Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
SYZYGY
Suka
Favorit
Bagikan
12. SYZYGY #12

42. INT. RUANG TUNGGU GEDUNG DPR — PAGI

Luna duduk di sudut ruangan, agak jauh dari anggota komite yang lain. Semuanya mengenakan seragam putih abu-abu, beberapa saling mengobrol satu sama lain untuk menghilangkan gugup. Luna sendiri mengenakan kardigan hitam di atas seragamnya, wajahnya tampak pucat dan lelah. Dia menggenggam erat kotak pensilnya di satu tangan sementara tangannya yang lain memegang ponsel.

 

INSERT: Layar ponsel Luna menunjukkan pesan dari Eden yang diterimanya kemarin, “Nggak usah takut. Sampai ketemu besok, Luna.”

 

Luna lalu meletakkan kotak pensilnya di pangkuan. Dia berniat mengetikkan pesan untuk Eden, tapi ANGGOTA KOMITE #1 menghampirinya.

 

ANGGOTA KOMITE #1
Luna, kamu nggak apa-apa? Kok pucat banget?

 

Luna mendongak, tampak bingung sesaat sebelum menggeleng dan berusaha tersenyum.

 

ANGGOTA KOMITE #1
(menatap Luna dengan ragu) Beneran? Mau aku ambilin minumkah? 
LUNA
(menggeleng) Ng-nggak usah. Makasih.

 

Anggota Komite #1 mengangguk, lalu sibuk mengobrol dengan anggota komite yang lain. Luna kembali menunduk, memijit pelipisnya, lalu pintu ruang tunggu terbuka dan Baskara masuk. Para anggota komite selain Luna menyapa Baskara dengan penuh semangat.

 

BASKARA
Selamat pagi. Sudah siap semuanya? 
PARA ANGGOTA KOMITE
(bersama-sama) Siap, Pak! 
BASKARA
(tersenyum) Bagus. Ayo kita guncangkan dunia.

 

Baskara membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan para anggota komite untuk keluar dulu. Selagi anak-anak yang lain berjalan keluar ruangan, Baskara menatap Luna. Luna bisa mendengar suara Baskara amat jelas di dalam kepalanya.

 

BASKARA (v.o.)
Fokus, Luna.



43. INT. RUANG RAPAT DPR — PAGI

Suasana ruang rapat ramai. Beberapa kursi anggota dewan tampak kosong, tapi lebih banyak yang terisi. Sebagian besar memasang tampang tidak tertarik saat Baskara masuk dengan Komite Pemuda Peduli mengikuti di belakangnya. Luna berjalan paling belakang di rombongan.

 

Di beberapa sudut ruang rapat, beberapa orang sudah siap dengan kamera. Baskara memberi isyarat pada para anggota komite pemudanya untuk duduk di tempat yang sudah disediakan di bagian depan ruang rapat, lalu dia naik ke mimbar.



44. INT. RUANGAN VOLUNTER YAYASAN “SATU ATAP” — PAGI

Eden berdiri di dekat jendela besar di sisi pantri. Tabo bergelung di dekat kaki Eden sementara Eden menatap layar ponselnya.

 

INSERT: Layar ponsel Eden menunjukkan berita tentang supermoon yang dijadwalkan bisa dilihat malam itu.

 

Di belakang Eden, Ratri dan HASAN, suami Ratri, duduk di sisi meja pantri dengan sebuah tablet menyala di depan keduanya, siap digunakan untuk menonton tayangan presentasi Komite Pemuda Peduli yang disiarkan secara langsung oleh salah satu media daring.

 

RATRI
(melambaikan sebelah tangan pada Eden) Eh, Den, rapatnya mau mulai!

 

Eden segera memasukkan ponselnya ke dalam saku, lalu bergabung dengan Ratri dan Hasan di meja pantri untuk menonton tayangan presentasi. Eden duduk di antara Ratri dan Hasan, tampak gugup menatap layar tablet. Tabo melompat ke pangkuan Eden dan bergelung di sana.

 

HASAN
Yang namanya Luna yang mana, Den?

 

Eden mencondongkan badan ke depan, memperhatikan layar dengan seksama saat kamera menyorot ke arah komite, lalu menunjuk sosok Luna.

 

RATRI
Kok mukanya pucat banget gitu, Den? Anak itu lagi sakit?

 

Eden tidak menjawab, hanya melihat layar tablet dengan cemas sementara kamera sekarang menyorot Baskara yang berdiri di mimbar.



45. INT. RUANG RAPAT DPR — PAGI

Baskara menatap rekan-rekan anggota DPR-nya sebelum berdeham dan berbicara lewat mikrofon.

 

BASKARA
Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Terima kasih banyak atas kesempatan yang diberikan pada saya serta rekan-rekan muda saya hari ini untuk mempresentasikan ide-ide segar mereka di depan Anda semua. Seperti yang sudah saya jelaskan dari awal saya memulai proyek ini, Komite Pemuda Peduli adalah wadah bagi anak negeri untuk menyampaikan idealisme serta aspirasi mereka langsung di hadapan wakil rakyat. Wadah ini juga sekaligus menjadi sarana pengenalan dan pembelajaran politik bagi anak-anak muda kita yang nantinya akan menggantikan Anda semua di masa depan.
ANGGOTA DEWAN #1
Kamu juga diganti, nggak cuma kita!

