Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR TIDUR BELLA - DAY
Suara alarm terdengar kencang.
Kamar tidur Bella kosong. Ditinggalkan dengan terburu-buru.
HARI KE-3EXT. TAMAN KOTA - DAY Pagi hari di taman kota. Ada beberapa orang yang sedang berolahraga, sepeda, lari atau jalan kaki. Juga ada beberapa penjaja makanan dan minuman.
BELLA (O.S.)
Kalau diliat dari postingan dia. Ini adalah tempat favorit Allo buat lari pagi. Lagian, seperti lo bilang kan? Bukan ide buruk itu, olahraga.
Bella hadir di Taman Kota, lengkap dengan setelan olah raga berupa tracksuit pants dan tank top.
Ia mulai lari-lari kecil, sambil sesekali memperhatikan ponsel, memastikan jalurnya sama dengan yang pernah di-posting oleh Allo.
Ke manapun Bella lari, di latar selalu ada Maot yang sedang duduk-duduk di bangku taman atau di bawah pohon, atau berjalan santai.
Di beberapa percabangan, Bella melihat ke sekeliling, ingin memastikan apakah Allo ada di situ. Setelah lari cukup lama, Bella duduk bersandar di salah satu bangku taman.
Bella mengamati langit. Matahari mulai tinggi. Jangan-jangan hari ini dia nggak olah raga?.
Letih. Perutnya mual. Ia merasa agak pusing.
Semuanya putih.
INT. KAMAR ORANGTUA BELLA - DAY - FLASHBACK
Di kasur, Anita duduk bersandar. Ia tampak lemah. Selimut menutupi tubuhnya. Syal melingkar di leher. Anita mengenakan topi kupluk.
Pada meja di sisi tempat tidur, pitcher air putih dan gelas bening besar. Wadah obat-obatan berderet.
Ini adalah masa Bella masih SMA.
Bella dan Tata duduk di kursi dekat tempat tidur. Anita sedang menjawab pertanyaan dari Tata.
ANITA
Enggak sakit. Cuma capek banget aja rasanya badan.
TATA
Oh.
Semua orang diam. Canggung. Lalu Anita memberi isyarat agar Tata mendekat.
ANITA
Tata. Tante mau bilang.
TATA
Ya, Tan?
ANITA
Terima kasih ya, sudah bantuin Tante. Saya senang sekali Bella bisa punya temen kayak kamu.
Suara Anita tercekat, hampir pecah oleh tangis.
ANITA
Dia temennya nggak banyak.
Tata menutup hidung dan mulutnya. Menangis.
ANITA
Saya titip Bella ya. Kalo Tante kenapa-napa.
Jangan ngomong gitu.
TATA
Taan.
Bella tak sanggup menahan tangisnya. Ia segera keluar dari kamar.
EXT. TAMAN KOTA - DAY
Bella membuka mata. Ia masih ada di bangku taman, ketiduran.
Maot sedang duduk di sebelahnya. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
MAOT
Apa nggak lebih baik menyerah saja? Waktu kamu nggak banyak, Bella. Kamu yakin orang ini akan berbeda reaksinya?
Bella membuka ponselnya, scrolling halaman profil Allo. Tidak ada informasi baru.
Sebuah notifikasi pesan masuk muncul. Nomor tak tercatat, tapi itu dari Tata.
TATA
(teks)
Hi, Bella. Ini nomor gue, Tata. Gue dapet nomer lo dari EO acara kemaren.
Hope that’s okay. Soalnya kemaren lupa nanya nomer lo.
BELLA
(teks)
Hi, Ta.
Gpp. Gue juga nyesel kemaren ngga minta nomer lo.
Btw, can we talk?
TATA
(teks)
Sure.
Mau ketemuan?
Bella menunjukkan layar ponselnya ke Maot. Nih lihat!
BELLA
Kan? Apa kata gue kemaren?
Maot hanya mengangkat bahu. Masih ragu.
