Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Miss. KP
Suka
Favorit
Bagikan
18. SEKUENS 6C

70. INT. KANTOR - DAY

Kita mengikuti Karin berjalan melintasi area kantor dengan langkah terburu-buru.

Di sekitar, kita bisa mendengar suara desisan para karyawan.

KARYAWAN 1

(berbisik)

Tadi gue ngeliat pake mata kepala gue sendiri.

KARYAWAN 2

(berbisik)

Yang bener? Masa sih cewek secantik dia kulitnya begitu?!

KARYAWAN 3

Tapi itu beneran! Geli banget!

(Beat)

Mungkin itu salah satu alasan, kenapa dia selalu pakai baju tertutup kali, ya?!

KARYAWAN 2

(berbisik)

Maksud lo... Dia pake jilbab rapih buat nutupin kekurangan fisiknya?

KARYAWAN 1

(berbisik)

Ternyata dia gak sesempurna yang kita kira, ya!

KARYAWAN 3

(berbisik)

Padahal mukanya cantik banget lho! Mulus! Tapi lengannya gak semulus mukanya.

Karin melangkah makin cepat. Mulai risih, kesal, emosi, sekaligus sedih.

Saat Karin melintasi meja kerja Sasha. Sasha tampak begitu khawatir.

SASHA

(Memanggil)

Karin?!

(Beat)

Karin?!

Sasha beranjak dari kursi. Lalu berlari kecil, menyusul karin.

71. EXT. TEMPAT PARKIR - KANTOR - DAY

Karin keluar dari kantor dengan langkah cepat. Di belakangnya, Sasha mengejar sambil terus memanggil.

SASHA

Karin?!

(Beat)

Lo gak apa-apa, Rin?

(Beat)

Karin?!

Karin tidak peduli. Ia terus berjalan dengan cepat menuju parkiran.

Aiza yang sudah menunggu sejak beberapa menit lalu menatap kedatangan Karin dengan bingung.

AIZA

Karin?! Kamu kenapa?

Karin tidak menjawab. Ia malah membuka pintu mobil Aiza.

KARIN

Aku mau pulang!

Karin langsung masuk ke dalam mobil. Menutup pintu dengan kasar.

Aiza mengerutkan kening. Bingung.

Aiza mengedarkan pandangan ke sekitar. Lalu melihat Sasha yang sedang berdiri di depan kantor.

KARIN (O.S)

(Berteriak)

Kamu mau nganterin aku pulang atau enggak sih?!

Aiza terkesiap. Lalu bergegas masuk ke dalam mobil. Pergi meninggalkan kantor.

72. INT. MOBIL AIZA - DEPAN GERBANG - DAY

Mobil Aiza baru sampai di depan pintu gerbang rumah Karin. Karin sudah membuka seatbelt. Tapi saat Karin hendak keluar dan membuka pintu, ternyata pintunya masih dikunci.

KARIN

Bisa buka kunci pintunya sekarang gak? Aku mau turun!

AIZA

Bisa! Tapi nanti setelah aku selesai ngomong.

Karin menghela napas panjang. Lalu bersidekap dada.

AIZA (CONT'D)

Karin, kamu kenapa sih?

KARIN

Gak apa-apa! Bete aja!

AIZA

Ya, kenapa bisa bete? Gak mungkin dong kalo tiba-tiba gitu aja!

(Beat)

Terus baju kamu kenapa bisa sampe basah begitu?

KARIN

(Ketus)

Ketumpahan es jeruk!

Aiza menghela napas panjang.

AIZA

Kamu bete cuma karena ketumpahan es jeruk?

(Beat)

Masa gitu aja bete sih!

(Beat)

Kita tuh harusnya jalan lho, hari ini! Tapi kamunya malah begitu.

Karin diam menghela napas panjang.

KARIN

Kamu pikir aku se-bocah itu?

(Beat)

Marah cuma karena ketumpahan es jeruk?!

AIZA

Ya makanya, kamu jelasin sama aku! Kamu kenapa?

(Beat)

Kamu kesel sama aku?

(Beat)

Aku kenapa sampe bisa bikin kamu makin kesel?

Karin diam. Menurunkan tangan. Tatapannya mulai sendu.

KARIN

Kalo menurut kamu jawabanku gak masuk akal, mungkin kamu gak akan percaya.

Aiza diam. Mengerutkan kening.

Karin mengembuskan napas panjang. Lalu menatap Aiza dalam. Mencoba serius.

KARIN (CONT'D)

Kenapa kamu suka sama aku?

Aiza diam sejenak. Berpikir. Sejenak kemudian ia tersenyum tipis.

AIZA

Karena.... Karena kamu cantik, baik, senyum kamu manis, kamu berbakat, kamu punya banyak keahlian, dan kamu gak pernah nuntut aku macem-macem.

(Beat)

Menurutku kamu sempurna.

(Beat)

Karena itu aku mau serius sama kamu.

KARIN

Sempurna?

(Beat)

Cuma karena itu kamu nganggap aku sempurna?

Aiza diam. Terlihat bingung.

KARIN

Kalo misalkan aku gak cantik, senyumku gak manis, apa kamu masih akan bilang kalau aku sempurna?

AIZA

Kamu kenapa nanya gitu sih?

(Beat)

Aku tuh cuma pengen kita serius. Kenapa kamu malah nanya yang kayak gitu?

KARIN

Justru karena kamu mau kita serius, aku harus yakin kalau kamu bisa nerima aku apa adanya.

AIZA

Ya, aku pasti terima kamu apa adanya!

KARIN

Oh, ya?

(Beat)

Termasuk kekurangan fisik yang aku sendiri gak pernah bisa terima?

Aiza terdiam. Bingung.