 

Tawa pelan menyebar di seluruh penjuru ruang rapat, sementara Baskara hanya tersenyum tenang dari mimbar. Di tempatnya duduk, Luna hanya menunduk dan memejamkan mata karena pikiran semua orang begitu berisik di dalam kepalanya.

 

BASKARA
Iyalah, regenerasi itu mutlak diperlukan. Jadi sekarang, tanpa berpanjang lebar lagi, selaku moderator saya persilakan rekan-rekan dari komite untuk memulai presentasinya. 

 

Baskara turun dari mimbar dan mempersilakan siswa ketua komite untuk menggantikannya. Baskara sempat menatap Luna yang tampak tidak sehat, tapi tidak mengatakan apa-apa.


MONTAGE:

  1. Ketua Komite berbicara di mimbar, sementara layar di belakangnya menunjukkan gambar 3-D kompleks rusun yang terintegrasi dengan pusat layanan masyarakat terpadu.
  2. Siswa lain berdiri di mimbar, menerangkan tentang konsep sekolah gratis yang dipampangkan di layar.
  3. Luna memijit pelipisnya, tampak gelisah di kursinya.
  4. Siswa lain lagi berdiri di mimbar, mempresentasikan ide rapat DPR yang disiarkan langsung secara daring sehingga masyarakat luas bisa ikut mengikuti.
  5. Beberapa anggota dewan tampak menyimak dengan wajah tidak suka. Ada juga yang tidur di kursinya, ada yang bermain ponsel.
  6. Luna tampak makin pucat, tapi berusaha tetap menyimak anggota komite yang presentasi di mimbar.


Siswa yang terakhir berpresentasi turun dari mimbar, digantikan oleh Baskara.

 

BASKARA
Oke, sekarang saya persilakan pada para rekan dewan untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan tentang presentasi komite barusan.

 

Beberapa anggota dewan mengangkat tangan, lalu mulai bicara. Luna masih menunduk di kursinya, napasnya mulai tidak teratur.

 

ANGGOTA DEWAN #2
Saya akui, presentasi adik-adik ini menarik sekali. Idenya juga Baskara Suryadikara banget, ya, idealis gitu. Saya sampai merasa adik-adik ini cuma jadi jubir aja, otaknya ya tetep situ. 

 

Anggota Dewan #2 tertawa menyindir, diikuti anggota dewan yang lain. Baskara hanya tersenyum masam di belakang mimbar, lalu melirik Luna. Luna masih menunduk.

 

ANGGOTA DEWAN #2 (cont’d)
Nah, masalahnya, ide kalian itu terlalu... utopis. Nggak mungkin diwujudkan.

 

ANGGOTA DEWAN #3
Setuju dengan Pak Emil. Contohnya yang sekolah tadi. Konsep kayak gitu tuh nggak cocok dengan budaya kita kalau menurut saya. Gimana menurut teman-teman?

 

Beberapa anggota dewan lain ikut bicara, semuanya menyerang presentasi komite barusan. Baskara beberapa kali berusaha menyela, tapi suara anggota dewan lain lebih keras. Suasana semakin ricuh. Baskara melirik Luna, tapi Luna masih menunduk dan malah menutupi telinga dengan kedua tangan. Anggota Komite #1 yang duduk di samping Luna menatap Luna khawatir.

 

ANGGOTA KOMITE #1
(berbisik) Luna, kamu kenapa?

 

Luna menggumam tidak jelas, seperti rintihan. Anggota Komite #1 tampak makin cemas, sementara perdebatan para anggota dewan masih berlangsung.

 

ANGGOTA KOMITE #1
Luna... 
LUNA
(memejamkan mata) Diem...

 

Baskara hendak bicara lagi tapi tidak jadi, malah menoleh ke arah Luna.

 

INSERT: Eden berdiri perlahan dari kursinya sementara layar tablet menayangkan suasana rapat yang makin ricuh. Kamera menyorot ke arah anggota komite dan terlihat Luna menunduk, hampir seperti meringkuk, di kursinya dengan kedua tangan menutupi telinga.

 

ANGGOTA KOMITE #1
Luna, kamu kena... 
LUNA
(dengan suara keras dan mata terpejam) Aku mau semua orang diem!

 

Semua orang seketika diam. Terlihat beberapa anggota dewan yang sedang bicara membelalakkan mata, heran karena suara mereka mendadak tidak keluar. Para anggota komite juga tidak bisa bersuara, begitu pun Baskara yang berdiri di mimbar. Baskara mencengkeram pinggiran mimbar sambil menatap Luna, berusaha keras mengeluarkan suaranya. Semuanya tampak seperti sedang tercekik.

 

INSERT: Eden menggumamkan nama Luna, lalu berlari keluar dari ruang volunter yayasan tanpa menghiraukan Ratri yang memanggil namanya.

 

Darah mengalir dari hidung Luna, lalu Luna ambruk ke lantai dan layar menjadi gelap.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar