Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. EXIT STASIUN MRT CIPETE - NIGHT
Bella dan Allo berjalan santai, canggung tapi ada saling tertarik dalam bahasa tubuh mereka. Maot megikuti tak jauh dari belakang, sambil tengok kanan-kiri, seperti orang sedang bosan.
BELLA
Serius? Gue juga kadang lari di sana. Gak tiap hari sih. Kebetulan banget.
ALLO
Oh ya? Kok nggak pernah ketemu ya? Tapi kebetulan paling aneh adalah gue bisa ketemu lo di sini.
BELLA
Pas banget gue abis ketemu Tata. Mungkin emang udah takdir ya?
Allo bergaya seperti orang sedang menyampaikan sebuah ide yang hebat.
ALLO
Takdir itu kombinasi keberuntungan dan persiapan.
BELLA
Bukannya, keberuntungan itu kombinasi persiapan dan kesempatan?
ALLO
Oh, Iya ya?
BELLA
Ya, semacam itulah. Kayak quote-quote basi yang biasa dipajang di media sosial gitu.
Allo tampak agak tersinggung dengan ucapan Bella. Tapi Bella tidak menyadari.
ALLO
Naik apa, Bell? Rumah masih di--
BELLA
--Iya. Naek motor. Motornya gue titipin deket sini.
ALLO
Oh, ok. Gue panggil ojol aja dari sini.
Keduanya diam.
BELLA
Langsung balik?
ALLO
Iya.
Canggung.
BELLA
Mau mampir? Atau… ngopi?
ALLO
Eh.
Makin canggung.
BELLA
Udah kemaleman ya?
ALLO
Iya, sih. Eh, nggak juga sih. Tapi, iya sih.
Maot di belakang Allo membuat gestur tidak sabar.
Bella menglurkan tanggan ke Allo.
Allo mendekat hendak cipika-cipiki.
Keduanya mundur.
Allo mengulurkan tangan.
Bella malah condong untuk cipika-cipiki.
Mundur lagi.
Bella mengangkat tangan hendak high five.
Allo menangkap pergelangan tangan Bella.
Entah mau gestur apa.
Keduanya menarik balik tangan mereka.
Akhirnya Bella melambaikan tangan.
Allo membuat isyarat seperti angkat topi atau hormat dua jari.
Allo mulai melangkah meninggalkan Bella yang terus menatapnya. Maot kini di belakang Bella, mengetuk bahu Bella.
BELLA
(tanpa menengok)
Apaan sih?
MAOT
Buruan. Mumpung orangnya masih ada.
Bella terpicu oleh kata-kata itu, lalu bergerak cepat menyusul Allo.
EXT. TEPI JALAN, DEKAT STASIUN MRT CIPETE - NIGHT
Allo sedang menunggu ojol di pinggir jalan. Bella bergegas menuju Allo.
BELLA
Allo!
Allo menoleh. Berbalik menyambut Bella.
BELLA
Ada yang harus gue bilang. Mungkin gue nggak akan punya waktu lagi buat ngomong.
ALLO
Kenapa, Bel?
Bella mengatur napasnya sejenak.
BELLA
Gue… Gue sebenernya dulu juga suka sama lo, Llo.
Sebuah motor ojol mendekat.
DRIVER OJOL
Pak Carlo Winata?
ALLO
(ke ojol)
Eh, iya, Pak. Sebentar ya.
(ke Bella)
Udah dateng, driver-nya. Sori. Nanti gue telepon ya?
Bella tampak tidak percaya Allo akan pergi. Tapi juga tidak tahu mau bilang apa.
Setelah Allo pergi, Maot datang berjalan santai ke dekat Bella.
BELLA
(tanpa melihat Maot)
Gak usah komentar!
Maot hanya mengangkat kedua telapak tangannya ke depan seperti menyerah.
INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - NIGHT
Bella berbaring di sofa, menghadap langit-langit. Di meja depannya ada asbak, ponsel dan dua kotak board game.
Jari-jari Bella mengapit sebatang rokok yang sedang menyala.
Ia menghembuskan asap ke langit-langit.
BELLA
Gue mau ngapain sih?
Maot, duduk bersandar, santai.
MAOT
Persis! Itu pertanyaanku.
BELLA
Lo liat kan, Tata tadi? Dia masih mau kerjain sesuatu sama gue. -Allo, Dia juga masih inget gue. -Berarti, ada dong, dampak gue ke hidup mereka? -Ya kan?
Bella duduk sekarang. Lalu menghisap rokok.
MAOT
Apa dampaknya? Apakah hidup mereka berubah gara-gara kamu? Atau, kmu cuma batu kecil dalam sungai takdir mereka, tak cukup besar untuk mengubah haluan.
