Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Maot: Main-main Sebelum Ajal
Suka
Favorit
Bagikan
9. Hari ke-5

INT. KAMAR TIDUR BELLA - DAY 

Suara alarm terdengar kencang. 

Bella membuka mata. Ia masih rebahan selama beberapa saat. Enggan bangun dari tempat tidur.  

HARI KE-5

INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - DAY

Bella membukakan pintu dan mempersilakan masuk Rizal, sepupunya yang sempat berbincang sejenak di Rumah Ma’Syik. 

RIZAL

Sorry, nggak ngabarin. Kamu waktu itu nggak ninggalin nomer sih.   

BELLA

Silakan duduk. Saya ambilin minum dulu. Kopi?

Rizal duduk. Bella menuju dapur. Di ruang tamu ada Maot yang duduk di sofa. Di meja masih ada board game yang belum dibereskan. 

RIZAL

Iya, boleh.    

Rizal mengamati ruangan. 

RIZAL

Kamu tinggal sendirian aja, Bella? Sepi banget.    

Maot melihat ke Rizal, sepakat. 

BELLA (O.S.) 

Udah biasa. 

Rizal mengamati lebih dekat board game di meja. Bella kembali membawa nampan berisi dua cangkir kopi. 

BELLA

Itu... Habis main sama temen-temen kemaren. 

RIZAL

Seru kayaknya, ya?     

Rizal mengambil dan menyeruput kopi. Bella duduk diam, menunggu.

RIZAL

Nggak berangkat kerja?      

BELLA

Disuruh Om Adi ke sini ya?       

Rizal meletakkan cangkir ke meja. 

RIZAL

Saya juga yang mau sih. Sejak ketemu di Rumah Ma’syik waktu itu, ada yang mau diomongin sebenernya.      

BELLA

Memang siapa sih yang bilang saya ke Jerman?       

RIZAL

Siapa ya? Udah lama banget itu. Kayaknya, Papa kamu yang bilang mau bawa kamu ke Jerman aja. Dia mau pulang ke keluarganya.   

BELLA

Kenapa dia bilang begitu? Aneh banget.        

Bella minum kopi. Lalu bersiap menyalakan rokok. 

RIZAL

Papa, kapan meninggalnya, Bel?   

Bella menyalakan rokok. Membuat gestur menawarkan ke Rizal. 

BELLA

Ada pesan dari Om Adi? 

Rizal mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. 

RIZAL

Oh. Iya, waktu tahu kamu masih di Jakarta, dia minta aku cari. Untungnya, dia masih hapal alamat rumah ini. Untungnya lagi, kamu belum pindah ya.   

BELLA

Ada apa?        

RIZAL

Soal warisan Ma’syik.  

Maot yang dari tadi acuh tak acuh, kini tampak tertarik. 

BELLA

Warisan? Apa hubungannya sama aku? 

RIZAL

Ya. Kan ada jatahnya Tante Nita, eh, Mama kamu. 

Bella bersandar. Lelah. 

BELLA

Kalau aku nggak mau ambil, boleh?

RIZAL

Lho, kenapa? 

BELLA

Saudara Mama yang lain kayaknya masih banyak. Mungkin ada yang lebih butuh. 

Rizal tersinggung. 

RIZAL

Bukan soal butuh atau tidak butuh. Ini soal hak dan kewajiban. Setelah kamu pegang uangnya, mau disumbangkan atau mau dibuang juga bukan urusan kami. 

Bella menyadari perubahan sikap Rizal. 

BELLA

Bukan maksud menyinggung. Tapi, aku juga nggak akan bisa pakai warisan itu. 

Rizal menghisap rokoknya agak dalam. Lalu mematikannya di alas cangkir kopi. 

RIZAL

Bella. Sebenarnya, Papa kamu masih ada atau nggak sih?

BELLA

Mungkin masih ada. Nggak tau di mana. 

RIZAL

Di Jerman? 

BELLA

Mungkin begitu. Buat saya dia sama aja udah mati. 

Sehabis mengatakan ini, Bella bangun dan bergegas meninggalkan ruangan. 

RIZAL

Bella! Kalau begini, urusannya beda lagi. Bella?

Rizal ditinggal sendirian di ruang tamu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar