Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kevin menatap Ata dengan tatapan sayu. Tak sekalipun ia mengalihkan pandangan dari Ata, ia merasa tak berdaya mengingat banyaknya darah yang keluar dari hidung Ata. Kevin mengalihkan pandangannya menatap monitor yang masih menunjukkan detak jantung Ata, ia berharap sebentar lagi Ata sadar.
Suara derit pintu membuat Kevin menoleh ke arah pintu. Fando berjalan dengan tergesa menuju ranjang Ata. Seolah tak menghiraukan Kevin yang ada disitu.
"Ada apa?" tanya Kevin.
"Lokasi Ata sudah diketahui oleh Nyonya Bianca, kita harus segera bawa dia pergi dari sini. Ia ingin mengambil jas biru tua yang semalam diambil oleh Ata" jawab Fando.
"Tapi dia harus menjalani operasi disini, kita tidak bisa membawanya dengan keadaan yang seperti ini" pinta Kevin.
"Kita harus tetap bawa dia pergi dari sini. Kita pindah lokasi operasi saja, aku akan minta surat rujukan dan menghilangkan jejak surat itu. Sementara aku sudah menyiapkan mobil di halaman belakang rumah sakit."
Fando langsung melangkah keluar menuju ruangan dokter Farish untuk meminta surat rujukan. Setelah itu ia langsung menuju resepsionis untuk menghapus seluruh data atas nama Ata ataupun Zaky. Setelah semuanya dirasa beres, ia langsung menghampiri Kevin yang sudah berada didalam mobil. Fando langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Hati-hati woy! Lo bawa orang sakit," seru Kevin.
Fando tak menghiraukan seruan dari Kevin dan tetap fokus melihat jalanan yang mulai lengang. Ia tak bisa membiarkan sahabatnya diambil begitu saja oleh orang-orang yang haus akan harta. Dengan kecepatan tinggi dia segera masuk ke gerbang tol untuk memudahkan keluar dari kota ini.
"Vin."
"Hmm."
"Gue nggak habis pikir sama tante Bianca, kenapa dia benci banget sama Ata?" tanya Fando.
"Mungkin menurut sebagian orang, harta adalah segalanya. Elo juga bisa tahu itu setelah lo maen panah bareng Ata, kan?"
"Gue tahu itu. Tapi, kenapa harus Ata? Kenapa nggak Zakiya aja? Dia kan bisa dimanfaatin buat jadi jalang?" ungkap Fando dengan kesal. Kevin hanya diam tak menanggapi perkataan Fando, ia masih memikirkan Ata yang sekarang terbaring lemah dalam dekapannya.
Akhirnya, ia memutuskan yang mungkin menjadi jalan terbaik untuk Ata nantinya. "Kita bawa Ata ke Singapura, gue yakin disana akan aman dari ancaman tante Bianca."
Fando hanya diam dan tak tampak terkejut dengan ungkapan Kevin. Ia langsung mengarahkan mobilnya menuju bandara terdekat dari tempatnya mengendarai mobil. Tak berselang lama, ia sudah sampai di bandara.
Mereka pun akhirnya dengan penuh keyakinan jika Ata akan sembuh berani mengambil keputusan yang mungkin tidak akan disetujui oleh Ata ketika dalam keadaan sadar. Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kesembuhan Ata saat ini. Tak ada yang tahu jika kepergiannya ke Singapura membuat semuanya menjadi lebih rumit.