Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR TIDUR BELLA - DAY
Suara alarm terdengar kencang. Bella membuka mata.
Bella duduk di tempat tidur. Napasnya terasa berat. Perutnya mual.
MAOT (O.S)
Jadi? Mana buktinya?
Bella melirik ke arah Maot, jengkel. Sabar dikit kenapa sih?
HARI KE-1
INT. RUANG KERJA, RUMAH BELLA - DAY
Ruang kerja itu tadinya kamar tidur, tapi sudah diubah jadi ruangan kantor dengan memasang meja kerja dan peralatan komputer.
Meja kerja Bella menghadap ke pintu, di belakangnya tembok dengan poster adegan seorang tokoh anime berjalan saat hujan.
Maot berbaring pada sebuah sofa bed di pojokan. Di atas sofa bed ada hanging shelf berisi action figure tokoh anime dari poster tadi, buku, graphic novel, serta beberapa board game berukuran kecil.
Bella, mengenakan headset menghadap layar monitor. Menunggu panggilan dijawab, ia berkata pada Maot.
BELLA
Nih, klien gue, Mba Novi. Dia pasti sangat terbantu dengan kerjaan gue. Kalo gue nggak ada, dia pasti kehilangan.
Tak lama, muncul NOVI di layar. Tampak super sibuk di sebuah ruangan kantor modern, bahkan saat memulai panggilan pun ia menyerahkan sebuah dokumen pada seseorang di sebelahnya.
NOVI
Hai, sorry telat. Lagi banyak kerjaan banget nih.
(jeda)
Oh ya, Kabar baik, naskah yang kemaren sudah oke. Bentar lagi juga masuk produksi. Siapin invoice-nya ya.
Novi tampak teralihkan,sambil mengerjakan hal lain.
NOVI
Untuk yang berikutnya, kami butuh agak cepat. Apakah bisa di akhir pekan ini?
BELLA
Siap, Mba! Eh, Mba Nov, apa boleh bicara sebentar?
Novi mengangguk, mengiyakan.
BELLA
Mba, mungkin minggu depan aku tidak bisa kerja lagi.
Novi masih tampak tidak fokus. Sambil mengerjakan sesuatu yang lain.
NOVI
Oh, kenapa Del? Ada kerjaan lain atau lagi mau liburan?
BELLA
Bella, Mba. Nama saya, Bella.
NOVI
Apa?
Canggung.
BELLA
Soal, minggu depan itu. Aku kayaknya nggak bisa--
NOVI
--Iya, iya. Nggak apa-apa. Aku ada freelancer lain yang bisa dikontak kok. Kabarin aja nanti kalo kamu udah pulang. Udah dulu ya. Aku ada meeting lain nih.
Panggilan terputus. Bella melepaskan headset.
MAOT (O.S)
Yah, namanya juga klien.
Bella merasa mual dan mules. Kabur ke kamar mandi.
INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - DAY
Sebuah foto lawas di tangan Bella. Seorang nenek di kursi roda, di sekitarnya berjejer orang dewasa dan anak-anak.
BELLA (O.S)
Ini keluarga besarnya Mama. Mereka pasti masih inget gue dan gak mau gue pergi. Gue bisa ke rumahnya Om Adi. Dia dulu deket banget sama Mama.
Di foto itu, Bella yang bule terlihat mencolok dibandingkan anak-anak lainnya.
EXT. HALAMAN RUMAH OM ADI - DAY
Bella melongok dari balik gerbang. Tidak ada orang.
Maot bersandar di Vespa Bella.
Rumah terlihat sepi. BIBI muncul dari pintu depan, membawa sapu.
BELLA
Permisiii! Halooo!
Bella melambai-lambaikan tangan. Mencoba menarik perhatian Bibi.
Bibi datang mendekat. Berbicara dari balik pagar.
BELLA
Permisi, Bi. Om Adi-nya ada?
BIBI
Oh… Bapak? Lagi ziarah.
BELLA
Oh. Kalo anak-anaknya, atau istrinya?
Terganggu dengan pertanyaan Bella.