AIZA

Kekurangan fisik apa sih? Kamu kan udah cantik, badan kamu ideal, kamu gak gendut, kamu gak terlalu kurus, kamu...

KARIN

(Memotong)

Aku punya KP!

AIZA

(Bingung)

Hah?

KARIN

Keratosis pilaris! Kelainan kulit!

(Beat)

Aku juga punya alergi yang gak sembarangan. Kulitku gampang gatel, merah-merah, dan alhasil, aku punya banyak banget bekas luka.

(Beat)

Aku sendiri jijik sama kulit aku! Mama aku juga sama. Dan aku gak yakin kamu bisa nerima itu.

Aiza diam selama beberapa detik. Ia kemudian tertawa renyah.

KARIN (CONT'D)

Kenapa ketawa?

Aiza berhenti tertawa. Senyumnya masih tersungging.

AIZA

Kamu bercanda kan?

Wajah Karin berubah datar. Sebal.

KARIN

(Menyentak)

Turunin aku sekarang!!!

Aiza kebingungan.

AIZA

Lho, Rin... Kamu kok marah lagi?!

KARIN

Kamu mau aku meledak di sini, mancing tetangga keluar! Atau kamu biarin aku turun sekarang?!

Aiza menghela napas panjang. Pasrah.

AIZA

Oke!

73. INT. KAMAR KARIN - DAY

Setelah masuk ke dalam kamar, Karin langsung menutup pintu dengan kasar. Kelopak matanya sudah terasa panas. Air matanya menggenang.

Karin membanting tasnya ke atas kasur. Melepas jilbabnya dengan kasar. Lalu melepas dan melemparkan kardigannya ke sembarang arah.

Karin menjatuhkan dirinya. Duduk bersandar pada pinggiran ranjang sambil memeluk lutut.

Karin menatap kaca jendela dengan hela napas memburu. Berusaha menahan tangis.

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu.

NITA (O.S)

Kak kamu kenapa?

Karin tak menjawab. Matanya makin bergelimang air mata.

Dari luar, Nita mengetuk pintu lagi.

NITA (O.S) (CONT'D)

Kamu gak apa-apa kan, Kak?!

(Beat)

Karin?!

Karin tetap diam. Bergeming.

Sepersekian detik kemudian pintu kamar Karin terbuka. Nita masuk.

Nita agak terkejut saat melihat Karin yang tampak berantakan.

NITA (CONT'D)

Ya ampun, Karin! Kamu kenapa?

Nita menghampiri Karin. Tapi Karin tetap tak menoleh.

Nita memperhatikan lengan Karin. Ia makin terkejut.

Nita lalu duduk di sebelah Karin.

NITA (CONT'D)

Tangan kamu kok bisa beruntusan lagi sih? Bukannya udah dilaser?

(Beat)

Karin? Hei?!

Karin diam. Nita menghela napas panjang.

NITA (CONT'D)

Mama kan udah bilang sama kamu, gak usah perawatan aneh-aneh! Pake laser treatment segala kayak gitu! Tapi kamu nya ngeyel!

(Beat)

Tuh sekarang liat! Meskipun udah dilaser tetep aja beruntusannya muncul lagi. Mulusnya gak nyampe 3 bulan!

(Beat)

Udah ngeluarin biaya gede, tapi malah gagal.

Karin terisak. Air matanya melebur. Punggungnya mulai naik turun.

Karin lalu menoleh ke arah Nita.

KARIN

(Menyentak)

Mama bisa diem gak sih, Ma? Mama tuh selama ini bisanya cuma komentar! Mama tuh bisanya cuma nyuruh Karin rajin mandi. Nyuruh Karin rawat badan. Banding-bandingin Karin sama Nadia. Bahkan Mama banding-bandingin Karin sama Mama sendiri!

Nita tersentak. Karin makin terisak.

KARIN (CONT'D)

Karin tahu perawatan yang selama ini Karin jalanin emang gak akan ngasih hasil yang sempurna. Karin juga tahu kalau perawatan ini cuma buang-buang duit aja!

(Beat)

Tapi Karin ngelakuin itu juga bukan semata-mata karena Karin egois. Justru karena Mama selalu ngomentarin kulit Karin, banding-bandingin kulit Karin sama kulitnya Mama atau Nadia, nuntut Karin untuk rawat diri supaya mulus... Karin jadi tertekan.

(Beat)

Apalagi waktu Mama bilang, kalau kulit Karin yang buruk rupa ini bakal bikin Karin susah untuk dapat suami nantinya. Karin jadi selalu ngerasa takut.

Suara Karin makin lirih. Nita meneteskan air mata.

KARIN (CONT'D)

Sampai saat ini, Karin masih takut, Ma...

(Beat)

Takut kalau apa yang Mama bilang itu benar-benar terjadi. Takut kalau gak akan ada laki-laki yang bisa nerima Karin apa adanya. Takut kalau misalkan Karin berhasil nikah pun, suami Karin bakal ninggalin Karin karena kekurangan itu.

(Beat)

Karena omongannya Mama itu bikin Karin mikir, kalo Mama sendiri pun jijik sama Karin. Apalagi orang lain...

Nita terisak. Lalu memeluk Karin sambil memejamkan mata. Merasa bersalah.

KARIN (CONT'D)

(Rikuh)

Kenapa sih Karin harus terlahir kayak gini?

(Beat)

Kenapa juga perempuan itu harus dituntut untuk selalu mulus? Kenapa?

(Beat)

Karin capek...!

Nita makin terisak. Memeluk Karin makin erat. Tangannya mengusap kepala Karin dengan lembut.

Nita benar-benar merasa bersalah.

NITA

(Lirih)

Kak... Mama minta maaf, ya...

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar