Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Keesokan harinya, Nyonya Bian menyuruh Anton dan para bodyguard lainnya untuk melanjutkan mencari Zeky. Nyonya Bian masih penasaran dengan villa yang baru dihuni pagi lusa lalu. Lalu, Anton dan para bodyguard yang lainnya pergi menuju villa Fando.
Ditempat yang berbeda namun, diwaktu yang sama. Zeky yang tak lain adalah Ata, sedang latihan memanah bersama Fando. Hanya ada Bik Sumi di villa Fando. Entah itu sebuah rencana atau hanya sekedar kebetulan.
Dilain tempat, Anton sudah datang disebuah villa yang dicurigai oleh Nyonya Bian. Keluarlah Bik Sumi yang dari tadi sudah memperhatikan siapa yang datang.
"Mohon maaf mengganggu waktu luang anda. Saya Anton. Saya kemari ingin mencari orang ini" Anton langsung menunjukkan identitas Zeky. Bik Sumi memperhatikan identitas itu dengan seksama. Lalu, Bik Sumi menggeleng pelan.
"Apakah villa ini dihuni oleh wanita ini?" tanya Anton. Bik Sumi memperhatikan foto itu dengan seksama. Memang sangat mirip. Tapi Bik Sumi tidak yakin jika itu Ata.
"Maaf tuan. Villa ini memang dihuni oleh wanita yang wajahnya persis seperti di foto. Tapi nama wanita yang ada di villa ini Ata, bukan Zeky. Mungkin tuan salah alamat. Sekali lagi mohon maaf tuan" jawab Bik Sumi.
"Baiklah. Satu hal lagi. Wanita ini terjerat kasus penganiayaan terhadap adik kembarnya. Jika sewaktu waktu ibu melihat wanita ini. Beri saya kabar" jelas Anton sambil menyerahkan kartu nama.
Bik Sumi hanya mengangguk mengiyakan Anton. Bik Sumi heran, mengapa villa ini yang dicurigai?. Bik Sumi akan tanyakan ini pada Mbak Ata nanti.
Bik Sumi kembali menuju dapur. Melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti.
_________________________________
Aroma hujan masih tercium pekat dihidung Ata. Ata berhenti sejenak dipinggir jalan yang lengang. Ingin merasakan sensasi dinginnya air hujan. Sudah lama sekali Ata tak merasakan sensasi dingin dan aroma khas dari hujan.
Selepas latihan memanah bersama Fando, Ata merasa penat. Ingin rasanya ia menghempaskan tubuh diranjang. Menatap langit-langit kamar yang kosong.
Ampo!. Itulah istilah jawa yang berartikan aroma khas dari hujan. Dengan merasakan sensasi hujan. Ata merasa tenang. Seolah semua masalah tak pernah datang kepadanya. Ata menghirup aroma hujan dalam-dalam. Takut ketenangan dihatinya akan hilang jika hujan itu reda.
Tak terasa, langit semakin gelap. Malam akan segera datang. Disambut bunyi serangga yang sedang bercengkerama ditengah gelap. Seolah-olah bercerita tentang kejamnya dunia malam. Penuh keegoisan yang munafik.
Ata segera menutup jendela mobilnya. Memacu mobilnya dengan sedikit menambah kecepatan. Berharap Bik Sumi belum pulang hingga ia datang.
________________________________
Bik Sumi yang sedang memasak pun langsung berjalan keruang tamu. Untuk mendapati siapa yang datang.
"Kenapa pulang hampir malam mbak?" tanya Bik Sumi.
"Tadi sempet berhenti bentar, Bik" jawab Bik Sumi.
Bik Sumi ingin menyampaikan perihal tantang kedatangan orang tadi. Melihat Zeky ataupun Ata baru pulang, Bik Sumi melihat tidak ada tanda lelah diwajahnya.
"Mbak Ata kenal sama pak Anton?" tanya Bik Sumi hati-hati.
Ata yang mendengar hal itu sedikit kaget. Namun, ia segera menstabilkan raut wajahnya.
"Memangnya ada apa bik?" tanya Ata.
"Tadi ada orang kesini. Ya, pak Anton itu. Dia mencari orang yang namanya kalau tidak salah Zeky Alzeth. Dia memperlihatkan identitas itu pada saya. Dan foto yang ada diidentitas itu mirip sekali dengan mbak Ata. Kata pak Anton, wanita yang bernama Zeky Alzeth itu terjerat kasus penganiayaan terhadap adik kembarnya. Dan saya pikir, itu bukan mbak. Jelas-jelas nama mbak kan Ata, bukan Zeky" cerita Bik Sumi membuat Ata menjadi berpikir tajam.
Ata hanya diam saja.
"Mungkin dia salah orang, Bik. Abaikan saja. Jika dia ada perlu, nanti kuga akan kesini, Bik" jawab Ata seolah-olah tak ada masalah dengan orang itu. Dia sangat benci dengan Anton. Jika dia sudah bebas, ia akan membalas semua yang dilakukan Anton kepadanya.
"Saya tadi juga dikasih kartu nama pak Anton" jelas Bik Sumi.
"Oh... gitu ya bik. Ata mau istirahat dulu bik. Capek. Nanti kalau mau pulang kuncinya kan ada dua, nanti yang satu bawa saja" gumam Ata. Ata sengaja mencari alasan. Agar pembicaraan tidak berlanjut lebih jauh. Ia membiarkan Bik Sumi disana. Mungkin sebentar lagi juga akan pulang, batin Ata.
Bik Sumi yang melihat Ata begitu, langsung mengangguk saja tanpa menghiraukan apa arti ekspresi Ata.
Hari sudah malam sebaiknya aku pulang sekarang, batin Bik Sumi.