Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
32. INT. BACKSTAGE - EVENT - DAY
Sasha berdiri di sisi panggung sambil memerhatikan Karin yang sedang berbicara di atas panggung, di hadapan para pembacanya.
Acaranya begitu ramai. Basara terlihat agak kesusahan untuk mendekat menghampiri Sasha.
HOST (O.S)
Kita langsung tanya sama penulisnya aja deh!
(Beat)
Apa sih yang bikin Kak Karin terinspirasi untuk menceritakan masa sekolah yang unik seperti itu?
Setelah berhasil menembus keramaian. Basara langsung menghampiri Sasha.
Basara lalu berdiri di sebelah Sasha. Sasha menoleh.
SASHA
Gue pikir lo gak jadi dateng.
BASARA
Dateng dong!
Basara lalu memperlihatkan novel Karin yang ada di tangannya. Novel itu masih disegel plastik.
Sasha tertawa kecil.
SASHA
Waduuh... Baru beli banget nih kayaknya!
Basara mengangguk sambil tersenyum.
BASARA
Diskon 20 persen!
Sasha tergelak.
Basara ikut tertawa.
Sepersekian detik kemudian, Basara membuka segel plastik itu.
BASARA (CONT'D)
Jadi... Acara minta tanda tangan penulisnya kapan?
SASHA
Pokoknya habis acara bedah bukunya selesai. Kira-kira satu setengah jam lagi.
(Beat)
Tunggu aja, ya!
Basara mengangguk. Tersenyun simpul.
33. INT. MEJA - PANGGUNG EVENT - MOMENTS LATER
Seorang remaja perempuan sedang berdiri di hadapan meja Karin. Remaja perempuan itu sedang menunggu Karin menandatangani novelnya.
Di belakang perempuan itu, puluhan orang sedang mengantri.
Karin tersenyum saat remaja perempuan itu hendak pergi.
KARIN
Makasih, ya, udah dateng!
Karin kembali menunduk saat seseorang (Basara) menyodorkan novel lagi di atas mejanya.
Saat hendak menandatangani novel itu, Karin melihat ada kertas kecil bertuliskan: "Masih suka Pop Ice rasa alpukat?"
Karin mengernyit, lalu mengangkat wajah.
Karin sontak terkejut.
KARIN
Basara!
Basara tersenyum.
BASARA
Minta tanda tangannya dong, Kak!
34. EXT. MEJA MAKAN - ROOFTOP KAFE - DAY
Karin dan Basara duduk berhadapan sambil menikmati makanan. Mereka sedang mengobrol santai sambil sesekali tertawa bersama.
KARIN
Gue kaget tauk waktu ketemu sama lo kemarin!
(Beat)
Kok bisa sih lo dateng ke acara bedah buku gue?!
BASARA
Sebulan yang lalu, gue ketemu sama Sasha. Terus dia bilang, kalau sekarang lo udah beneran resmi jadi penulis.
(Beat)
Dia editornya!
Karin tertawa kecil.
KARIN
Iya, dia editornya!
(Beat)
Gue juga gak nyangka kalau naskah gue bakal diedit sama sahabat gue sendiri.
(Beat)
Padahal waktu gue ngirim naskah itu, Sasha belum kerja di situ.
Basara tersenyum.
BASARA
Gue juga gak nyangka kalau lo bakal tetep nulis.
(Beat)
Setelah bertahun-tahun selalu ditolak, nangis-nangis, akhirnya buku lo terbit juga.
Karin tersenyum.
KARIN
Makasih, ya, udah jadi orang kedua setelah Sasha, yang mau nampung keluhan gue.
Basara diam. Menatap Karin dengan senyum.
Sepersekian detik kemudian Basara mengeluarkan novel Karin. Lalu meletakkannya di atas meja.
BASARA
Gue udah baca novel lo! 300 halaman, langsung gue tamatin dalam sehari.
KARIN
Oh, ya?
Basara mengangguk.
BASARA
Gue suka ceritanya. Menyenangkan.
(Beat)
Tapi menurut gue... Karakter dan tokoh utama yang lo ciptakan terlalu sempurna.
(Beat)
Gue malah jadi lebih empati sama si antagonis.
Karin tertegun. Lalu tersenyum masam.
KARIN
Terus kenapa? Gue kan cuma nulis apa yang gue pengen. Apa yang bikin gue senang. Bukan apa yang lo mau.
Basara mengangguk.
BASARA
Iya, sih...
(Beat)
Tapi dari dulu, kayaknya lo selalu terjebak sama khayalan lo. Sampe lupa sama realita.
KARIN
Maksudnya?
Basara menghela napas panjang.
BASARA
Maksud gue... Kalau lo mau cerita lo terasa jauh lebih hidup, harusnya si karakter utama pun disesuaikan sama kehidupan nyata.
(Beat)
Manusia tuh gak ada yang sempurna, Rin. Kehidupan pun gak akan selalu tenang.
(Beat)
Gue tahu, kalo target pembaca lo itu anak-anak remaja belasan tahun yang lagi seneng-senengnya berkhayal soal kehidupan yang sempurna. Tapi...
KARIN
(Memotong)
Iya, gue ngerti, Bas!
(Beat)
Maksud lo... Cerita gue terlalu childish, dan gak menginspirasi kan?!
(Beat)
Gue paham kok!
Basara diam. Karin menghela napas panjang.
KARIN (CONT'D)
Justru karena gue tahu kehidupan ini keras, dan gue gak sempurna.
(Beat)
Makanya, gue nulis cerita itu, supaya sedikitnya... Gue bisa ngerasain apa arti kesempurnaan walaupun gak nyata.
BASARA
Emangnya... Menurut lo... Arti kesempurnaan yang sesungguhnya itu kayak apa?
Karin melunturkan senyum. Diam. Wajahnya berubah muram.
Basara tersenyum getir. Menatap Karin dengan perasaan bersalah.
BASARA (CONT'D)
Rin... Gue nyebelin, ya?
KARIN
(Jutek)
Banget!
BASARA
Gue minta maaf deh kalo gitu!
(Beat)
Tapi gue harap, setelah ini karya lo bisa lebih bagus lagi.
(Beat)
Kalo perlu gak cuma bagus. Tapi juga bisa mengubah pola pikir banyak orang menjadi lebih baik.
Basara tersenyum. Penuh harapan.
Karin tercenung. Memikirkan ucapan Basara.