Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Zeky melirik jam tangannya dengan gusar. Sudah pukul 1.23 dini hari. Jam 2 tepat dini hari nanti ia pastikan harus sudah bisa keluar dari rumah ini.
Belum juga ada tanda-tanda Hengki datang. Zeky sebenarnya juga berpikir, jika ia tak bisa berharap sepenuhnya pada Hengki. Akses jalan menuju ruangan bawah tanah ini dilengkapi dengan banyak CCTV. Dan Zeky tahu akan hal itu.
Zeky diam dan berjalan menyusuri ruangan ini. Mengamati sekitar dengan terus berpikir bagaimana caranya ia bisa lolos dari belenggu rumah ini. Zeky tak bisa jika harus hidup dengan rasa sayang sebelah tangan. Itu bagi Zeky lebih kejam dari pembunuh bayaran. Zeky ada, tapi seakan-akan mereka tak melihat. Hanya Hengki dan beberapa karyawan rumahnya yang lain. Yang bisa ia ajak bercengkerama.
Duar! Duar! Duar!
Zeky dikejutkan oleh suara tembakan yang berasal dari luar. Ia waspada dan mulai berjalan mendekati pintu. Tembakan itu terua dilepaskan sampai beberapa kali. Terdengar juga suara pecahan kaca yang jatuh ke lantai.
Ketika Zeky mulai mendengarkan dengan seksama, suara itu menghilang dengan perlahan. Hanya menggema sisanya saja. Zeky bertanya-tanya, "Apa yang sedang terjadi diluar?".
Zeky mulai mengabaikan suara itu. Kembali berpikir sembari berjalan menjauh dari pintu menuju kursi. Sambil sesekali melirik kearah pintu. Zeky kembali melihat jam tangannya. Pukul 1.28. "Dua menit lagi, Hengki! Itu janjimu" desis Zeky dengan cemas.
Brakkk!
Zeky dikejutkan dengan suara pintu terbuka dengan kasar. Zeky diam. Menunggu siapa yang datang. "Aku datang, nona!" sambut Hengki dengan senyum lebarnya.
Zeky membalikkan tubuhnya untuk memastikan siapa yang datang. Dan benar, Hengki datang. Tanpa basa basi Zeky langsung bertanya "Apakah kau yang melakukan penembakan diluar tadi?". "Iya nona. Aku yang melakukan. Yang benar saja aku harus menutupnya dengan plester. Itu pasti akan memakan waktu yang lama" jelas Hengki.
"Oke. Baiklah. Terimakasih Hengki atas usahamu kemari. Aku harus pergi sekarang" ucap Zeky terburu-buru. Hengki menyerahkan tas Zeky. Ketika Zeky hendak berbalik, Hengki menahan langkah Zeky.
"Ada apa?" tanya Zeky. "Bawalah pistol ini mungkin nanti kau akan membutuhkannya. Aku juga sudah menyediakan peluru cadangan. Ada ditasmu" lirih Hengki sambil menyerahkan pistol kepada Zeky. "Terimakasih. Aku akan menggantinya usai masalah ini terpecahkan. Aku janji" balas Zeky.
Hengki hanya tersenyum melihat majikan mudanya itu keluar dari ruangan pengap ini. Hengki tak habis pikir dengan Nyonya Bian. Bisa-bisanya dia mengurung anak kandungnya sendiri di ruangan seperti ini
Saat dulu, Hengki pernah mendengar sesekali mendengar ibu dan anak itu bertengkar. Jika majikan mudanya itu pernah disebut Akinwole oleh ibunya sendiri. Tak sampai hati Hengki mendengar itu, ia meninggalkan keduanya. Karena ia tahu, apa itu Akinwole.
______________________________________
Zeky terus berlari meninggalkan ruang bawah tanah ini. Ia dengan hati-hati melintasi lorong yang CCTV-nya sudah dihancurkan oleh Hengki. Berserakan tajam kaca dan mesin CCTV.
Ketika melewati gudang anggur, sayup-sayup terdengar suara orang yang sedang berbicara digudang penyimpanan anggur. Zeky mengintip. Melihat ada dua orang yang sedang memindahkan botol anggur dikardus besar.
Ketika dua orang itu menjauh untuk mengambil anggur dibelakang bilik, Zeky masuk dan mengambil kunci dibelakang pintu. Ia menutup pintu dan menguncinya dari luar. Agar mereka tak bisa keluar. Sedikit memberikan rasa puas didadanya.
Ada tangga menuju ruangan atas. Zeky menaiki tangga itu dengan sesekali menoleh kearah gudang anggur. Mereka belum menyadari, batin Zeky. Ia bergerak cepat menaiki tangga kayu itu.
Sedikit mengintip keluar. Aman!. Zeky melanjutkan jalannya menuju garasi pribadinya. Untung saja garasi itu terletak di belakang gazebo. Jarang orang kesana kecuali tukang cuci mobil dan tukang kebun.
Tanpa menunggu lama. Zeky berlari kencang menuju kesana. Tak ada siapapun yang melintas. Dan mobilnya pun terlihat masih sama saat terakhir kali ia meninggalkannya. Ia segera membuka mobil itu dan keluar melewati gerbang belakang yang tak pernah ditutup.
