Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Akinwole
Suka
Favorit
Bagikan
14. Tertunda #14

Zeky keluar dari apartemennya dengan kedua tangannya mengeratkan jaket tebal yang ia kenakan. Udara semakin sore semakin dingin. Namun, ia harus tetap mencari alamat Dr. Ali Hendra.

Tak bisa ia pungkiri ia justru menikmati hidup di negara asing daripada menghadapi hiruk pikuk di negara sendiri. Bukan berarti ia lari dari masalah, namun ia membutuhkan waktu untuk singgah di negara ini. Bahkan ia menakutkan sesuatu yang tak ia pikirkan sekarang.

Jalanan mulai ramai dengan semua orang menikmati malam dengan berjalan-jalan menikmati malam. Zeky dengan segera memasang headset. Ia bahkan merindukan panahannya yang mungkin sekarang sedang teronggok debu di villa Fando.

Ahh... temannya yang satu itu apa kabar? Ia bahkan masih ingat kesedihan yang jelas di wajah Fando ketika dia di oprasi oleh dokter karena benturan dua tahun lalu. Ia sangat khawatir bahkan sampai menyewa apartemen yang sekarang ditempati Zeky. Memaksa untuk tetap tinggal bahkan menawarinya untuk menjadi asisten pribadinya.

Mengingat hal itu, membuat Zeky ingin segera menemui Fando lagi. Bukan hanya Fando yang overprotective, Kevin juga melakukan hal yang sama. Ia bahkan pernah tidak tidur beberapa hari hanya untuk menunggu Zeky dengan duduk diam disebelahnya.

Bahkan ketika Fando mengingatkan untuk makan, ia tak menjawab sekecap pun. Ia hanya termenung menunggui Zeky yang terbaring lemah pasca operasi. Entah itu peduli atau perasaan yang pernah terpendam, kah?

Zeky mengangkat tangan sembari menekan bel pada pagar besi yang terlihat kokoh di depannya. Ia yakin ini rumahnya. Ia menunggu beberapa menit hingga seseorang berjalan tergopoh-gopoh menuju gerbang sembari tersenyum.

"Who are you looking for?" *1 Tanya wanita itu.

"I'm looking for Dr. Ali Hendra. Is he there?" *2

"He is a very busy person. State your name and telephone number. for now he is not around. I'll call when he's home." *3

"Okay. Thanks for information."

Zeky tahu jika mencari Dr. Ali Hendra itu tidak mudah. Namun, ia juga tidak mungkin untuk memaksakan hari ini bertemu. Masih banyak waktu baginya untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk mencari maksud dari kekejian ibunya terhadap banyak orang sembari memulihkan fungsi otaknya.

Ia pulang dengan tangan kosong. Namun setidaknya masih ada harapan yang bisa ia raih di keesokan harinya. Mengingat yang menjadi korban mungkin bukan hanya dia.

***

Zeky berjalan pelan menuju balkon apartemennya. Ia merasa kosong dan sendiri. Semenjak ia tinggal di Singapura, ia hanya bekerja sebagai penulis majalah kontrak dengan menyalurkan sebuah cerita pendek atau puisi dengan tema tertentu.

Zeky menatap senja dengan perasaan yang ia juga tidak tahu itu apa. Ia hanya memikirkan bagaimana nasib semua orang yang masih terikat dengan ibunya, nyonya Bianca. Ia hanya sekedar berharap semoga semua baik-baik saja sampai ia bisa menafsirkan apa yang sebenarnya terjadi.

Ia kembali membuka lembaran lusuh itu dengan hati-hati. Membacanya saja mengingatkan padanya betapa ia sangat merindukan sosok ayah yang selalu ada untuknya, bahkan ia sudah tak ingat bagaimana wajah ayahnya. Untuk sekedar menumbuhkan rasa sakit yang selama ini tertimbun oleh angan akan dia yang seolah baik-baik saja.

Tak tahu harus bagaimana lagi ia menyikapi semua teka-teki ini, sudah sejauh ini ia melangkah. Dan ia juga tak mungkin mundur lagi, permainan ibunya tak mungkin selesai begitu saja setelah ia pergi. Ia hanya berharap semoga ibunya tak menyakiti adik kembarnya, Zakiya Almira.

Bagaimana pun dia juga adalah adiknya, yang pasti mempunyai perasaan yang begitu tak jauh berbeda dengan dia. Ia yakin jika Zakiya juga merasakan hal yang sama hingga saat ini. Karena Zakiya adalah orang kedua setelah ayahnya yang selama ini ia rindukan.

Tak lama kemudian warna senja sudah berganti dengan warna mega merah yang begitu menawan. Bertambah pula alasan Zeky untuk menahan rindu di negara asing ini. Begitu pun dengan semangat Zeky untuk menemukan makna tersirat dari tulisan lusuh yang berada dalam genggaman tangannya saat ini.

Zeky tersenyum ketika melihat senja yang mulai berarak menghilang meninggalkan bentang langit Singapura. Mungkin ini yang dimaksud dengan ketenangan di tempat asing, tak mengenal orang dengan alasan ambigu. Bahkan menjadi pendiam dan introvert *4 menjadi pilihan yang tepat untuk saat ini.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar