Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
98. INT. CERMIN - KAMAR MANDI - NIGHT
Karin memerhatikan lengannya dari cermin. Mengusap pelan. Menghela napas panjang.
Karin menurunkan tangannya. Mengalihkan pandangan ke botol-botol lotion dan krim yang berjajar di samping wastafel.
Karin terdiam sambil menatap botol-botol itu. Tampak sedang berpikir.
99. INT. KAMAR KARIN - NIGHT
Karin duduk di kursi menghadap meja laptop.
Karin melirik fotonya bersama Sasha, yang dipajang di atas meja. Karin meraih foto itu. Menatapnya selama beberapa saat. Tersenyum simpul.
Karin menghela napas panjang. Melirik ponselnya yang tergelak di sisi laptop.
Dari layar hape Karin yang menyala, kita bisa melihat tulisan, "5 panggilan tak terjawab dari Basara"
Karin meletakkan bingkai foto itu kembali. Lalu termenung.
Karin tiba-tiba kepikiran soal ucapan Basara. (Scene No. 84)
Wajah Karin seketika berubah menjadi bersemangat.
Karin tersenyum. Menyalakan laptopnya laptopnya dengan cepat.
Karin langsung membuka Microsoft Word. Lalu mulai mengetik.
100. INT. JENDELA - KAMAR SASHA - NIGHT
Dari dalam jendela kamar Sasha, kita bisa melihat Karin sedang sibuk mengetik di depan laptop.
Sasha tersenyum melihat itu. Menghela napas panjang.
101. INT. MEJA SASHA - KANTOR - DAY
Widi membaca naskah di laptop Sasha dnegan senyum. Ia terkesan dengan tulisan Karin.
WIDI
Awesome! Jadi cerita ini terinspirasi dari kehidupannya Karin sendiri?
Sasha mengangguk.
SASHA
Tentang dia, yang barang kali kisahnya bisa mewakili keresahan serupa orang-orang terutama para perempuan di luar sana.
Widi tersenyum. Menatap Sasha penuh kesungguhan.
WIDI
Tanya sama Karin, kapan dia mau launching buku barunya?
Sasha tersenyum lebar. Sedikit terkejut.
102. INT. KAMAR KARIN - DAY
Karin membukakan pintu kamarnya. Sasha tiba-tiba langsung memeluk Karin. Wajahnya tampak begitu senang.
SASHA
Congrats, Karin! Ketua redaksi gue suka banget sama naskah baru lo! Bahkan Mbak Widi nanyain, kapan lo mau launching bukunya?!
Karin terkejut. Senang.
KARIN
Oh, ya?
Sasha mengangguk.
KARIN
Syukur deh kalau begitu. Gue pikir bakal ditolak.
(Beat)
Makasih, ya, Ca!
Sasha mengangguk. Tersenyum lebar.
103. INT. SOFA - RUANG TAMU - DAY
Basara sedang duduk di sofa ruang tamu rumahnya sambil menatap layar ponsel.
Basara menempelkan ponselnya di telinga. Menelfon Karin. Tapi tidak diangkat.
Sepersekian detik kemudian Anton, 48, melangkah menghampiri Basara.
ANTON
Basara!
Basara bangkit berdiri.
BASARA
Iya, Pa..!
ANTON
Hari ini hari pertama kamu menjabat sebagai direktur di perusahaan Papa.
(Beat)
Jangan bikin malu Papa, ya!
Basara mengangguk.
Anton kemudian beranjak pergi. Melangkah keluar.
Basara menghela napas panjang. Melirik layar ponselnya sekilas. Lalu menyusul Anton.
104. EXT/INT. KANTOR - DAY
Karin berdiri di depan pintu kantor penerbitan. Menghela napas panjang. Mencoba meyakinkan diri.
Karin melangkah masuk.
Orang-orang disekitar hanya tersenyum. Melirik sekilas. Tanpa menyapa.
Karin tersenyum. Menghela napas panjang. Mencoba untuk percaya diri.
105. INT. MEJA - RUANG MEETING - DAY
Widi menyodorkan surat kontrak di hadapan Karin. Meletakkan pulpen di atasnya.
Karin menatap surat kontrak itu. Tersenyum. Lalu menatap Widi.
WIDI
Sesuai janji kita waktu itu, royalti yang akan kamu dapatkan dari hasil penjualan buku kedua kamu ini adalah 17 persen. Dan kalau misalkan penjualan bukunya terus naik, kita bisa pertimbangkan untuk menaikkan jumlahnya lagi jadi 20 persen.
(Beat)
Gimana?
Karin menghela napas panjang.
KARIN
17 persen aja cukup kok, Mbak!
(Beat)
Yang terpenting... Orang-orang yang baca cerita ini bisa menangkap apa yang ingin aku sampaikan.
Widi tersenyum. Mengangguk.
WIDI
Pasti, Karin!
(Beat)
Buku ini pasti akan membuat orang-orang diluaran sana jadi lebih bersyukur.
106. INT. PANGGUNG - MALL - DAY
Karin duduk si kursi di atas panggung. Di tengah-tengah acara peluncuran buku terbarunya.
Acaranya ramai. Banyak orang datang, berteriak di sekitarnya.
Seorang pembawa acara duduk di kursi sebelah Karin.
HOST
Akhirnya, buku keduanya Karina Prameswari resmi diluncurkan hari ini dengan judul Miss. KP.
