Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hutan.
Tempat paling sunyi dan menyimpan sejuta misteri. Hampir setiap pekan aku mendatangi hutan ini. Memandang sekelilingku yang tampak lebat. Sorot cahaya senja menyapu lembut tubuhku. Senyumku seketika melembut. Seolah-olah sensasi ini baru kurasakan kali ini. Segera saja aku mempersiapkan shooting line. Fokus. Target face sudah berada tepat didepanku. Aku siap menarik benang panahan.
Ada yang mengganggu disudut mataku. Aku menurunkan panahan. Ada seorang wanita disana. Aku mengamatinya sampai mataku menyipit.
Zakiya! Itu Zakiya?!
Aku terbelalak melihat siapa disana. Mengapa dia disini?!. Apa yang dilakukannya?!.
Aku memutuskan untuk mendekatinya. Sekitar jarak kurang lebih lima ratus meter dari jarakku sekarang, aku merasa tak hanya aku dan Zakiya yang ada disini.
Ada suara yang lain disini. Zakiya tak tahu keberadaanku. Aku berada dibalik lebatnya ilalang.
Baru saja aku ingin keluar dari ilalang, ada seseorang dibelakang Zakiya dengan pakaian serba hitam. Tak kusangka, seseorang itu membawa sebilah pisau yang sudah diangkat. Siap untuk menikam Zakiya.
Aku diam-diam mempersiapkan panahanku. Sekarang, target face bukan lagi pohon ataupun karton. Melainkan manusia.
Ctak!
Seseorang itu tahu datangnya suara dari ilalang tempatku berdiri. Dia langsung berlari meninggalkan Zakiya. Ketika Zakiya berbalik arah untuk melihat siapa yang dibelakangnya. Aku muncul dari balik ilalang. Bersamaan dengan panah itu menancap pada perut Zakiya.
Aku yang melihat itu seolah tak percaya jika panahku akan meleset. Separah itu hingga melukai adik kembarku sendiri.
Zakiya mulai limbung dengan darah segar mengalir ditubuhnya.
"Zakiya!!!"
Ata terbangun dengan keringat dingin. Nafasnya terengah-engah. "Apa yang terjadi?" tanya Ata pada dirinya sendiri. Mimpi itu persis dengan kejadian dimana panah Ata meleset ke perut Zakiya.
Ata segera bangkit menuju dapur untuk mengambil minum. Berjalan dengan sedikit limbung. Ata masih bingung. Mengingat mimpinya malam ini, ia sedikit berpikir.
Mungkin ini adalah petunjuk dimana aku harus mencari siapa orang yang berniat untuk menikam Zakiya, batin Ata.
Ata segera menuju kamar. Sambil kambali berpikir apa yang harus ia lakukan nanti.
Malam masih dini. Ata mulai hanyut dalam pikiran yang samar. Ia bahkan tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menemukan orang itu.
Ata menyambar jaket dan kunci mobil. Ingin relaksasi dengan menikmati udara dini hari.