Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Yesno S
yesnosalto
1,274 Pengikut
Mengikuti
Arabella G Valda
arabella7
Tasya Maria
tasyamri8
Arslan Cealach
arslanoir
Quartersky
quartersky
Tiisept
astisepti18
Annisa Diandari Putri
annisadiandari
Smelly Sumampaw
melmampaw11
Embun Pagi
tetesanembun
Jason Putera Hendrata
jason17
Ahmad Sidareja
ahmadsidareja
Harsyah Z.L.M
harsyah2010
Orluwene Daniel
orluwene1
catzlinktristan
catzlink
dwi mojuk
machaverage
Amanda Alodyasari
aldysr
Siti Musrifah
qusnare
Djingga Putri A.
aerinoriji
Zumarotin Hasanah
tingkerbel
Barrette
barrette
Astro Li
astroli
Superpower - Your Life Is The Price
Alexander Blue
Pencapaian novel ini adalah daya penceritaan, penokohan, dan susunan cerita - yang samar beranjak mozaik. Penulis novelnya sanggup mengelabui di teka-teki besar, meski ada teka-teki kecil yang kurang sabar dalam penggarapannya (subjektif). Detail deskripsi pas. Ketegangan memuncak lebih dari lima grafik lonceng. Secara keseluruhan novel ini sudah ‘jadi" dan ‘siap cetak". Saya menyukai sekali tokoh Gisela. Andai dia diberi keluasan dalam cerita, menurut saya bisa mengimbangi cerita yang maskulin ini. Bintang lima buat 200 bab dengan 108 bab terbaik di antaranya.
Misteri Bait Astavacas: Petualangan Matematika & Simbol
RK Awan
Draf ini seperti pernyataan afdal bahwa menulis di platform tak ubahnya harga mati sebuah eksplorasi. Sebenarnya draf ini sudah memenuhi sifat-sifat masa kini: penuh twist, glowing dalam hal kebaruan, memiliki temperamen flexing sisik melik dunia sains (terkhusus matematika). Sayangnya draf ini bersikap masa bodo dengan logika pembaca (umum). Bila dikesampingkan rumitnya narasi saat muncul lambang, ikon, rumus, tanda, dan renik dunia sains, novel ini mungkin bisa menyamai keindahan novel sains berat seperti The Housekeeper and the Professor (Ogawa,l 2003), gremat-gremet twist-nya yang memerangahkan jantung seperti novel Cryptonomicon ( Stephenson, 1999) dan kecerdasan ala novel Einstein"s Dreams (Lightman, 1993). Ia benar-benar membutuhkan editor andal untuk menjadikannya lebih enak lagi dibaca. (Pembacaan tahun 2022).
Tarka Sengkalan & Simbol Masa 1997/98
RK Awan
Draf ini seperti mempertemukan kembali saya pada bagian akhir novel Ulysses (Joyce, 1922) dalam bentuk butut dan formulaik. Keduanya menyuguhkan narasi igauan yang dipenuhi cecarau intertekstual yang kuat. Anakronisme yang disengaja saat penggambaran setting 98 dalam ambience distopia mengandung risiko besar. Meski saya akui tingkat eror dalam tekstual mengandung banyak sekali anomali yang membuat cerita semakin kaya. Saya abaikan judul bab yang terkesan hanya menonjolkan egosentris penulis tanpa memedulikan pembaca. Ia membutuhkan editor yang telaten untuk menjadikannya lebih mengilat. Draf ini masih mentah, namun memiliki ‘sufiks" dalam kosmologi thrill yang megah. Draf ini pun punya kebaruan dalam tuturan seperti mimpi, serta bagaimana peristiwa-peristiwa terbelah-belah menjadi petunjuk cerita yang membelah diri sehingga menjadi konvergen. Seawam pembacaan belum pernah dicoba oleh penulis lokal.
Gadis Kolong Sampah
Kuni 'Umdatun Nasikah
Kejanggalan dalam novel ini tidak meyakinkannya olah bentuk polifonik, seperti monolog panjang dengan satu suara. Namun istimewanya, meski cerita mirip serial Oh Mama, Oh Papa Majalah Kartini adalah cara penulis memegang kendali sebagai pengecoh cerita. Sebagai fiksi didaktis-religius, novel ini menyimpan unreliable narrator. Selang-seling khotbah disilang-silang cerita berkelok-kelok dan tak terduga. Sebagai pembaca, saya yang seakan-akan sedang diceramahi seorang Ustazah karena menempuh jalan sesat akhirnya mendapatkan ‘sesuatu". Narator yang tidak bisa diandalkan begitu meyakinkan, dan terasa mahal. (Semula saya pikir banyak sub-plot yang bisa dibuang, sampai saya menemui semua jawaban di Chapter-chapter akhir). Saya memandang ‘sampah" dalam novel ini sebagai warna merah jambu. La vie en rose.
