Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Live Again
Suka
Favorit
Bagikan
13. Bagian 13

104 INT. RUMAH RENATA – DAPUR – SIANG

Renata sibuk membersihkan bumbu-bumbu dan sayuran yang akan dimasak. 

JUMP CUT TO:

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN -- 

Renata sedang menggoreng masakan, di penggorengan atas kompor gas. 

CUT TO:

KAMAR WATI --

Renata sementara menyuapi Wati dengan makanan yang sudah dia masak. Mereka berdua tampak bahagia. 

FADE OUT:

105 INT. PUB – DINI HARI

Kita melihat, Memey sementara membersihkan botol-botol yang berserakan di atas meja. Burhan datang merapat pada Memey. 

BURHAN

Mey...Renata mana? Dari tadi dia nggak kelihatan?

MEMEY 

Renata kurang enak badan, bos, jadi dia nggak masuk kerja hari ini. 

BURHAN 

Kenapa kamu nggak bilang sama saya, kalo dia nggak enak badan, supaya saya tahu. 

MEMEY 

Aduh lupa! (gumam) I-iya bos. Maaf, tadi saya lupa bilang sama bos. 

BURHAN 

Ya sudah...lanjutin.

Memey menundukkan kepala. 

MEMEY 

(bersungut sambil menaruh botol-botol di baki ) 

Dasar gue bego! Nih lupa nggak mau ngilang-ngilang. Udah jadi penyakit kronis gue, kali. (berjalan ke belakang membawa botol-botol kosong itu) 

CUT TO:

106 INT. RUMAH RENATA - KAMAR WATI – SUBUH

Renata terjaga di atas tempat tidur Wati. Renata melihat, Wati belum tidur. Wati sedang mengelus-elus kepala Renata. 

RENATA

Ibu...kenapa belum tidur, Bu? 

WATI 

Ibu sudah bangun, Nak. Ibu liat kamu masih tidur, ibu nggak mau bangunin kamu. 

RENATA 

(mengucek mata) 

Ini udah jam berapa ya, Bu? 

WATI

Udah subuh, Nak. 

Renata mengambil Hp-nya di atas lemari kecil dan membukanya. Kita melihat jam menunjukkan, 04:36. Renata mematikan layar Hp-nya. 

RENATA

Aku mau tidur lagi, Bu. Sejam lagi, ibu bangunin aku. 

WATI 

Iya. 

Wati mengelus-elus rambut Renata dan mulai meneteskan air mata. Wati menahan tangis dalam mulut, memandangi Renata tidur menggenggam tangannya. 

FADE IN:

KAMAR WATI DUA JAM KEMUDIAN - - 

Renata sudah berganti pakaian dan bersiap untuk pergi kuliah. 

RENATA 

Bu, aku berangkat kuliah dulu. 

Wati memegang pipi Renata. 

WATI 

(nada lembut) 

Kamu hati-hati ya, Nak? 

RENATA 

Iya, Bu. Ibu istirahat. Ibu mau makan apa? Nanti aku beliin pulang kuliah. 

WATI

(menggeleng) 

Nggak perlu, Nak. Ibu makan masakan kamu aja. 

RENATA

Bu, aku berangkat kuliah dulu, ya?

Renata mencium kening Wati dan beranjak dari tempat duduk

WATI 

Iya, Nak. Kamu baik-baik. Jaga diri kamu. Ibu sayang kamu. 

Renata sejenak berpaling—memandang Wati. Renata terlihat khawatir mendengar kata-kata Wati. 

RENATA

Ibu?!

WATI

(mengangguk) 

Udah, kamu berangkat kuliah. Nanti kesiangan. 

Renata kemudian keluar dari kamar Wati dengan wajah cemas. 

CUT TO:

107 EXT. HALAMAN RUMAH RENATA – PAGI

Renata berjalan keluar dari teras rumahnya dengan memakai KEMEJA HOODIE menutupi kepalanya, menuju ke jalan umum. Mendadak, Renata berhenti dan berbalik memandangi rumahnya kemudian berbalik memandang ke depan. 

RENATA 

(khawatir) 

Kenapa perasaanku tiba-tiba jadi nggak enak, sih? 

Renata lalu berjalan pergi.

CUT TO:

108 INT. KAMPUS – KELAS MANAJEMEN – PAGI

Kita melihat, Renata tampak gelisah di tempat duduknya. Memey terlihat cemas melihat kondisi Renata. 

CUT TO:

109 INT. RUMAH RENATA – KAMAR WATI – SIANG

Kita melihat, Wati duduk di atas tempat tidurnya sambil terbatuk-batuk berat dan mendadak Wati memuntahkan darah dari mulutnya. Napasnya jadi sesak sekali dan menahan sakit. Napasnya tinggal satu-satu.Wati lalu memegang dadanya.

WATI 

(mengingat wajah Renata dan memanggilnya di sisa napasnya yang terakhir) 

Nak!