Zeky menghembuskan nafas lega ketika sudah mengendarai mobilnya. Jalanan terlihat masih lengang dan sepi. Ia harus bisa pergi sejauh-jauhnya meninggalkan rumah itu.
Ia terus memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Fokus saat ini ia akan kemana, ia pun teringat dengan teman pemanahnya. Zeky langsung menepi dan mengambil ponsel ditasnya.
Mencari kontak dengan nama Fando. Zeky langsung menelponnya. Tersambung.
"Apaansih lu telfon gua malam-malam?!" tanya Fando
"Maaf banget nih gua ganggu. Gua mau minta tolong. Nih penting banget" sahut Zeky melas
"Bilang aja!" jawab Fando sedikit menenangkan Zeky.
"Gua butuh tempat tinggal sekarang. Saat ini juga. Dan lo harus bisa bantu gua" ucap Zeky dengan sedikit memaksa.
"Kebetulan nih! Villa gua lagi kosong, elo kesana aja. Ntar gua sharelock alamatnya ke elo" jawab Fando.
"Beneran nih? Untung banget gua punya temen kayak elo. Makasih banget dahh!" balas Zeky girang.
"Wah...bener-bener nih bocah manfaatin gua!. Untung lo temen gua" bela Fando.
"Enggak, enggak bercanda doang kok!. Yaudah. Nih gua otw" jawab Zeky dengan langsung memutus telefon Fando.
Zeky langsung memacu mobilnya menuju alamat yang sudah dikirimkan oleh Fando. Jalanan masih saja sama. Lengang dan sepi. Jam menunjukkan pukul 2.13 dini hari.
Zeky memperhatikan sekitar. Tampak lampu yang berwarna-warni dirumah kecil itu. Seperti kebahagiaan yang terdapat didalamnya. Sangat sempurna. Jika Zeky bisa minta, Zeky akan minta kepada Tuhan untuk dilahirkan dikeluarga kecil namun penuh dengan kasih sayang.
Karena Zeky hanya ingin itu.
______________________________________
Tak terasa Zeky sudah memasuki pekarangan villa Fando. Tampak sederhana dan bersih. Tempatnya pun juga dipedesaan. Embun pagi mulai menitik membasahi mobil. Zeky segera mengambil tas dan alat pemanahnya yang setia ia letakkan dimobil.
Zeky mambuka pintu dengan perlahan dan berjalan menyusuri rumah ini. Seperti ini saja sudah lebih dari cukup, batin Zeky. Ia segera menuju kamar dan membersihkan badan. Melepas penat.
Setelah itu, Zeky membuka tasnya. Terdapat peluru cadangan yang pernah dikatakan Hengki beberapa jam yang lalu. Zeky mengeluarkan isi tasnya dan membereskannya didalam lemari.
Hanya alat panahannya saja yang tersisa diluar lemari. Ia menyentuhnya dan mengingat kembali bagaimana perjuangannya untuk bisa mendapatkan ini. Jatuh bangun ia berharap agar bisa mendapatkan apa yang tidak pernah ia dapatkan dari ibunya.
Dan pada akhirnya Zeky tahu, jika ia tak akan pernah mendapatkan apa yang dia inginkan dari ibunya.
______________________________________
Cahaya mentari pagi mulai masuk melalui celah jendela. Zeky masih tertidur dengan pulas. Tak menyadari jika suasana pagi haru dipedesaan itu sangatlah segar. Embun pagi masih bergelayut manja didahan pohon dan daun.
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu diketuk oleh sesorang. Zeky mulai menggeliat malas dan mulai membuka mata dengan perlahan. Melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Jam 07.02 pagi.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu itu terdengar lagi. Zeky bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar untuk melihat siapa yang datang. Ia mengintip dari jendela. Seorang wanita paruh baya dengan pakaian batiknya. Zeky lantas membuka pintu. Fikirnya tidak apa-apa. Mungkin dia orang sekitar desa, batin Zeky.
"Maaf mbak, ganggu tidur mbak. Saya kemari atas perintah mas Fando. Kata mas Fando, saya akan dipekerjakan disini untuk sementara waktu. Sekalian menemani mbak" jelas wanita paruh baya itu.
"Ohh..begitu ya. Silakan masuk kalau begitu" Zeky mempersilakan wanita paruh baya itu masuk villa.
"Kalau saya boleh tahu, nama mbak siapa?" tanya wanita paruh baya itu.
Zeky langsung berhenti berjalan, ia berfikir sejenak. Jika aku memberitahukan nama asliku, maka orang-orang disini secara tidak langsung akan menyebarlan namaku. Aku akan mengganti namaku, batin Zeky.
"Mbak!" lirih wanita paruh baya itu sedikit mengagetkan Zeky.
"Mbak bisa panggil saya Bik Sumi" wanita paruh baya itu memberitahu namanya.
"Nama saya Ata. Ibu bisa panggil saya Ata" jawab Zeky.