Bella tidak mau dengar itu.
BELLA
Terus. Gue harus gimana untuk ngebuktiinnya?
Maot mendekat. Serius.
MAOT
Sekarang, apa yang kamu rasakan?
Bella menjatuhkan tubuhnya ke sandaran. Lelah. Putus asa?
BELLA
Gak ada yang beda.
MAOT
Itu, jawabannya. Kamu baru aja ketemu sahabat lama dan mantan calon pacar.
(jeda)
Tapi, apa yang kamu rasakan? Nggak ada. Karena, mereka juga nggak ada perasaan apa-apa sama kamu, Bel.
Bella melihat Maot. Sampai pada satu kesimpulan.
BELLA
Jadi, gue harus bangkitin perasaan mereka buat gue?
MAOT
Patut dicoba itu.
Bella kembali menghisap rokok dalam-dalam dan menghembuskannya ke langit-langit.
Kedua kotak board game di meja itu menarik perhatiannya. Satu adalah permainan yang dulu ingin dimainkan Allo berdua dengannya, satunya lagi kado dari Tata yang belum pernah ia buka.
EXT. TERAS RUMAH BELLA - NIGHT - FLASHBACK
Jeroen duduk di salah satu kursi. Di sebelahnya ada koper besar dan satu ransel.
Ia tenggelam dalam pikiran yang berat. Sebatang rokok menyala terjepit di antara jarinya.
Anita muncul dari dalam. Diikuti Bella kecil.
ANITA
Belum datang? Pakai apa sih, Taksi?
JEROEN
Ya. Ya. Taksi.
Bella mendekati Jeroen, yang langsung meletakkan rokok di asbak dan memangku dan memeluk Bella.
JEROEN
Mau ikut, Bella?
Bella mengangguk sambil menempel di bahu Papanya.
JEROEN
Mungkin, tahun depan ya?
Jeroen menatap ke Anita, mencari persetujuan.
ANITA
Kita lihat saja nanti.
(jeda)
Dia… masih marah?
Jeroen mengangguk.
BELLA
Siapa yang marah, Pa?
JEROEN
Ah itu... Oma-mu. -Ah, tapi, bukan marah. -Ya. Hanya, berbeda pendapat.
ANITA
Sini, Bella. Biarkan Papa tenang.
Bella melepaskan rangkulan. Jeroen mencium pipinya, lalu Bella lari ke arah Anita.
ANITA
Sudah. Jangan jadi pikiran. Seorang Ibu bisa sangat keras hatinya, apalagi kalau udah urusan anak laki-laki satu-satunya.
EXT. TERAS RUMAH BELLA - NIGHT - FLASHBACK
Di waktu yang berbeda lagi. Kali ini Bella sudah dewasa. Ini adalah beberapa malam setelah kematian ibu Bella.
Jeroen di posisi yang sama, di sisi koper dan ransel.
JEROEN
Kamu yakin tidak mau ikut?
Bella berpegangan pada kursi. Dilema.
BELLA
Ujian. Dan, masih ada urusan surat kematian mama, makam dan lain-lain.
Jeroen tampak enggan. Tidak tahu harus bersikap bagaimana.
JEROEN
Ah, mungkin Papa tidak usah pergi?
Bella merangkul dirinya sendiri.
BELLA
Pergi saja. Papa juga kan nggak tahu cara ngurusnya. Sudah, pergi sana. Nanti Oma marah lagi kalau Papa tidak pulang.
Jeroen mendekati Bella. Merangkul namun Bella tidak membalas rangkulannya.
EXT. TERAS RUMAH BELLA - NIGHT - FLASHBACK
Lagi, di lokasi yang sama, waktu yang berbeda. Ini adalah malam yang sama setelah Bella melabrak Tata dan Jeroen di teras.
Jeroen berdiri di sisi koper dan ransel. Di kursi masih ada board game kado dari Tata.
Bella sangat ketus ke Jeroen.
BELLA
Mau pergi ke mana? Jerman?
Jeroen acuh tak acuh. Pura-pura tidak mendengar.
BELLA
Nggak usah pulang lagi ya! Denger nggak! Nggak usah ke sini lagi! Ini bukan rumah kamu lagi!
Jeroen maju selangkah ke arah Bella.
JEROEN
(dalam Bahasa Jerman)
Emosional. Sama seperti ibunya.
EXT. TERAS RUMAH BELLA - NIGHT - FLASHBACK
Montase adegan dari ketiga periode waktu yang berbeda itu:
Pelan-pelan semuanya berubah putih. Terdengar suara Bella kecil.
BELLA (O.S)
Ma, Papa kapan pulang?