Wajah Wati jadi pucat dan langsung terbaring. Wati telah meninggal dunia di atas tempat tidurnya.

CUT TO:

110 EXT. HALAMAN KAMPUS - SIANG

Renata memandangi langit. Kita melihat, langit begitu mendung berawan hitam. Burung gagak terlihat melintas di atas Renata. Dan dari samping, Memey datang mendekat pada Renata. 

MEMEY

Ren, lo keliatan gelisah? 

RENATA

Iya, Mey. Perasaan gue nggak enak. Mey, lo anterin gue pulang. Gue jadi takut, Ibu di rumah. 

MEMEY 

Ayuk. 

Renata dan Memey berjalan menuju ke motor. 

CUT TO:

111 EXT. HALAMAN RUMAH RENATA – SIANG

Renata turun dari motor sambil melepas helmnya. 

RENATA

Thanks, Mey. 

Renata tanpa bicara banyak pada Memey, langsung berjalan cepat menuju ke dalam rumah. 

MEMEY

Ren?! (mencoba memanggil tapi Renata tak menggubris) 

Memey segera berputar dan pergi. 

112 INT. RUMAH RENATA – SIANG

Renata menutup pintu depan dan melangkah ke kamar Wati. Setelah membuka pintu, Renata mendekat ke tempat tidur Wati. Dan betapa terkejutnya, ketika Renata melihat, Wati terbaring di tempat tidurnya sudah tak bernyawa dengan darah di mulutnya.

RENATA

(panik luar biasa) 

Ibu! Ibu bangun, Bu! Bangun! 

113 TALKING HEAD RENATA

RENATA

(menggoyang-goyangkan Wati) 

Bangun, Bu! (teriak) Bangun! (merintih dengan kuat sembari memeluk Wati) Jangan ninggalin Renata, Bu! Ibu! 

Renata menelepon Memey sembari menangis. 

114 EXT. JALAN RAYA – SIANG

Memey sementara berkendara motor mengarah pulang ke kontrakannya. Tiba-tiba Hp-nya bergetar terus berdering. Memey menepi dan membuka Hp-nya. Memey melihat, Renata memanggil. 

MEMEY

(menjawab panggilan masuk dari Renata) 

Kenapa, Ren? 

INTERCUT TO:

115 INT. RUMAH RENATA - KAMAR WATI – SIANG

RENATA 

(merintih) 

Mey? 

MEMEY

Ren, kenapa lo nangis? 

RENATA

Ibu gue udah meninggal, Mey

MEMEY 

Apa?! Ibu lo meninggal? 

RENATA 

Iya, Mey

MEMEY 

Lo sabar, Ren! Gue ke rumah lo. 

Renata menutup telponnya dan terus merintih, menangis Wati yang sudah meninggal. Renata lalu terbayang kembali wajah Wati. 

116 EXT. HALAMAN RUMAH RENATA – SIANG

Memey memarkirkan motornya, melepas helmnya dan lekas berlari ke dalam rumah Renata. 

117 INT. RUMAH RENATA – KAMAR WATI – SIANG

Kita melihat, Memey memeluk Renata yang sedang dilanda kesedihan mendalam karena kehilangan sosok Wati. Renata terus merintih-rintih di dalam pelukan Memey. Dan Memey turut meluapkan air matanya atas kepergian Wati.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN - - 

Kita melihat, para warga mulai bergatangan—melayat ke rumah Renata. Memey terlihat memeluk Renata yang sedang bersedih, di depan jenazah Wati. 

FADE IN:

BEBERAPA HARI KEMUDIAN - - 

118 EXT. HALAMAN KAMPUS – TEMPAT SANTAI DI BAWAH POHON – SIANG 

Memey menelepon Renata. Telponnya tersambung, tapi tak diangkat. 

JUMP CUT TO:

119 INT. RUMAH RENATA – RUANG TENGAH – SIANG

Kita melihat, Hp-nya Renata tergeletak di kursi panjang, bergetar dan menyala dengan panggilan masuk dari Memey.

FX: Merengek-rengek sakit hati. 

BACK TO:

120 EXT. HALAMAN KAMPUS – TEMPAT SANTAI DI BAWAH POHON – SIANG 

Memey terlihat gelisah dan tidak tenang. Memey lalu berjalan cepat menuju ke motornya dan segera pergi. 

121 INT. RUMAH RENATA - TERAS – SIANG

Memey merapat ke pintu depan. 

MEMEY 

(mengetuk pintu) 

Ren! Ren! 

Memey memanggil-manggil, tapi Renata tak menjawab. Memey menarik tangan pintu, ternyata tidak dikunci. Memey melangkah masuk. 

RUANG TENGAH - - 

FX: Mengerang. 

Dan betapa terkejutnya Memey melihat, Renata sementara menyayat-nyayat lengannya sambil duduk melantai, menggigit sebuah kain. 