BIBI
Ya, ikut semuanya lah. Yang meninggal kan Ibunya Bapak. --Ada pesan? Nanti saya sampaikan.
Bella terkejut.
BELLA
Nek Ma’syik meninggal?
Giliran Bibi itu yang heran.
BIBI
Lho, Neng, kenal?
Maot menggeleng-gelengkan kepalanya. Seperti hendak berkata pada Bella untuk menyerah saja.
EXT. JALAN DEPAN RUMAH NENEK MA’SYIK - DAY
Papan bunga ucapan bela sungkawa berjajar dari berbagai nama perusahaan. Hampir semuanya menyebutkan nama Om Adi.
TURUT BERDUKACITA
ATAS WAFATNYA
NY. AMINAH HARISYAH
IBUNDA TEUKU MAHDI HARISYAH
DIREKTUR UTAMA PT HARISYAH LAKU BAHARI
Bella melintasi jajaran papan bunga ucapan.
Tenda besar dipasang di halaman rumah itu. Rumah yang sama dengan yang ada di foto tadi.
EXT. TENDA HAJATAN, HALAMAN RUMAH NENEK - DAY
Kursi-kursi berjajar, hampir penuh oleh para pelayat. Beberapa orang baru datang, beberapa lainnya sedang pamit.
Hampir semua orang mengenakan pakaian pelayat. Kerudung hitam, atasan hitam, kopiah hitam.
Bella --dengan jaket pink, kaos kuning dan celana tiga perempatnya-- jelas salah kostum.
Maot tampak cocok di antara para pelayat dengan setelan hitam-hitamnya. Ia menempati salah satu kursi lipat dekat gerbang. Seakan-akan tidak kenal dengan Bella.
Bella duduk di sebelah Maot.
MAOT
Saran saya kita pulang aja, Bella. Mereka bahkan nggak ngabarin ke kamu kan, kalau Nenekmu meninggal?
Seorang perempuan PELAYAT hendak meninggalkan rumah duka.
Bella berdiri dan menyusul orang itu.
BELLA
Mba, Mba. Maaf. Saya bisa pinjam kainnya?
Pelayat itu melihat Bella, melihat pakaiannya yang cerah ceria dan tersenyum paham. Ia menyerahkan kain hitam ke Bella.
PELAYAT
Silakan, Mba. Ini bawa aja ya, saya harus buru-buru ke kantor lagi.
Bella menerima kain itu dan mengangguk berterimakasih.
Lalu ia mengenakan kain itu mengerudungi kepalanya hingga ke sebagian bahunya.
Bella melihat ke Maot. Gimana, cocok gak?
Maot mengacungkan jempolnya. Tapi ekspresinya datar acuh tak acuh.
INT. RUANG TAMU, RUMAH NENEK MA’SYIK - DAY
Orang-orang duduk bersila di atas karpet di ruang tamu yang besar. Di tengah ruangan, jenazah terselubung kain.
Bella duduk di pinggir, dekat pintu keluar. Ia mengamati dari jauh.
Ingatannya melayang.
INT. RUANG TAMU, RUMAH NENEK MA’SYIK - DAY - FLASHBACK
Bertahun-tahun yang lalu. Bella masih 9 tahun. Ruang tamu penuh dengan orang-orang yang datang merayakan lebaran di rumah Nenek Ma’Syik.
Bella berjalan di belakang Jeroen, memegangi tangan ayahnya dengan erat. Di depan mereka ANITA, ibu Bella, berjalan anggun dan ramah tersenyum ke semua orang. Tak seperti perempuan lain di ruangan itu, Anita tidak mengenakan kerudung.
Semua orang memperhatikan mereka. Suasana yang hiruk-pikuk berubah sunyi. Jeroen dan Bella tampak canggung. Anita menghentikan langkah, melihat ke sekeliling.
NENEK MA’SYIK (O.S.)
Eh? Nita? Sini, sini, Nak.
NENEK MA’SYIK di atas kursi roda. Kain putih tipis menjuntai di pundaknya. Rambutnya kelabu-perak, seperti berpendar oleh matahari. Senyumnya ramah di wajah penuh kerutan.
Anita bergerak cepat ke arah Nenek Ma’syik. Langsung bersimpuh dan merangkul lutut wanita di atas kursi roda itu.
Nenek Ma’syik memberi isyarat agar Jeroen dan Bella mendekat. Lalu menyapa Bella.
NENEK MA’SYIK
Anak cantik. Siapa namamu?
Wajah Nenek Ma’syik terlihat ramah.
INT. RUANG TAMU, RUMAH NENEK MA’SYIK - DAY
Setengah tersadar dari lamunan, Bella berkata pelan.
Ada dua suara yang terdengar bersamaan: Bella usia 9 tahun dan Bella dewasa.
BELLA
Bella.
Pria di depan Bella menoleh. Bella buru-buru beringsut ke luar.
EXT. TENDA HAJATAN, HALAMAN RUMAH NENEK - DAY
Bella mengambil helm dan jaket dari sisi Maot, yang masih menunggu santai.
MAOT
Gimana?
BELLA
Pulang.
Seorang laki-laki menyusul Bella. Ini adalah RIZAL, anak laki-laki Om Adi.
RIZAL
Bella?
Bella, belum melihat ke arah orang itu, tegang ketika mendengar namanya dipanggil.
BELLA
Om Adi?
Bella berbalik dan tampak agak kecewa ketika melihat Rizal.
RIZAL
Ini Rizal. Masih inget kan?
Bella tersenyum. Ia ingat sekarang. Ganteng juga.
BELLA
Rizal? Anaknya Om Adi ya? Kok suaranya mirip banget sama--
RIZAL
Iyaa. Bella? Wah, udah lama ya nggak ketemu. Kamu bukannya tinggal di Jerman?
Bella mundur satu langkah.
BELLA
Jerman?
RIZAL
Waktu Tante Nita meninggal. Kabarnya, kamu ikut keluarga Papa kamu di Jerman.
Maot, kini berdiri di sisi Bella, tampak penasaran.
Bella hanya menggeleng pelan. Heran dari mana asalnya kabar itu.
RIZAL
Apa kabarnya Papa kamu?
BELLA
Papa? Udah nggak ada juga.
Bella buru-buru pamit.
RIZAL
Loh, Papa kamu udah nggak ada?
Tapi Bella tidak menjawab, ia sudah semakin jauh.
INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - NIGHT
Bella duduk di sofa. Di belakangnya sebuah rak yang didominasi oleh jajaran board game.
Maot sedang melihat-lihat isi rak itu.
MAOT
Gimana, besok mau ke mana lagi?
Bella diam. Ia memegang kotak rokok, masih terbungkus plastik. Ia mempertimbangkan sesuatu.
BELLA
Apa sih enaknya?
Bella merobek kemasan plastik, lalu mengeluarkan sebatang rokok. Ia mengambil pemantik dari atas meja kecil.
Maot melihat, menyadari apa yang akan dilakukan Bella.
MAOT
Yakin? Rokok bisa menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin lho.
BELLA
Telat.
Bella menyalakan sebatang rokok dan mulai menghisapnya pelan. Ia terbatuk sedikit. Lalu kembali menghisap, kali ini agak dalam.
MAOT
Nyerah nih? Mau dipercepat jadi sekarang aja?
Bella hanya senyum sinis dan kembali menghisap rokoknya dalam-dalam. Asapnya ia semburkan ke arah langit-langit.
MAOT
Ini mainan banyak banget. Kamu main sendirian aja? Emang bisa ya ini dimainin sendirian.
Bella berdiri, masih sambil menjepit rokok pada dua jarinya. Lalu ikut melihat-lihat koleksi board game yang bertumpuk itu.
BELLA
First player only.
MAOT
Apa?
Bella seperti teringat sesuatu. Ia mengulangi lebih pelan.
BELLA
First player only… Hahaha. Hahaha. Bener juga. Kenapa nggak kepikiran ya?
Lalu Bella bergegas meninggalkan Maot menuju ruang kerjanya.
MAOT
Jangan-jangan, rokok juga bisa menyebabkan gangguan jiwa?
Maot pun bergerak pelan menyusul Bella.