Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Sepenggal kisah gadis yang tengah menggenggam cita-cita sebagai penghafal Alquran. Di kolong sampah, dia melihat langit. Mempertanyakan banyak hal, termasuk takdir yang dialaminya ketika tujuh belas tahun usianya.
Lantas, dia berkata, "Aku ingin menjadi ia yang dengan terangnya dapat membuat orang tersenyum bahagia. Bapak, Ibu, kupersembahkan hafalan Alquran untukmu di surga nanti."
Tapi, mimpi itu tak ubahnya seperti anai-anai. Karena, salah seorang teman telah membohonginya. Maka, hiduplah dia di kolong sampah itu. Bekerja di gurun panas pada malam-malam yang menakutkan.
"Tapi, pernahkah kalian mendengar kisah Bilal bin Rabbah yang dipaksa menyanyi untuk merayakan pesta tuannya? Maka, aku pun sama."
Sebuah perumpamaan bahwa sebetulnya dia hanyalah gadis baik-baik yang tidak pernah mengharapkan takdir seperti itu. Tapi, dia harus menjalaninya dengan segenap iman yang ada di hatinya.
***
"Apa salahnya jika aku menjadi penghafal?"
Yang ditatapnya hanya berdiam. Membenarkan posisi peci.
"Apa karena kamu pernah melihatku keluar dari klub malam?"
"Seharusnya yang kutatap bukan langit, tapi tanah. Tempat kamu berada," katanya.
Siapakah Fizah yang sebenarnya? Apakah dia hanya gadis biasa yang terseret arus gelombang yang menggelapkan sisi terang kehidupannya?
Kisah yang dalam, bahkan membuat saya berperang dengan konflik batin. Nasihatnya menampar saya. Sangat luar biasa, terima kasih atas tulisan luar biasanya, Kak.
Kejanggalan dalam novel ini tidak meyakinkannya olah bentuk polifonik, seperti monolog panjang dengan satu suara. Namun istimewanya, meski cerita mirip serial Oh Mama, Oh Papa Majalah Kartini adalah cara penulis memegang kendali sebagai pengecoh cerita. Sebagai fiksi didaktis-religius, novel ini menyimpan unreliable narrator. Selang-seling khotbah disilang-silang cerita berkelok-kelok dan tak terduga. Sebagai pembaca, saya yang seakan-akan sedang diceramahi seorang Ustazah karena menempuh jalan sesat akhirnya mendapatkan ‘sesuatu". Narator yang tidak bisa diandalkan begitu meyakinkan, dan terasa mahal. (Semula saya pikir banyak sub-plot yang bisa dibuang, sampai saya menemui semua jawaban di Chapter-chapter akhir). Saya memandang ‘sampah" dalam novel ini sebagai warna merah jambu. La vie en rose.
Cerita penuh nasihat dgn konflik internal domestik (rumahan) yang digarap apik, twist yg ngagetin, tokoh2 bnyk bgt tapi ikonik. Andai aja mau ngurangin sedikit cermah, pasti pembacanya akan lebih luas lg, asumsiku. Kubayangkan, jika penulis ini kelak menulis lagi novel dgn tema yg lebih luas pasti ciamik. Layer-layer twistnya brutal banget.