GALUH
Prayogo Anggoro
Sebagai cerita epik, Galuh masih dalam citra formulaik dengan kelokan-kelokan landskap yang masih bisa dijangkau. Petualangan seibarat ensiklopedi berjalan menutup konflik antarkarakter. Seperti ada beban ingin mempresentasikan ‘darah merah putih" dengan lokasi-lokasi berbebat kearifan lokal. Di sisi lain, istimewanya, loncatan konflik dipilin dengan rapi: kisah membayang di sini, lalu berkelebat di sana, lalu muncul di sebelah sananya lagi. Narasinya seperti ingin terbebas dari ragam sastrawi; encer, dan mudah dirasa. Sebagai pembaca, saya mulai ketagihan setelah melewati Chapter 28. Di delapan Chapter menjelang akhir cerita, penulisnya melancarkan apa yang menjadi kunci cerita epik: ketangkasan menyimpan prahara.
PEREMPUAN TANPA GUNUNG
Aldi A.
Dari deskripsi yang saya baca, novel ini mempunyai kekuatan bercerita dengan menyajikan peristiwa besar Mei 1998 sebagai torso ceritanya. Namun ini hanya duga-duga pembaca yang belum membaca naskahnya sama sekali. Sukses untuk novel ini.
MUDRA
Mega Yohana
Cantolan novel epik ini adalah riset yang kuat.
Tanda Cinta dari Akhirat
Bamby Cahyadi
Ringkas tapi mampu memporak-porandakan emosi.
SAMBA PARIA
Hidayatullah
Elemen-etemen antropologinya disajikan dengan pendekatan masa kini, maka inilah komik etnografis yang digarap dengan apik yang saya temui di Kwikku. Meski dalam penceritaan masih dalam tararan formulaik, ada gairah kebaruan dalam sekuen antarpanel yang mencoba memberi ruang bagi pembaca untuk mencari remah-remah cerita yang sengaja disimpan, dan menjadi kejutan yang muncul di dalam gambar. Untuk visual, saya tidak mau komentar apa-apa selain: buset dah.
Luka, Luka, dan Luka
Dewanto Amin Sadono
Bila sebuah tulisan bisa dijadikan identitas dari penulisnya, maka novel ini menjadi bagian dari rangkaian mendomestikasi stigma-sebutan-khuluk dari semestanya menjadi sebuah narasi. Seperti judulnya, saya sebagai pembaca diajak beradu rasa dengan segala penderitaan tokoh-tokoh (utaman)-ya. Yang menonjol dari narasi adalah usaha untuk menampilkan kecerdikan dalam berbahasa, seperti terbebas dari pengaruh novel terjemahan yang menghasilkan bahasa Indonesia rasa Barat. Novel ini mengusung tema yang sangat klasik, tapi ia punya kekuatan identitas, tanpa rasa bahasa-bahasa terjemahan yang semakin marak, sejak karya terjemahan menjadi sumber inspirasi yang slebew di masa kiwari. Di mata saya, novel ini menjadi sosok yang lantip, karena novel ini tidak terjerembab dalam melodaramtik meski temanya sangat membuka peluang ke arah itu. (PS: baca bab 9-14 dalam tanpa jeda ya. Jleb banget!)
Anak kolong
Eko Hartono
Meski tak ada hawa kebaruan dalam bentuk, novel ini digarap dengan kekuatan psikologis tokoh-tokohnya, sehingga raut ceritanya menjadi jelas. Ia menjadi cerita yang tidak perlu berpayah-payah dalam jelaskan apa itu sedih, terpuruk, dan masa lalu yang serba begini-begitu. Semua kalimatnya mapan, ekuivalen, terang, dengan daya ungkap yang cenderung ekonomis, tanpa efek stilistika yang membebani pembaca. Pilihan kata yang membentuk narasi tokoh-tokoh dibuat sedemikian dekat dengan penulisnya, tak ada patahan substansi -- mirip sebuah biografi / memoar. Draf ini menggambarkan keterampilan menulis yang bersih-paham aturan-mengutamakan cerita (ketimbang gaya). Humornya subtil. Draf novel model begini biasanya diminati penerbit buku karena melibatkan tema psikologis, efek inspirasi, cerita yang bulat-utuh-selesai -- dibutuhkan di saat ini; yang krisis semua-muanya.
