Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KEDAI KOPI MANIKMAYA, STASIUN MRT - DAY
Tata dan Bella di salah satu meja. dua cangkir kopi, buku sketsa dan alat tulis di meja. Laptop terbuka di depan Tata.
TATA
Kita atur waktu lagi ya. Sekalian, gue mau ajak temen gue yang bisa ikutan collab di proyek ini.
BELLA
Gue ngerti kok. Udah lah, santai aja.
Tata melihat layar laptop. Menutupnya.
TATA
Ah. Enak gak sih kalo bisa kayak dulu lagi? Main aja santai. Nggak usah mikirin mau buat proyek ini-itu.
Bella berharap.
BELLA
Berempat.
TATA
Berempat? Ya ya ya.
BELLA
Lo masih kontakan sama Rio, Ta?
TATA
Nggak lah! Hahaha. Bego banget ya gue dulu?
BELLA
Namanya juga anak sekolah.
TATA
Sekali sih pernah tuh. Gue ketemu Rio. Dia pacaran sama anaknya--
BELLA
--Ta. Kenapa sih lo nggak pernah main ke rumah gue lagi?
Mendadak sunyi. Canggung. Kemudian...
TATA
Sejujurnya. Gue kira lo yang nggak mau.
BELLA
Harusnya gue minta maaf sama lo. Kejadian malam itu.
TATA
Jangan, Bel--
Kata-kata Bella meluncur bersama emosi yang lama tertahan.
BELLA
--Ta. Lo, satu-satunya temen gue. Lo selalu ada. Bahkan nyokap tuh… Nyokap tuh nitipin gue ke elo kan? Ke-ke-kenapa gue malah-
(jeda)
Emang gue selalu bikin orang-orang yang deket sama gue pergi.
Tata menyeka sudut matanya. Bella menangis tertahan.
BELLA
Beneran, Ta. Gue bukan temen yang baik buat lo. Lo nggak usah libatin gue di proyek ini. Gue nggak akan bisa bantu apa-apa.
TATA
Please, Bel--
Bella bangkit dan mulai melangkah. Tata berdiri.
TATA
Lo nggak perlu minta maaf! Bel! Lo nggak perlu minta maaf karena-
Bella berhenti. Mendengarkan. Takut. Tidak mau percaya.
BELLA
(tanpa suara)
Karena apa?
TATA
Bel. Gue bikin kesalahan besar.
Bella mendekati Tata. Maot menjulurkan tangan, ingin menghentikan Bella.
TATA
Lo nggak perlu minta maaf. Karena, waktu itu. Setelah kejadian itu. Apa yang lo omongin itu kejadian.
Bella lirih. Memohon pada Tata. Berharap ini bukan sungguhan.
BELLA
T-aa?
TATA
Gue. -Bokap lo. -Kami.
(jeda)
Kami pernah tidur bareng.
Bella duduk. Tak sanggup berdiri lagi.
Tata menggeser bangkunya jadi ke sebelah Bella. Mencoba merangkul. Bella kaku, menolak kehangatan Tata.
BELLA
Sakit.
TATA
Iya, Ta. Itu sakit banget. Gue masih ngga -Gue berusaha anggap itu nggak pernah terjadi. -Tapi nyimpen itu dari lo yang bikin gue. -Ya, gue nggak sanggup ngeliat lo, bohongin elo.
Bella memeluk dirinya sendiri. Tata memegangi sandaran lengan kursinya. Ingin memeluk tapi tak sanggup.
BELLA
Lo tau nggak, Papa ke mana?
TATA
Ke mana?
Bella melihat wajah Tata. Menyelidik. Menghakimi. Bohong lagi?
BELLA
Kalo lo tau. Gue bun- Mati aja deh lo, Ta.
TATA
Bel. Emang bokap lo ke mana?
Bella menyelidik. Bohong?
BELLA
Ilang. Balik ke Jerman kali.
Tata syok.
TATA
Pergi?
BELLA
Udah lama. Tahu tuh, udah mati kali.
Bella berdiri. Tata hanya memandangi, lemas.
BELLA
Keluarga gue dikutuk kali, Ta.
TATA
Jangan pergi, Bel. Please.
BELLA
Lo tau nggak? Gue kena kanker. Besok gue mati. Dan hari ini udah gue buang untuk ketemu orang yang -Gue kira lo sahabat gue, Ta. Ternyata, elo yang bikin gara-gara sampe bokap gue pergi!
Bella pergi. Maot mengikuti di sebelahnya dengan kepala tertunduk.
INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - NIGHT
Bella duduk di sofa. Di meja ada papan catur, ditata seperti hendak dimainkan. Maot duduk di sebelahnya.
BELLA
Satu-satunya board game yang gue nggak pernah mainin sama Papa.
MAOT
Kenapa, susah?
BELLA
Tahu nggak? Cuma karena gue nggak mau sama kayak film. Bapak-anak maen catur. Klise.
MAOT
Ya. Hipster emang gak bisa sembuh.
Bella membiarkan sindiran itu lewat. Sudah terbiasa.
BELLA
Ya udah. Udah gagal nih. Sekarang aja lah.
MAOT
Udah mau mati?
BELLA
Tunggu apa lagi?
Maot enggan.
MAOT
Sehari lagi kan?
BELLA
Yeee. Apa untungnya buat lo?
MAOT
Janji ya janji. Nggak bisa diulur-ulur, tapi juga nggak usah dipercepat.
Bella heran. Ngedumel ke dirinya sendiri.
BELLA
Waktu itu dia yang mau buru-buru.
MAOT
Tahu dari mana kalau gagal?
Bella tidak mau terpancing.
BELLA
Nggak ada satupun yang mau gue tetap hidup. Allo? Buat dia, gue cuma one night stand. Entah yang ke-berapa tuh. Tata? Dia lega kali kalo gue mati.
MAOT
Siapa sih mereka buat lo?
BELLA
Apaan nih? Tiba-tiba filosofis.
MAOT
Jawab aja.
Bella menjawab sambil membereskan papan catur.
BELLA
Mereka temen gue. Sahabat gue. Cinta monyet. Cinta beneran. Apapun lah. Tapi gue buat mereka bukan siapa-siapa.
MAOT
Penting?
Bella tidak menjawab.
MAOT
Maksud saya. Penting nggak sih kalau mereka menganggap kamu itu sesuatu atau ‘siapa-siapa’?
BELLA
Lho? Penting dong. Apa artinya, kalau perasaan cuma satu arah aja.
MAOT
Masa’ sih?
BRAK! Bella melempar kotak catur yang sudah dirapihkannya itu hingga menabrak tembok.
BELLA
Apaan sih? Gue besok mau mati. Nggak butuh pertanyaan sok-sok misterius dari Malaikat Maut. Ambil aja gue sekarang! Kenapa harus lama-lama? Kenapa?
Maot diam. Prihatin. Bella habis tenaga.
BELLA
Kenapa gue harus begini? Banyak yang belom gue lakukan. Hidup gue. - Ah, sialan. Ngapain sih gue selama ini? - Taik!
Maot bergerak untuk merangkul Bella.
Tapi Bella bangkit.
Bella di lantai, memunguti biji catur yang berserakan. Mengumpulkannya satu per satu dan memasukkannya dalam kotak yang sudah terpisah dua. Maot berbalik, menuju pintu keluar.
MAOT
Besok, kamu ke rumah sakit. Kamu matinya di sana aja. Jangan di sini, nanti lama nggak ada yang nemu mayatnya. Jangan ngerepotin orang lain lagi.
Bella, masih di lantai. Mengangguk. Setuju. Maot pergi.