Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SEKUENS 7
74. INT. KAMAR KARIN - DAWN
Nita duduk di atas karpet, bersandar pada pinggiran ranjang. Karin menyandarkan kepala di atas pahanya, berbaring. Nita mengusap-usap kepala Karin sambil tersenyum tipis.
NITA
Jadi, sekarang semua orang di kantor udah tahu kalau kulit kamu begitu?
KARIN
Mungkin!
(Beat)
Soalnya, meskipun saksi matanya cuma tiga orang, tapi mulut mereka ember semua.
Nita tersenyum. Tertawa kecil.
NITA
Terus kamu gimana?
KARIN
Karin gak mau lagi pergi ke kantor penerbit!
(Beat)
Karin mau balik jadi copywriter aja! Ngelamar kerja di agensi lain. Soalnya agensi yang sekarang udah mau bangkrut!
NITA
Kok gitu? Bukannya dari dulu kamu pengen jadi penulis? Nerbitin buku, terus dapat penghasilan dari itu?!
Karin mengangguk.
KARIN
Iya, sih! Tapi kan sekarang situasinya udah beda. Editornya udah pada jijik sama Karin.
(Beat)
Mereka gak mungkin mau ngedit naskah Karin.
NITA
Kok kamu ngomongnya gitu?
Karin menghela napas panjang.
KARIN
Habisnya, muka mereka waktu gak sengaja lihat kulit Karin, kelihatanya tegang dan jijik banget!
(Beat)
Seolah-olah... Karin adalah makhluk paling menjijikkan di muka bumi ini.
Karin mendengus.
KARIN (CONT'D)
Aiza juga sama! Dia gak percaya waktu Karin ngomong jujur sama dia tentang ini.
(Beat)
Tapi dari wajah dan tatapannya, Karin bisa tahu kalau dia bener-bener berharap Karin bisa sesuai sama ekspetasi dia.
(Beat)
Itu dia, kenapa Karin gak pernah yakin. Dan gak pernah mau ngenalin dia ke Mama sama Ayah.
(Beat)
Karena Karin masih belum percaya kalau dia benar-benar bisa nerima Karin apa adanya.
Nita menghela napas panjang. Tersenyum.
NITA
Dulu, waktu pertama kali kenal sama Ayah kamu, Mama ngerasa minder. Ayah kamu itu, selain tampangnya lebih dari lumayan, dia juga punya kulit yang cerah.
(Beat)
Waktu itu, Mama belum seputih sekarang. Karena Mama masih kerja, tiap hari bolak-balik dari rumah ke kantor gak pake sunblock. Mama jadi selalu minder setiap kali ketemu sama Ayah kamu.
(Beat)
Apalagi waktu pertama kali dia pegang tangan Mama. Tangan Ayahmu itu halus sekali... Gak kayak tangan laki-laki. Bikin Mama jadi makin minder.
Karin mendengarkan cerita Nita dengan saksama. Wajahnya terlihat serius.
NITA (CONT'D)
Sampai akhirnya setelah kenal selama berbulan-bulan, kita pun menikah.
(Beat)
Setelah menikah, jujur Mama kaget waktu tahu kekurangan Ayahmu. Karena ternyata, dibalik wajahnya yang ganteng, kulit tangannya yang halus, ternyata dia punya beruntusan yang cukup gak enak diliat di bagian lengan atasnya.
Nita menghela napas panjang.
NITA (CONT'D)
Awalnya Mama mikir, kenapa ya, Mama dapetin suami kayak Ayah kamu? Mama juga sempat mikir, kalau tahu begini, Mama mendingan nikah sama laki-laki yang gak ganteng tapi lengannya mulus.
(Beat)
Tapi setelah dijalani, dan mencoba menerima Ayah kamu apa adanya, Mama menemukan banyak kesenangan dan kebahagiaan yang sebelumnya gak pernah Mama bayangkan.
