Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN.
INT. RUANG TUNGGU RUMAH SAKIT - DAY
BELLA VERLESSEN (20), perempuan Indo-Jerman, dengan rambut ikal kemerahan dipotong sangat pendek. Wajahnya pucat, menahan mual.
SUSTER (O.S.)
(melalui pengeras suara)
Nona Bella Ver...les...en? Nona Bella? Nona Bella, ke ruang praktek Dokter!
Bella berdiri, ia menuju pintu ruang praktek dokter. Pintu itu terbuka, cahaya membanjiri. Seluruhnya putih.
INT. RUANG PRAKTEK DOKTER - DAY
Ruangan putih steril. Di atas meja hanya ada beberapa lembar berkas dan sebuah layar komputer.
DOKTER (70) duduk, mengetik sambil menatap layar komputer dengan teliti. Sesekali memperbaiki posisi kacamata.
Bella duduk di kursi pasien. Menunggu.
Dokter masih menatap ke layar.
DOKTER
Ya, bagaimana? Ada keluhan apa?
Bella senyum canggung.
BELLA
Mau baca hasil lab-nya, Dok.
Dokter menghadap Bella.
DOKTER
Oh? Oh iya. Ya, ya! Bella, ya? Bella. Sebentar-sebentar, tadi ada di sini.
Dokter melihat-lihat berkas yang ada di meja. Lalu berpaling ke komputer, klak-klik.
Bella menyerahkan amplop.
BELLA
Ini, Dok.
DOKTER
Eh. Iya, iya. Coba-coba, kita lihat ya.
Dokter membuka amplop, membaca isinya. Memperbaiki kacamata. Membaca lagi.
DOKTER
Jadi di sini, nih. Ini artinya, positif.
Dokter menggeser kertas ke arah Bella sambil menunjuk ke poin spesifik di hasil lab.
BELLA
Positif?
DOKTER
Kanker. Ini, ada invasif adenokarsinoma, artinya--.
Suara Dokter berubah menjadi dengung di kepala Bella. Mulut Dokter bergerak, tapi tak jelas apa yang diucapkan.
Dengung semakin keras, melengking. Bella memejamkan mata.
Gelap.
INT. RUANG TUNGGU RUMAH SAKIT - DAY
Bella duduk di ruang tunggu. Syok.
Kesibukan pasien-pasien lain seperti buram saja buat Bella.
Lalu, sosok berpakaian hitam-hitam datang dan duduk di seberang ruangan. Wajahnya dicat menyerupai wajah tengkorak.
Inilah MAOT, sang pencabut nyawa.
Bella menatap menyelidik pada Maot. Yang dilihat menyadari pandangan Bella dan melambaikan tangan lemah.
Bella menunjuk dadanya. Cari aku? Tapi Maot hanya mengangkat bahu, tidak tahu.
Bella melihat kesal pada Maot. Lalu menggelengkan kepala.
Bella bangkit berdiri.
TITLE CARD
MAOT
Main-main Sebelum Ajal
INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - NIGHT
Papan catur digelar pada meja ruang tamu, siap untuk dimainkan.
Bella dan Maot berhadap-hadapan.
Maot duduk santai bersandar. Sedangkan Bella tegak, penuh perhitungan.
MAOT
Putih jalan duluan.
BELLA
(ragu)
Kalo gue menang. Lo nggak jadi ambil nyawa gue?
MAOT
Enak aja!
Lalu Bella menggerakkan salah satu bidaknya.
MAOT
F3? Tau gitu, gue terima tantangan lo tadi.
Bella tertarik.
BELLA
Beneran?
MAOT
Ha ha ha. Enak aja. Enggak lah ya.
Bella bersandar di kursinya. (Payah, ah)
BELLA
Emang, beneran udah waktunya ya?
Maot mengangkat bahunya sedikit.
BELLA
Kenapa gue sih?
Maot menunjuk ke atas. Lalu mengisyaratkan bahwa dirinya tidak tahu apa-apa.
MAOT
Cuma jalanin tugas.
Bella mencondongkan wajahnya mendekat ke Maot. Ia berbicara cepat, emosi, nyaris putus asa.
BELLA
Gue nggak pernah nyakitin orang. Tinggal sendiri, kerja dari rumah. Temen gak ada. Apalagi pacar. Apa salah gue?
Maot mendekatkan wajahnya ke Bella.
MAOT
Mungkin, justru itu salahnya.
BELLA
Maksudnya?
MAOT
Lo hidup sendiri. Makan sendiri. Kerja sendiri. Tidur sendiri. Mandi sendiri. Apa-apa sendiri.
(jeda)
Artinya, hidup lo nggak ada dampaknya buat orang-orang. Lo mati atau hidup, nggak ada bedanya kan?
Bella bersandar, merasa seperti dicampakkan. Langit gelap.
Maot, merasa tidak enak karena menyampaikan kabar buruk, mengalihkan perhatiannya pada bidak-bidak catur.
BELLA
Gue minta waktu.
Maot tidak mengerti.
MAOT
Hah?
BELLA
Kasih gue waktu. Gue akan buktikan, kalau ada orang-orang yang hidupnya terdampak sama gue.
Maot mengangkat bahu. Terserah. Lalu berdiri dan meninggalkan Bella.
MAOT (O.S.)
Seminggu. Kamu punya waktu tujuh hari.
Bella mengembalikan bidak catur yang tadi ia pindahkan. Rapi ke dalam barisannya.
INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - DAY - FLASHBACK
Pagi hari. Ruangan yang sama, papan catur yang sama tapi terlihat masih baru. JEROEN (35), Ayah Bella, seorang pria Jerman dengan rambut ikal. Tampak sumringah menyusun bidak-bidak catur di atas papan. Saat berbicara logat eropanya masih terasa kental.
JEROEN
Bella! Yuk, main.
BELLA (O.S)
Aku belum bisa mainnya.
JEROEN
Sini, Papa ajarin.
BELLA (O.S)
Nanti aja.
Jeroen melihat papan catur di depannya. Wajahnya berubah dari senang menjadi sedih. Tatapannya kosong.
Pemandangan itu memudar. Samar-samar terdengar suara orang berseru histeris. Lalu semuanya putih. Ada suara orang menangis.