Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tiba-tiba ponsel Ata berdering. Nomor tak dikenal. Ata mengabaikannya. Namun, ponsel itu terus berdering. Ata akhirnya mengangkat telepon dari nomor tak dikenal.
"Halo" sapa Ata.
Tak ada suara apapun. Hanya terdengar seperti gesekan besi dan suara serangga.
"Halo"
"Seorang atlet pemanah yang sedang naik daun, tapi tiba-tiba dikabarkan dengan tuduhan penganiayaan terhadap adik kembarnya sendiri?!. Sungguh hal yang sangat menohok hati bukan?. Rasanya anda adalah orang yang sangat butuh dikasihani. Apakah anda tidak pernah tahu, jika anda bukanlah orang yang diharapkan hadir didunia ini?!. Anda jatuh bangun untuk menjadi seorang atlet pemanah yang sayangnya target face anda meleset mengenai adik kembarnya sendiri?!. Sungguh malang nasib anda, Sayang!" kata orang tak dikenal itu membuat Ata tersulut emosi. Ata langsung mematikan saluran telepon dan bersandar lemas pada pohon pinus.
Kevin memandangi Ata dengan heran. Kevin mendekati Ata dan meraih ponsel yang ada dalam genggaman Ata. Mengecek siapa yang baru saja menelpon Ata. Terdapat nomor 5232. Itu adalah kode kriminal yang biasa digunakan oleh seorang intel bahkan psikopat untuk menandai targetnya.
"Kita harus segera pergi dari sini" kata Kevin serius.
"Ada apa?" tanya Ata.
"Nanti saja. Ada seseorang yang sedang mengintai kita" jawab Kevin.
Ata dan Kevin berjalan dengan hati-hati sambil memperhatikan sekitar. Jarak menuju motor lumayan jauh dari pepohonan rimbun hutan pinus. Mereka mempercepat perjalanan. Seakan ada suara lain selain mereka berdua. Sesekali Kevin menengok kebelakang untuk memastikan tak ada orang lain selain mereka berdua.
Pukul 3.47.
Embun tak lagi bersahabat kala Ata mulai keluar dari lebatnya hutan itu. Ata hampir putus asa. Panjangnya perjalanan batin yang ia rasakan dimasa kini menurutnya adalah hal yang paling sulit. Dimana Ata harus berjuang menyelamatkan apa yang menjadi haknya. Seluruhnya hanya ada dalam genggamannya. Karena, hanya Ata. Hanya dia yang bisa meluruskan semua hal yang penuh dengan tipu daya otak. Disekelilingnya saat ini hanyal orang-orang yang hanya ingin uang, uang, uang, dan uang.
Tepat ketika sudah sampai didekat motor, Kevin langsung mematikan telepon genggam milik Ata dan membongkarnya. Ata hanya terbelalak melihat apa yang sedang dilakukan oleh Kevin. Ia ingin menegur tapi tak sempat sebelum Kevin benar-benar terlihat panik mengejar waktu. Seakan sangatlah sempit, sampai-sampai Kevin tak menghiraukan jika ada jalan berlubang. Kevin semakin kalang kabut dengan menambah kecepatan pada motornya. Ata yang takut terjatuh sudah berkali-kali mengingatkan Kevin agar berhati-hati. Tetap saja, tak dihiraukannya sama sekali.
Sayup-sayup terdengar suara ledakan dari kejauhan dengan sangat keras. Sontak Ata menjerit kaget dan memeluk Kevin dengan spontan. Ata tak pernah mendengar ledakan sekeras itu dan kali ini, Ata berharap ini yang pertama dan yang terakhir. Ata terus memejamkan kedua matanya dengan erat. Takut jikalau ia melihat ledakan yang sama dengan suara yang lebih keras.
Selang beberapa lama, mata Ata terpejam dengan sendirinya. Tinggallah Kevin yang masih setia mengendarai motonya untuk membawa Ata sejauh mungkin dari hutan pinus itu. pikirnya akan ada pengejaran yang menjebar mereka berdua.
Dan kenyataannya, mereka malah mendapatkan bom yang sepertinya diletakkan pada ranjau yang tepatnya berada dibawah ban motor Kevin bagian belakang. Seolah mereka yang mengincar Ata benar-benar tahu jika Ata akan berada diposisi boncengan motor.
Kevin tak habis pikir jika Ata sepenting itu sampai-sampai para intel itu mengincar Ata menggunakan bom dan ranjaunya sebagai jebakan agar tak terlihat. dengan terpaksa, Kevin membawa Ata jauh dari villa Fando.
Dan kali ini Kevin yakin, Ata akan aman didaerah yang menurutnya jauh lebih aman dari villa Fando. Untuk saat ini dan seterusnya Kevin benar-benar ingin menjaga Ata dengan membantunya menyelesaikan semua yang masih samar dalam benak masing-masing.
Untuk kali ini saja.