesal.
"Ah... Sudah! Sudah! Segera saja kita hantarkan makanan ini pada nona Zeky". Akhirnya Anton mengakhiri perdebatan mereka dan segera menuju dimana Zeky diikat.
Finally! Zeky mendengar apa saja yang dibicarakan oleh kedua orang itu. Suara derap kaki mereka berdua semakin mendekat. Sampai Zeky merasa kedua orang itu sudah sampai didepannya.
"Nona Zeky, bangun non. Makanannya sudah datang" ucap Hengki sambil mengguncang tubuh Zeky dengan perlahan. Zeky mengakhiri sandiwaranya.
Dengan perlahan ia membuka kedua matanya. Zeky hanya menunduk. Menandakan bahwa ia lemah. "Ini non makanannya" ucap Hengki dengan meletakkan nampan berisi makanan itu dipangkuan Zeky.
Zeky hanya tersenyum sinis melihat makanan yang ada dipangkuannya itu. "Bagaimana aku bisa makan jika kedua tanganku terikat? Kau kira aku ini babi!?! Makan tidak menggunakan tangan! Hah?!?!" sentak Zeky dengan kesal.
Mereka berdua hanya menunduk memikirkan bagaimana cara nonanya itu bisa makan. "Kalian lepas saja ikatan yang ada ditanganku. Tunggu sampai aku selesai makan, bodoh!. Dasar bodyguard kurang otak!" Zeky memaki bodyguard mamanya itu.
Jujur saja. Zeky tidak suka dengan karyawan baru yang ada dirumahnya.
Selang beberapa menit. Akhirnya Anton beranjak menuju dimana kedua tangan Zeky diikat. Melepasnya. Dan Zeky pun makan dengan lahap. Sambil makan, Zeky memutar otak. Bagaimana cara ia bisa lolos dari ruang bawah tanah ini.
"Kalian kesini atas perintah siapa?" tanya Zeky. "Atas perintah dari nyonya Bian , non" jawab Hengki.
Zeky kembali berpikir. Jika mereka berdua kesini atas perintah mama, pasti diluar sana banyak bodyguard yang menunggu kembalinya dua orang ini, batin Zeky dengan berpikir keras. Dan hanya satu yang terbesit dalam pikirannya.
"Anton, bisakah kau keluar sebentar? Aku ingin bicara dengan Hengki" pinta Zeky. "Maaf nona. Saya tidak bisa meninggalkan Hengki. Ini sudah perintah dari nyonya Bian" tolak Anton dengan halus.
Zeky tersenyum sinis mendengar jawaban Anton. "Hei bodoh! Kau bisa saja tetap disini. Tapi kau tidak akan pernah tau apa yang terjadi setelah ini" ancam Zeky dengan penuh penekanan. Ia sangat benci dengan Anton. Petisi yang dilingkupi oleh ancaman keluar begitu saja dari mulut Zeky.
Akhirnya, Hengki angkat bicara "Emm... Begini saja nona. Kita tetap bicara empat mata. Namun, bagaimana jika Anton berada didekat pintu?". "Baiklah, begitu lebih baik" jawab Zeky sambil menatap kedua mata Anton dengan penuh kebencian.
Dengan berat hati, Anton meninggalkan mereka berdua. Terlihat sudah ketika Anton berjalan memunggunginya. Ada borgol dan pistol yang terselip dicelana kempol Anton. Pintar sekali nyonya itu melengkapi bodyguardnya, batin Zeky.
"Ada apa nona?" tanya Hengki to the point. "Aku percaya padamu, Hengki. Kau tahu bagaimana aku tumbuh dirumah ini. Kau tahu segalanya tentang aku. Untuk kali ini aku minta tolong padamu. Carikan kunci mobilku, ATM, dan ponselku. Jangan lupakan apapun yang tersisa dariku. Bawalah kemari tepat pada pukul 2 dini hari" pinta Zeky dengan hati serasa teriris. Melihat itu, Hengki nampak tidak tega. Hengki terlihat berpikir sejenak.
"Baiklah nona. Tepat pukul satu lewat tigapuluh menit pastikan aku sudah sampai disini" jawab Hengki dengan yakin.
Kedua mata Zeky tampak berbinar mendengar jawaban pasti dari Hengki. "Bawa nampan ini dan ketika kau keluar dari kamarku, ikut sertakan kunci kamarku" ucap Zeky sambil menyerahkan nampan yang isinya telah tandas. Hengki hanya mengangguk dan berjalan kembali mengahampiri Anton yang terus mengawasinya dengan curiga.
Bagi Zeky, inilah saatnya ia menunggu dan berpikir bagaimana cara ia nanti mengambil mobilnya di garasi pribadi miliknya.
Zeky sedikit lega. Zeky pun mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Eh...hei!?!. Zeky baru sadar jika Anton lupa mengikat kedua tangannya.
Zeky tersenyum puas dengan sifat pelupa Anton. Ia pun segera melepas ikatan yang ada dikedua kakinya.