(Beat)
Ayah kamu itu orangnya sabar sekali. Dia gak pernah marah. Gak suka ngeluh. Bahkan setelah tahu sifat aslinya dia yang benar-benar baik, Mama jadi balik mikir, kok bisa laki-laki seperti Ayahmu malah dapat istri yang seperti Mama?
Tatapan Karin mulai berkaca. Makin serius mendengarkan.
NITA (CONT'D)
Mama itu orangnya gak sabaran. Emosian. Cerewet. Galak. Hh... Pokoknya Mama itu gak sebaik Ayah kamu.
(Beat)
Dan saat itu Mama sadar, kalau sebenarnya, kesempurnaan yang sesungguhnya bukan dari fisik. Tapi dari hati.
(Beat)
Secantik dan setampan apapun seseorang, kalau hatinya gak tulus, tetep aja gak bisa bikin kita nyaman.
Nita tersenyum. Mata Karin berkaca.
NITA (CONT'D)
Mama minta maaf, ya, Kak! Kalau misalkan selama ini, omongan Mama selalu bikin kamu ngerasa tertekan dan ngerasa dituntut untuk jadi sempurna.
(Beat)
Harusnya Mama sadar dan bersyukur, karena sebagai anak, kamu itu udah cukup sempurna.
(Beat)
Mulai sekarang... Mama janji, gak lagi nuntut macem-macem atau bahkan ngomentarin badan kamu.
(Beat)
Mama harap, setelah ini kamu mulai belajar untuk nerima diri kamu sendiri, ya. Seperti apa kata Ayah, kalau kamu bisa nerima kekurangan kamu sendiri, pasti suatu saat nanti akan ada orang lain yang juga bisa nerima kekurangan kamu.
(Beat)
Jangan sedih lagi, ya...
Nita mengusap kepala Karin lagi. Karin menarik tangan Nita, lalu memeluknya sambil memejamkan mata.
Karin menghela napas panjang.
75. INT. CERMIN - KAMAR KARIN - DAY
Karin berdiri menghadap cermin. Menatap dirinya dengan lekat.
Karin memerhatikan lengannya, kakinya, serta seluruh kekurangan yang ada pada tubuhnya.
Karin mengusap lengan atasnya. Lalu tersenyum tipis.
Karin menghela napas panjang. Meraih kardigan panjang. Lalu memakainya dengan senyum hangat. Ia sudah menerima kekurangannya sendiri.
Tiba-tiba ada suara telfon. Ponsel Karin berbunyi.
Aiza menelfon.
Karin meraih ponselnya. Saat melihat nama Aiza, Karin langsung mematikan hapenya.
Karin menghela napas panjang.
76. INT. TOKO BAJU - MALL - DAY
Karin dan Sasha sedang berdiri di antara jajaran gantungan pakaian. Mereka mengobrol sambil melihat-lihat baju yang menarik.
SASHA
Lo beneran ngomong kayak gitu sama Kak Aiza?
Karin mengangguk.
KARIN
Tapi kayaknya dia gak percaya.
(Beat)
Dan sekarang gue sebel sama dia.
SASHA
Terus abis gini gimana?
KARIN
Gak gimana-gimana!
(Beat)
Kalo dia beneran mau serius sama gue, dia pasti bakalan balik lagi. Ngehibur gue biar gak bete lagi sama dia.
(Beat)
Tapi kalo enggak. Berarti kita udahan!
SASHA
Sayang banget sih! Padahal kalian udah lama deket.
Karin tersenyum miring.
KARIN
Mau deket selama apapun, kalo gak cocok ngapain dipertahanin?!
(Beat)
Lagian cowok gak cuma dia doang! Masih banyak kok yang mau sama gue!
SASHA
(Meledek)
Dih... Sombong!
(Beat)
Laga lo kayak cewek player. Padahal tiap kali ada yang naksir selalu minder.
Karin tertawa.
KARIN
Gak apa-apa dong! Sekali-kali belagu!