INT. PROYEK SENI TATA, STASIUN MRT - DAY
Sebuah dinding besar sedang dilukis dengan mural. Para pekerja ada yang di atas perancah, ada yang di bawahnya.
Termasuk di antaranya adalah Tata yang sedang melukis.
Bella dan Maot jalan beriringan. Mereka menyempatkan untuk berdiri sebentar, mengamati mural yang masih dalam proses itu.
Tata melihat Bella sudah datang, berhenti melukis dan menyambangi.
TATA
Hai, hai!
(ke tim pekerja)
Guys, nanti gue balik lagi ya. Kalian lanjut aja.
Keduanya kini berhadapan, Tata dan Bella. Canggung. Seakan-akan baru kali inilah mereka bertemu lagi sejak masa SMA dulu.
BELLA
Halo, Ta.
TATA
Sambil ngopi yuk!
INT. KEDAI KOPI MANIKMAYA, STASIUN MRT - DAY
Bella dan Tata duduk di sebuah kedai kecil di area stasiun MRT. Dua cangkir kopi di depan mereka.
BELLA
Jadi, gue mau minta maaf ama lo, Ta.
TATA
Gue tau kok, lo bukan bener-bener dari media. Not a problem, Bel.
BELLA
Bukan soal itu.
TATA
Oh? Terus, kenapa?
Bella hendak menyampaikan yang sejujurnya. Tapi ia urungkan niat itu.
BELLA
Eh. Iya, soal itu. Maksudnya. Gue emang dari media itu, tapi bukan penulis tetap. Gue freelance di bagian Marcom-nya.
TATA
Oh. Iya, gak apa-apa juga. Jadi gak akan ada liputannya ya di sana?
BELLA
Iya. Maaf ya.
Bella meredakan gugupnya dengan kopi.
TATA
Kalo soal itu sih, gak masalah banget, Bel. -Manajer gue yang ngurusin hal-hal kayak gitu. Gue fokusnya bikin karya aja.
Bella tersenyum lemah.
TATA
Tapi, gue seneng kita bisa ketemuan. -Tau nggak sih, kalo inget jaman dulu, gue nggak pernah ngebayangin kita bakal drift apart kayak gini.
Sepertinya memang sudah lupa.
TATA
Nah, sejak ketemu lo kemaren. Gue jadi inget, sebenernya udah lama gue pengen kontak lo. Gue pengen bikin proyek interaktif gitu, Bel.
BELLA
Maksudnya?
TATA
Jadi kayak instalasi gitu lah. Orang bisa dateng dan berinteraksi dengan karyanya, bukan cuma liat-liat kayak di pameran gitu. Gue pengen mereka mainin karya itu.
Sambil mengatakan hal itu, Tata menggerak-gerakkan beberapa benda di meja (cangkir, tanda nomor meja, tempat gula), memperagakan interaksi yang ia bayangkan.
BELLA
Kayak board game?
TATA
Gue tau lo bakal paham. Cuma lo nih, yang paham begini. Temen-temen gue pada nggak ngerti. Mereka mikirnya digital: 3D lah, VR-lah, AR-lah. Padahal nggak ada yang bisa ngalahin sensasi memegang langsung benda fisik. Lo mau bantuin gue?
Maot berdiri di belakang Tata, berlagak seperti menunjuk jam tangan. Oh, deadline itu? Nggak perlu diingatkan kok.
BELLA
Mau, mau. Yuk, gimana caranya?
Maot menepuk jidatnya sambil menggelengkan kepala.
INT. DALAM GERBONG MRT - NIGHT
Bella duduk diam. Berkonsentrasi menahan rasa mual di perutnya.
Maot di sebelahnya, tertidur di bahu Bella.
ALLO (O.S.)
Bella?
Bella mencari sumber suara itu. Ia kaget, Allo duduk di seberangnya di gerbong yang sama.
BELLA
Allo?
Maot terbangun dari tidurnya dan ikut terheran-heran melihat Allo.