Jangan Tidur di Sekolah
abil kurdi
Tema yang komersil, dengan campuran humor dan komedi yang berimbang (meski dalam beberapa bab tataran gotiknya langsung mandul saat kekonyolan terjadi), tipikal cerita dalam novel ini punya kans besar dalam pasaran sinema dekstop (OTT). Novel ini punya keistimewaan yang sulit dicari tandingannya: rinci dalam pengadeganan; filmis. (sisanya saya email)
ZOMBLO APOCALYPSE
Agung Satriawan
Zomblo Apocalypse seperti mengemban semangat horror comedy yang lebih santai, adonan humor dan horor yang on off, ada kengerian, ada kondisi horor luruh begitu saja saat kemunculan humornya, dan teks naskah yang cenderung hyperballad. Keistimewaan Zombo adalah memberikan pengalaman fonetik di banyak bab (yang lebih menonjolkan sisi humor dari horornya)
Menurut saya pribadi, humor komedi (horror comedy) adalah produk literasi yang berkembang dengan kebutuhan visual. Maka tak heran film bergenre campuran ini berkembang di sana, dan melempem di perbukuan. (Tak ada satu pun fiksi humor horor yang dianggap para kritisi, dan tidak nyaring di pasaran). Tapi sepertinya Zomblo tak peduli hal itu.
SEPEREMPAT ABAD
Fiska Esi
Naskah pertama yang saya baca dan selesai saat bergabung di Kwikku, 2020 silam. Naskah ini punya ikatan emosional bagi subyektif saya. Membaca naskah ini, seperti memiliki MEMORABILIA.
Bes: Son of Science
Farida Zulkaidah Pane
Ulasan saya kirim via DM.
Unexpected
Yeni fitriyani
Saya selalu penasaran dengan penulis yang rajin membaca karya sesama penulis, sekaligus memegang prinsip tidak akan pernah merugi dengan memberi dukungan pada sesama penulis. Pasti ada sesuatu di dalamnya. Setelah Bab 6, baru terasa licin dan membentuk lekuk-lekuk yang tidak terduga. (Saya mau ngomel-ngomel lebih panjang, tapi kolom ulasan ini begitu sempit, baiknya saya email saja sisanya ya.)
LEWAT SEMESTA
Wiji Lestari
Membaca naskah ini mengingatkan saya pada novel " Girl, Woman, Other " (Bernadine Evaristo, 2019) dalam wajah dan liku masalah yang berbeda. Salah satu naskah yang bernyali untuk menguji coba bentuk dan isi novel dengan pola multipenutur. (Saya ingin ngomel-ngomel lebih panjang, tapi kolom ulasan ini begitu sempit, baiknya saya email saja sisanya ya.)
DANUM
Abroorza Ahmad Yusra
Danum adalah salah satu novel kebanggan saya. Novel ini tampak dirancang dengan pola kerja etnografis. Ia melibatkan banyak elemen filantropi. Yang paling utama adalah, (hampir) tidak ada khotbah di dalamnya.
SELENDANG PATAHERI
Greace Lee Mayer Ectas Latul
Satu lagi novel etnografis kesukaan saya. Di luar elemen-elemen etnografik yang dijabarkan dengan berdesak-desakan di awal naskah (seakan-akan saya sebagai pembaca sedang berhadapan dengan pemandu wisata), tak ada yang kurang dalam naskah ini.
Satru Mataram [Sepasang Pendekar Pedang Cinta]
Sri Wintala Achmad
Dalam kurun yang tak lagi sama dengan kemarin - seperti yang dikatakan Francis Fukuyama dengan ‘ distruption ‘ - novel ini mengingatkan saya pada zaman keemasan Balai Pustaka. Kiwari, kesederhanaan menjadi ' barang mahal '. Renik kisah manusia dalam Mataram dicomot, lalu dikembangkan dengan bahasa yang prasaja, terang, tanpa akrobat serta pamer majas cum pamer seni menulis untuk sekadar menampilkan kepiawaian dengan hasil indah. Ia menjadi terang dengan sederhana, dan pada bab 14 hingga akhir saya menemukan betapa emas tetaplah batu mulia meski ada di dalam genangan sawah. Mungkin novel ini serupa bibit yang akan bertumbuh lebih subur saat masa indahnya tiba: bisa dipeluk dan dibaui kertasnya.