(Beat)
Kalau lo sendiri gimana? Selama ini gue gak pernah liat lo deket sama cowok. Lo juga gak pernah cerita soal cowok sama gue. Jangan-jangan lo gak normal.
Sasha mendelik.
SASHA
Sembarangan lo! Enak aja!
Karin tertawa.
KARIN
Terus mana? Cowok yang kemaren-maren ngajak lo jalan itu mana? Kenalin dong!
Sasha tersenyum paksa.
Tiba-tiba ponsel Sasha berbunyi.
SASHA
Gue angkat telfon dulu, ya, Rin!
Karin mengacungkan jempol. Tangan dan matanya sibuk memilih baju. Sasha lalu menjauh dari tempat Karin.
Sasha mengangkat telfonnya.
SASHA
Halo? Kenapa, Bas?
BASARA (O.S)
Lo dimana?
SASHA
Gue di mall.
BASARA (O.S)
Sama siapa?
SASHA
Sama Karin.
BASARA (O.S)
Oh, ya? Kalian di mall mana? Shareloc dong! Gue bete nih nganggur di rumah!
Sasha berubah muram. Ia menghela napas panjang.
SASHA (CONT'D)
Iya, iya... Nanti gue shareloc!
Sasha mematikan telfon. Mengirim lokasi. Lalu mematikan hapenya.
Sasha mengembuskan napas kasar. Lalu melangkah cepat menghampiri Karin.
77. INT. MALL - DAY
Karin dan Sasha berjalan melintasi area mall sambil mengobrol dan bercanda.
KARIN
Kita mampir ke toko parfum yuk, ca!
SASHA
Lo mau beli parfum apa liat-liat doang?
KARIN
Mau nyari cowok cakep! Yang wangi!
Sasha tergelak.
SASHA
Gila lo!
Karin tertawa.
Tiba-tiba saja Basara muncul dari belakang.
Basara menepuk pundak Karin. Karin menoleh. Ia lalu terkejut dan tersenyum.
KARIN
Basara!
Basara tersenyum.
BASARA
Kalian nge-mall gak ngajak-ngajak gue!
(Beat)
Abis ini mau kemana? Ikut dong!
Sasha menghela napas panjang. Tampak datar.
SASHA
Mau ke toko skincare. Beli sheetmask!
(Beat)
Udah lah, lo ngapain sih ikut-ikut? Tunggu aja di kafe atas! Ngopi kek!
BASARA
Emang kenapa kalo gue ikut?
(Beat)
Siapa tahu gue nemu apa gitu, yang bisa gue beli.
Karin mengangguk.
KARIN
Yaudah, ikut aja! Kan sambil jalan, bisa sambil ngobrol.
(Beat)
Yuk!
Basara tersenyum. Lalu berjalan di samping Karin.
Sasha diam sejenak. Menatap Karin dan Basara yang berjalan di depannya dengan wajah muram.
Sasha lalu mengayunkan langkah.
78. INT. TOKO SKINCARE - MALL - DAY
Karin berdiri di depan rak berisi sheetmask. Sedang mencari dan memilih. Di samping kiri nya, ada Basara yang sedang membawakan keranjang.
Karin mengambil beberapa bungkus sheetmask dari dalam rak. Memasukkannya ke dalam ranjang yang dipegang Basara.
Di samping kanan Karin, Sasha terlihat memegang keranjangnya sendiri. Lalu memasukkan beberapa bungkus masker dengan malas.
79. INT. TOKO SEPATU - MALL - DAY
Basara terlihat sedang mencoba sepatu di depan rak. Karin berdiri menghadap rak, sedang melihat-lihat.
Basara bercermin. Memerhatikan sepatu yang sedang dicoba.
Karin menggelengkan kepala. Mengambil sepatu model lain. Memberikannya pada Basara.
Sasha duduk di lantai, selonjoran kaki. Di sekitarnya ada beberapa kantong paper bag.
Sasha bosan. Ia menatap Karin dan Basara dengan malas.