Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
38. EXT. TROTOAR — SORE
Suasana trotoar cukup ramai. Eden berlari melewati orang-orang, beberapa di antaranya menoleh heran saat Eden lewat. Eden lalu tiba-tiba berhenti di bawah salah satu pohon rindang yang ditanam sepanjang trotoar. Dia mendongak, menatap dedaunan pohon yang menaunginya.
Beberapa orang menatapnya ganjil, tapi Eden tidak peduli. Dia tetap mendongak, tampak seperti mendengarkan dengan serius sebelum berbalik arah dan kembali berlari.
39. INT. MUSEUM KEBANGSAAN — SORE
Eden berlari melewati pintu depan museum. Dia berhenti di tengah lobi, memandang berkeliling seperti mencari-cari, hingga terlihat Luna dan beberapa anggota Komite Pemuda Peduli keluar dari salah satu ruangan museum. Wajah Luna tampak kusut dan lelah, tangannya memeluk setumpuk buku.
Luna berhenti berjalan, menatap ke arah Eden dengan raut terkejut. Beberapa anggota komite yang bersamanya berpamitan pada Luna dan mendahuluinya, sementara Luna masih berdiri diam di tempat. Eden menghampiri Luna, berhenti di depannya dan menghabiskan beberapa saat mengatur napas.
Luna mengerjap, tampak heran dengan pertanyaan Eden. Eden sudah membuka mulut untuk bicara lagi, tapi Baskara muncul di belakang Luna dan bersuara duluan.
Baskara menatap Eden dengan tampang menilai, lalu menatap Luna.
Luna berbalik, berjalan pergi.
Luna lalu berlari kecil, menjauh dari Eden dan Baskara. Eden berniat mengejarnya, tapi Baskara menghalanginya.
Eden tampak kesal, tapi tidak menyahut. Dia menghabiskan beberapa saat memandangi sosok Luna sebelum menatap Baskara tajam dan berbalik, berjalan menuju pintu keluar museum.
40. EXT. TAMAN BELAKANG MUSEUM KEBANGSAAN — SORE
Suasana taman sepi. Pohon-pohon besar tumbuh di beberapa titik, sementara bangku-bangku dan meja-meja kayu tersebar acak di tanah berumput yang terpangkas rapi.
Luna duduk sendirian di salah satu bangku, melamun. Wajahnya tampak lelah dan murung. Baskara menghampirinya dari belakang, meletakkan sekaleng susu di depan Luna, lalu duduk di hadapan Luna. Dia sendiri membawa sekaleng kopi, lalu membuka dan menyesapnya sedikit.
Luna menatap Baskara, tampak terkejut bercampur kesal.
Baskara menelengkan kepalanya, tampak heran.
Luna lalu menatap telapak tangan kanannya.
Luna mulai melamun sementara raut wajah Baskara berubah serius, seperti memikirkan sesuatu.
Luna mendongak, menatap Baskara dengan kening berkerut.
Luna menelan ludah, mengangguk pelan. Baskara tersenyum tipis, bangkit dari duduknya.
Baskara lalu memutari meja dan berhenti di samping Luna. Dia menepuk bahu Luna, lalu berjalan pergi.
41. EXT. HALAMAN KAMPUS EDEN — SIANG
Eden keluar kelas bersama mahasiswa yang lain. Dia berjalan menuju gerbang kampus, lalu berhenti saat ponselnya bergetar di dalam saku. Eden tampak terkejut saat melihat ada pesan masuk dari Luna.
Eden tersenyum sendiri, lega Luna mengiriminya pesan duluan, lalu cepat-cepat membalas.
Menunggu balasan dari Luna, Eden mengetuk-ngetukkan jarinya di sisi ponsel dengan tidak sabar. Saat pesan balasan dari Luna datang tidak lama kemudian, Eden membukanya dengan antusias, lalu tertegun setelah membaca isinya.
Eden tertegun. Namun sebelum dia sempat membalas, pesan lain dari Luna lebih dulu masuk.
Eden tertegun lagi sejenak, lalu mengetikkan pesan balasan.
Pesan balasan Luna datang agak lama.
Eden berniat menekan tombol telepon di sudut kanan atas layar ponselnya, tapi pada akhirnya tidak jadi.
Eden menunggu sejenak, lalu tersenyum saat membaca pesan balasan dari Luna.
Eden memasukkan ponselnya ke saku, lalu berjalan keluar gerbang kampusnya dengan lebih bersemangat.
INSERT: Sedan Baskara terparkir di jalan di seberang gerbang kampus Eden. Baskara duduk di jok belakang, memperhatikan Eden dari balik jendela mobilnya.