(Beat)
Sebelum akhirnya resmi diluncurkan hari ini, ada proses dibalik sana untuk menyelesaikan Miss. KP ini.
(Beat)
Boleh diceritakan ke teman-teman di sini, apa sih ide awal yang akhirnya menjadi momen dimana kamu akhirnya memutuskan untuk menulis cerita ini? Apa motivasi dan pesan yang ingin kamu sampaikan dalam cerita ini?
Karin tersenyum. Menatap ke arah depan. Orang-orang memandangnya dengan penuh harapan.
Nita menatap Karin dari bawah panggung. Tersenyum. Ferdi merangkul pundaknya.
KARIN
Jadi sebenarnya... Cerita ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri.
(Beat)
Saya... Yang terlahir dengan kondisi kulit berbeda dari orang-orang di sekitar saya. Yang selalu dibanding-bandingkan sama adik saya sendiri. Saya... Yang kadang kala suka jijik sama badan sendiri. Yang dari dulu selalu minder, gak percaya diri, bahkan sampai takut menikah karena takut tidak bisa diterima apa adanya.
Karin tersenyum. Menghela napas panjang.
KARIN (CONT'D)
Selama ini, orang-orang pasti selalu mengira kalau fisik saya sempurna. Padahal enggak!
(Beat)
Beberapa dari mereka bahkan sering merasa tersinggung kalau melihat saya insekyur. Padahal mereka gak tahu kalau kekurangan yang saya punya cukup menjijikkan.
(Beat)
Orang-orang di sekitar saya selalu bilang kalau perempuan itu harus langsing, harus putih, harus mulus. Dan selama bertahun-tahun, saya terperangkap dalam stereotip dan standar kecantikan yang sebenarnya menyesatkan.
(Beat)
Sampai akhirnya, saya sadar, kalau di dunia ini, manusia tidak ada yang sempurna. Setiap manusia terlahir dengan kekurangannya masing-masing. Dan tugas kita, adalah menerima itu dengan ikhlas. Menjaga, dan mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan sama kita.
(Beat)
Saya menulis cerita ini, karena saya ingin mengajak orang-orang yang selama ini selalu merasa kurang, untuk mencintai kekurangan mereka dan menghargai tubuh sendiri.
(Beat)
Karena kita adalah ciptaan Tuhan yang dibentuk dengan kasih sayang.
Sepersekian detik kemudian semua orang bertepuk tangan. Meriah.
Sasha tersenyum, bertepuk tangan. Merasa bangga.
Nadia bertepuk tangan. Tersenyum lebar.
NADIA
(Berteriak)
Kak.... Gue bangga sama lo!!!
Basara berdiri di tengah keramaian. Tersenyum. Bertepuk tangan.
Nita tersenyum. Matanya berkaca-kaca. Ferdi mengusap pundaknya. Tersenyum bangga menatap Karin.
107. INT. BACKSTAGE - MALL - DAY
Karin melangkah menghampiri Widi dan Sasha. Mereka berdua tersenyum menatap kehadirannya.
WIDI
Congrats, Karin! Pre-order buku kamu terjual 2000 eksemplar dalam waktu satu jam!
(Beat)
Selamat, ya!
Widi menjabat tangan Karin sekilas.
Karin tersenyum.
Sasha merangkul Karin. Mencubit pipi Karin gemas.
Karin mengaduh.
SASHA
Kayiiinnn.... Speech lo keren banget! Gue sampe terharu!
Karin tersenyum. Menatap Sasha geram.
KARIN
Thanks, Caca..!
(Beat)
Tapi tangannya lepas dong! Gue berasa dicekek nih!
Sasha tercengir. Melepas rangkulan pada Karin.
SASHA
Hehe... Maap!
Widi tertawa kecil.
WIDI
Karin... Orang tua kamu kemana?
KARIN
Udah pulang duluan, Mbak! Soalnya Ayah ada kerjaan.
Widi mengangguk.
WIDI
Oh, gitu... Tadinya mau salaman dulu.
(Beat)
Yaudah deh, Mbak juga ada urusan. Pergi dulu, ya!
Widi beranjak pergi.
Karin dan Sasha mengangguk.
Sepersekian detik kemudian, dari jauh, di tengah keramaian, Karin dan Sasha melihat Basara melambaikan tangan.
Sasha balas melambai. Karin diam.
SASHA
Rin... Basara tuh!
Karin menggeleng.
KARIN
Duh, enggak deh! Gue gak enak sama lo!
Sasha berdecak lidah. Mendengus.
SASHA
Udahlah gak usah mikirin gue! Gue gak apa-apa kok!
Karin menggeleng. Merasa tidak enak.
Sasha menghela napas panjang. Menatap Karin dalam.
SASHA (CONT'D)
Rin.... Basara itu sukanya sama lo! Meskipun gue suka dia, tapi gue gak bisa maksa dia buat suka sama gue!
(Beat)
Lagipula, gue juga tahu kalau lo udah mulai ada rasa sama dia.
(Beat)
Lo selalu kelihatan bahagia kalau lagi sama Basara. Dan gue ikut seneng kalau lo seneng.
Karin diam. Menatap Sasha dengan sendu.
KARIN
Tapi...
Sasha mengalihkan pandangan.
SASHA
Udah ah! Gue cabut dulu! Mau keliling!
(Beat)
Siapa tahu ada cogan yang nyantol sama gue!
Sasha melenggang pergi.
Sepersekian detik kemudian, Basara datang.
BASARA
Hai!
Karin tersenyum. Canggung.