Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Dahulu kala semua mahluk ciptaan Tuhan hidup damai dalam tatanan Swargaloka hingga seorang manusia yang mendapatkan keberkahan Suwung, menyombongkan diri dan mengaku sebagai Tuhan untuk menguasai semua mahluk dengan membebaskan para iblis dari neraka. Akibat hal itu, ibu Pertiwi sebagai ibu dari semua mahluk ditugaskan untuk menciptakan dunia di antara ruang dan waktu agar manusia belajar dari kesalahan yang telah diperbuat oleh kaumnya.
Di suatu masa, lahir seorang anak manusia yang berusaha mewujudkan harapan ibu Pertiwi ketika kisah-kisah lama telah dilupakan kebenarannya dan dianggap sebagai dongeng belaka. Dia tumbuh sebagai seorang jewel dengan kekuatan sastra untuk menemukan negeri Galuh yang telah dijanjikan.
Namun sang Suwung tidak membiarkan anak itu mewujudkan harapannya dengan mudah, dia telah menyiapkan rencana terbaiknya untuk mengubah haluan masa depan dengan fitnah dan tipu daya. Pemuda yang kelak mampu menyaingi keberkahannya telah diramalkan sebagai Satria Galuh dengan membawa kekuatan Sastrajendra.
# Sub judul Seri Novel Galuh:
S1: Bintang Merah S2: Negeri tanpa Mahkota S3: Rahasia dan Misteri Dunia S4: Mapralaya S5: Lautan Lepas S6: Sisi Kehidupan
jumlah chapter yang mencapai 200 halaman mencerminkan kekuatan penulis (setidaknya begitu pemmikiran awal saya.) Sampai pada bab pertengahan saya masih menikmati alur ceritanya. Semoga bisa selesai segera.
Sejak mengikuti novel ini, aku sadar bahwa cerita ini akan memiliki petualangan yang panjang, apalagi ketika tahu masih ada bagian yang baru terungkap di pertemuan Pancadev, yang di masih bisa dikembangkan lebih luas lagi menghadirkan karakter-karakter yang lebih kuat dan konflik yang makin berat. Dan tentu masih banyak hal yang masih menjadi misteri yang terus bermunculan, yang justru menambahkan keunikan tersendiri karena disampaikan dengan setting yang beragam dan tidak membosankan. Harapan aku, ini novel tidak hiatus jika benar udah ada konsep akhir ceritanya. Makin menarik untuk diikuti.
Terima untuk ulasan yang lain. Satu hal yang ingin saya tonjolkan di novel ini bukan sekedar mengembangkan kebudayaan Nusantara yang beragam tapi sebagai penulis pribadi, saya ingin menyajikan sebuah konsep dunia yang beragam dan kompleks, beruntungnya Indonesia memiliki banyak referensi yang tidak bakalan habis untuk digali mengenai keragamannya itu sendiri seperti halnya semboyan Bhinneka tunggal Ika, hanya untuk membangun dunia fiktif yang alurnya terbatas.
Dan untuk pembaca yang lain, saya ucapkan terima kasih meskipun masih sungkan memberikan ulasan tapi kontribusi kalian mampu mengangkat novel saya di bagian trending sesekali. Harapannya, kalian bisa memberikan kritik dan saran sebagai sebuah dukungan bagi saya pribadi untuk terus mengembang novel ini hingga akhir cerita yang insyaallah, konsep akhirnya sendiri sudah ada.
Terlepas dari penulisnya yang meminta untuk memberikan review, saya ucapkan luar biasa. Tapi sayang sekali, aku merasa greget ketika membaca sepanjang 252 chapter selama dua mingguan, saya tidak menemukan apa itu arti dari pesan si guru kepada tokoh utamanya yaitu Sandanu. 'Galuh galehna galih' kalimat ini yang konotasinya diambil dari kebudayaan Sunda tapi justru setting mengenai tanah Sunda itu hanya satu chapter di babak akhir yang dikategorikan dalam S4. Entah karena penulisnya lupa atau emang ada rencana di balik alur ceritanya yang panjang, ini benar-benar bikin kecewa. Mungkin masih bisa dimaklumi jika memang ada hal yang mungkin menjadi sebuah kejutan nanti, karena alurnya sendiri bisa maju-mundur, karena saya pun menemukan sebuah alur dari satu karakter yang diawal cerita hanya semacam supir angkutan tiba-tiba muncul menjadi salah satu villain yang harus ditaklukkan di bagian alur konflik berikutnya. Semoga saja, penulis emang tidak lupa mengenai apa makna dari p
Rasanya terperangah menemukan novel fantasi yang kental dengan nuansa lokal, tapi mampu memulasnya sebagai sesuatu yang baru.
Keberanian mengembangkan suatu budaya yang kelihatan kaku menjadi kisah yang baru. Apalagi membawa nama dewa-dewi dari kepercayaan lokal yang tidak ada hubungannya sama sekali menjadi suatu konsep mitologi yang kreatif.
Latar yang fantastis pun bisa dijumpai dari cara penulis mengadopsi unsur budaya seperti rumah tradisional ataupun baju adatnya, serasa membawa pembaca untuk mengenal dunianya yang penuh warna dan beragam, tapi juga latar tersebut bisa memperkuat isi dari konflik dan membawa ke alur berikutnya yang sulit untuk dipisahkan seperti kepingan puzzle.
Terima kasih, untuk penulis yang sudah berusaha melakukan riset dan meskipun terkesan ada beberapa mendeskripsikan yang seakan memindahkan dari beberapa sumber di google tapi masih dimaklumi karena mampu menempatkannya di kalimat yang tepat.
Kisah yang terjalin secara sistematis penuh dengan kejutan dengan meletakkan kepingan cerita yang menjadi gambaran besar yang luar biasa.
Pengambilan setting yang kreatif dengan mengembangkan kebudayaan Nusantara yang beragam untuk membangun setiap karakter dan konflik yang berkesinambungan. Ini kelebihan yang patut diacungi jempol. Bahkan meracik mitologi dari beberapa suku bangsa dan kepercayaan lokal di setiap daerah menjadi konsep yang menyatu dan tidak terpisahkan.
Sebagai cerita epik, Galuh masih dalam citra formulaik dengan kelokan-kelokan landskap yang masih bisa dijangkau. Petualangan seibarat ensiklopedi berjalan menutup konflik antarkarakter. Seperti ada beban ingin mempresentasikan ‘darah merah putih" dengan lokasi-lokasi berbebat kearifan lokal. Di sisi lain, istimewanya, loncatan konflik dipilin dengan rapi: kisah membayang di sini, lalu berkelebat di sana, lalu muncul di sebelah sananya lagi. Narasinya seperti ingin terbebas dari ragam sastrawi; encer, dan mudah dirasa. Sebagai pembaca, saya mulai ketagihan setelah melewati Chapter 28. Di delapan Chapter menjelang akhir cerita, penulisnya melancarkan apa yang menjadi kunci cerita epik: ketangkasan menyimpan prahara.