Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
25. EXT. MUSEUM KEBANGSAAN — PAGI
Established shot menunjukkan gedung Museum Kebangsaan RI yang berlokasi di jantung Ibu Kota Negara. Beberapa van milik media terparkir rapi di bagian depan. Di atas pintu masuknya yang terbuat dari kaca, terbentang spanduk besar dengan tulisan: “Selamat Datang Bpk. Baskara Suryadikara & 50 Besar Calon Anggota Komite Pemuda Peduli Angkatan Pertama”.
26. INT. AUDITORIUM MUSEUM KEBANGSAAN — PAGI
Suasana auditorium ramai. Tempat duduk tersusun dalam komposisi berundak, dengan panggung di bagian depan. Siswa dari berbagai SMA di Indonesia yang terpilih sebagai 50 besar calon anggota Komite Pemuda Peduli duduk secara acak di tempat yang tersedia. Semuanya mengenakan seragam putih abu-abu. Masing-masing mendapat nomor urut serta tablet dari panitia berisi ketentuan acara. Beberapa siswa tampak saling mengobrol satu sama lain, sebagian yang lain sibuk dengan esainya sendiri. Luna dan Venna duduk di barisan tengah.
Luna tertawa kecil, mengangguk. Venna melihat-lihat sejenak isi tablet dari panitia, lalu mematikan layarnya.
Luna diam sejenak, lalu mengeluarkan sebungkus permen pelega tenggorokan dari dalam tasnya dan menyodorkannya pada Venna.
Venna mengambil sebutir permen dan Luna menyimpan kembali sisanya di dalam tas.
Luna menatap sekeliling, lalu tidak sengaja beradu tatap dengan Abigail yang sedang mengobrol dengan siswa sekolah lain beberapa undakan di bawah tempat duduk Luna dan Venna.
Venna mengangguk, sementara Luna berpura-pura membaca ketentuan pada tablet dari panitia. Sesaat kemudian, salah seorang PANITIA naik ke atas panggung, mengumumkan lewat mikrofon dari mimbar di sisi kanan panggung.
Para siswa duduk, dan tepat saat jam dinding menunjukkan pukul sembilan, Baskara masuk ke auditorium dan naik ke atas panggung. Semua orang bertepuk tangan, termasuk Luna. Saat Baskara berdiri di belakang mimbar dan menghadap ke para hadirin, Luna menyadari satu hal.
Luna menggeleng, lalu kembali memperhatikan Baskara di panggung. Tepuk tangan mereda, tapi DENGUNG ISI PIKIRAN ORANG-ORANG terdengar lebih keras di telinga Luna. Luna mengernyit, tapi diam saja.
Para siswa kembali riuh bertepuk tangan. Tepuk tangan baru mereda saat Baskara mengangkat kedua tangannya sebagai isyarat agar semuanya tenang.
Baskara menjeda sejenak, memandang sekeliling, lalu tersenyum.
Para siswa kembali bertepuk tangan. Baskara turun dari mimbar, lalu mendongak dan beradu tatap dengan Luna. Baskara tersenyum tipis, dan suaranya terdengar begitu jelas di telinga Luna, lebih mencolok dari suara pikiran orang-orang yang tumpang tindih di sekelilingnya.
27. INT. YAYASAN “SATU ATAP” — SIANG
Eden membawa dua boks karton yang tampak berat, menyusuri koridor di gedung Yayasan “Satu Atap”. Dia mengenakan kaus oblong, ranselnya terpanggul di punggung. Ratri berjalan di depannya, Tabo di samping Eden.
Mereka masuk ke dalam salah satu ruangan yang masih minim perabot. Eden meletakkan kardus yang dia bawa di atas sebuah meja kerja yang masih kosong. Ratri lalu memberinya sebotol air mineral.
Eden menggeleng, berterima kasih pada Ratri untuk air mineralnya lalu membuka botolnya.
Ratri berjalan meninggalkan ruangan. Eden meletakkan ranselnya di dekat dus di atas meja, lalu gantungan kunci bulan sabit yang dia gantungkan pada ritsletingnya tiba-tiba saja terjatuh ke lantai. Gantungan kunci itu menggelinding ke depan Tabo. Tabo mengeong, membuat Eden menoleh padanya. Eden tertegun melihat gantungan kunci bulan sabitnya tergeletak di lantai. Wajahnya seketika tampak cemas.