Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Nyonya Bian tampak mondar mandir dengan kedua tangan terlipat didepan dada. Memikirkan bagaimana CCTV sebanyak itu bisa hancur, sedangkan Zeky tidak membawa apa-apa ketika disandra. Terdapat banyak juga peluru yang berserakan bercampur dengan kaca CCTV.
Nyonya Bian menunggu kedatangan Anton yang sedang mencari Zeky diluar sana. Nyonya Bian yakin, jika Ata belum jauh dari sekitar sini. Dia melarikan diri pada dini hari. Tak ada yang buka malam itu kecuali hotel.
Ceklek!
Gagang pintu sudah bergerak. Anton sudah datang. Nyonya Bian langsung menghampiri Anton dengan rasa penasaran.
"Bagaimana Anton? Apa kau menemukan petunjuk diluar?." Tanya Nyonya Bian.
"Tadi aku sempat mencurigai sebuah villa yang baru saja dihuni pagi itu. Ketika aku tanyakan, nama penghuni itu Ata. Bukan nona Zeky, Nyonya." Jelas Anton.
"Aku masih heran bagaimana Zeky bisa lolos dari ruangan itu?" Nyonya Bian menerawang.
Seolah-olah memutar kembali sesuatu yang terjadi tadi malam. Namun, yang ada diotaknya hanyalah rekayasa mainan. Karena ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tiba-tiba seorang pembantu datang menghampiri Nyonya Bian dengan tergopoh-gopoh. "Hampura atuh Nyonya" ujar pembantu itu.
"Ada apa kau kemari?" tanya Nyonya Bian.
"Gudang anggurnya terkunci, Nyonya. Punten atuh, tibisa nyokot anggur" lapor pembantu itu.
"Benarkah?!. Kenapa bisa terkunci?!" bentak Nyonya Bian.
"Tidak tahu, Nyonya. Tadi saya kesana dan saya lihat pintu itu sudah terkunci. Tapi ketika saya dekati, ada suara mendengkur didalam" jelas pembantu itu.
"Aku akan segera kesana. Buatkan aku dalgona coffee saja. Jangan lupa hantarkan kekamar Zakiya. Aku akan kekamar Zakiya setelah ini." pinta Nyonya Bian itu sambil meninggalkan pembantu itu. Anton mengikuti dibelakang Nyonya Bian.
Nyonya Bian berjalan dengan cepat. Ingin segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi diruang bawah tanah.
"Anton, perintahkan anak buahmu untuk segera mencari tim detektif yang akurat. Aku harus segera tahu penyebab hancurnya CCTV diruangan ini." perintah Nyonya Bian tak dapat ditolak. Anton hanya mengangguk sebagai tanda setuju akan mencarikan tim detektif yang akurat.
Nyonya Bian menuruni tangga kayu dengan hati-hati. Tak sekalipun Nyonya Bian memasuki ruang bawah tanah ini. Ini yang pertama kalinya ia memasuki ruangan ini. Dengan mengamati sekitar, ia tampak mengernyitkan dahi. Pertanda bahwa ia baru menyadari betapa menyedihkannya ruang bawah tanah ini. Nyonya Bian tampak melirik bilik dengan nomor urut tujuh. Seakan-akan memori tentang pembantunya yang bernama Mbak Sari terulang kembali.
Sejenak, ia lupakan tentang hal itu. Setelah menuruni tangga kayu itu, Nyonya Bian langsung menuju gudang penyimpanan anggur. Ia memegang gagang pintu itu, memutarkan kebawah. Dan ternyata pembantunya itu benar. Gudang ini terkunci.
"Dobrak pintunya, Anton!." perintah Nyonya Bian.
"Baik, Nyonya." jawab Anton sembari menekan terus pintu itu hingga mendorongnya dengan kuat.
Pintu yang sudah lumayan lapuk itu terbuka. Menampakkan dua orang bodyguard yang sedang tertidur pulas dilantai dengan kedua tangan memegang anggur yang sudah terbuka.
Melihat hal itu Nyonya Bian geram bukan main. Anton melihat hal itu hanya menunduk saja. Ia tahu apa yang akan terjadi. Anak buahnya itu sangat kurang ajar.
Nyonya Bian menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Anton tahu Nyonya Bian kali ini tak akan main-main. Minuman kesukaannya diminum tanpa seizin darinya.
"Dia mabuk, Anton. Bawa mereka dibilik yang lain. Kurung mereka berdua. Keluarkan mereka berdua tiga hari kemudian. Setelah itu, pecat mereka berdua. Aku tak mau mengotori tangan mahalku dengan menyentuh mereka" perintah Nyonya Bian dengan melanjutkan langkahnya keluar menaiki tangga kayu.
Anton mengangguk dan segera menyeret mereka berdua satu per satu. Memasukkan mereka berdua kesalah satu ruangan yang berdampingan dengan gudang anggur.
Banyak sekali bilik yang kosong diruang bawah tanah ini. Tidak dimanfaatkan. Terbelangkai rusak dimakan waktu. Sedikit menyeramkan jika berjalan sendirian diruangan ini. Karena cukuo banyak misteri dirumah ini. Dan Nyonya Bian bukan pertama kalinya mengurung Zeky dan dua orang bodyguard ini. Bahkan sebelum hal ini terjadi, Nyonya Bian pernah mengurung salah satu pembantunya hingga tewas dimakan masa.
Mbak Sari namanya.
Saat itu Mbak Sari sangat membutuhkan uang untuk biaya berobat adiknya. Satu bulan diawal tentu belum saatnya ia menerima gaji dari Nyonya besarnya. Sudah ia usahakan untuk mencari pinjaman kesana kemari. Nihil menjadi buah hasilnya.
Satu-satunya jalan yang ia pikirkan saat itu adalah meminjam uang kepada Nyonya Bian. Karena mungkin hanya beliau yang bisa meminjamkan uang dengan jumlah besar.
Malam itu, ia tekadkan untuk menemui Nyonya Bian dimeja makan. Dengan hati-hati, ia mendekati Nyonya Bian.
"Permisi Nyonya. Ada yang mau saya sampaikan" Mbak Sari membuka kata dengan hati .
"Apa itu?" tanya Nyonya Bian tanpa melihat pembantunya.
"Adik saya sakit, Nyonya. Saya membutuhkan uang untuk biaya berobat adik saya. Dan tujuan saya kemari untuk meminjam uang kepada Nyonya" jelas pembantu itu.
"Berapa yang kau butuhkan?" tanya Nyonya Bian. Sedikit memberi harapan kepada pembantu itu.
"Sekitar 20 juta, Nyonya. Nanti kalau saya ada uang langsung saya ganti" ucap Mbak Sari dengan terisak ringan. Tak kuasa mengingat adiknya yang sedang terbaring lemah dirumah sakit.