MEMEY

Ren! (teriak) 

Memey berlari menghampiri Renata yang mencoba bunuh diri. 

MEMEY (CONT’D) 

Lo gila, Ren! (mengambil paksa pisau yang dipegang Renata)

RENATA

Biarin gue mati, Mey! 

MEMEY 

Apa itu yang Ibu lo mau, hah?! 

Renata tak mau menjawab, hanya menahan sakit. Memey terlihat panik melihat tangan Renata mengeluarkan banyak darah. 

MEMEY (CONT’D) 

Bangun, Ren, kita ke klinik, ngejahit lengan lo. 

RENATA 

Nggak usah, Mey. 

MEMEY 

(khawatir) 

Ren luka lo dalem! 

RENATA 

Biarin aja, Mey, darah gue habis. 

MEMEY

(membentak) 

Ren! Gue nggak mau lo kenapa-napa, kita ke klinik sekarang!

Renata menggeleng.

MEMEY 

Kalo lo gini, Ibu lo pasti sedih ngeliat lo dari sana. 

Memey membuka kemeja lapisnya dan melingkari lengan Renata yang tersayat dengan kemejanya itu. 

MEMEY (CONT'D)

Jangan buat Ibu lo kecewa. 

RENATA

Geu nggak punya siapa-siapa lagi, Mey. 

MEMEY

Masih ada gue. Cepet berdiri! Wajah lo udah pucat. Berdiri! 

Renata berdiri dan Memey segera mengantarnya ke klinik. 

CUT TO:

122 INT. KLINIK – SIANG

FX: Renata menjerit saat lukanya dijahit seorang suster. 

Kita melihat, Memey menunggu di ruang tunggu dengan menampakkan wajah jenuh. 

123 INT. RUMAH RENATA - TERAS - SIANG MENJELANG SORE

Kita melihat, Renata duduk memakai mantel hoodie menutupi kepalanya. Di sebelahnya, Memey sedang memeluk dada. 

MEMEY

Untung urat lo nggak putus. Kalo putus, tangan lo bisa cacat seumur hidup. 

RENATA

Gue stres, Mey. Ibu ninggalin gue sendirian. Yang bikin gue lebih terpukul, gue nemuin kain penuh darah di bawah bantal ibu. Ibu ternyata nyembunyiin penyakitnya yang udah parah dari gue. Dan Ibu sering bilang ke gue,gue kalau dia baik-baik saja. Andai gue tahu yang sebenarnya... (mulai sedih) gue akan maksain Ibu untuk dirawat di rumah sakit. Tapi, semua sudah terjadi...gue nggak akan bisa ngembaliin waktu. 

MEMEY

Ren, sekarang Ibu lo sudah tenang di sana. Dia nggak akan ngerasain sakit lagi. 

Renata mengangguk meluapkan air matanya. 

MEMEY

Dan lo nggak bisa terus-terusan kayak gini, Ren. Lo harus bangkit dan ngelanjutin hidup lo. Mungkin itu yang Ibu lo harapin dari lo sekarang. 

Renata menangis tersedu-sedu mengingat Wati. 

MEMEY (CONT'D)

(mendekat pada Renata) 

Ren, nasib rumah peninggalan Ibu lo ini, ada di tangan lo, bukan di tangan bapak lo itu. Inget, waktu lo nggak banyak lagi buat ngumpulin tu duit. Nggak masalah lo bersedih, tapi jangan berlarut-larut, Mey. Ibu lo juga paling nggak mau liatin lo terus-terusan sedih. 

Renata mengangguk sambil mengelap air matanya. Renata lalu berbaring sambil kepalanya bersandar di paha Memey. 

RENATA

Jangan ninggalin gue, Mey. 

MEMEY

Nggak. Gue nggak mau lo berusaha bunuh diri lagi. 

Renata menutup mata di pangkuan Memey. 

CUT TO:

RUANG TENGAH - - 

Renata tertidur di kursi panjang sembari diselimuti oleh Memey. Memey kemudian tidur di kursi panjang di depan Renata. 

JUMP CUT TO:

Renata terbangun. Dia melihat, Memey tertidur di kursi panjang di depannya. Renata membuka layar Hp-nya, layar Hp-nya tidak menyala, sudah mati total. Renata lantas membangunkan Memey. 

RENATA

Mey, bangun Mey. (menggoyangkan) 

Memey seketika terbangun. 

RENATA (CONT'D)

Lo nggak kerja? 

Memey menyalakan Hp. Kita melihat jam menunjukkan pukul 21:11 malam. 

MEMEY

Udah jam segini. Besok aja Ren sama lo. 

RENATA

Lo nggak laper? 

MEMEY

Gue laper sih, Ren. Kita nyari makan di luar. Luka lo gimana? 

RENATA

Masih sakit sih, Mey. Tapi udah agak mendingan. 

MEMEY

Lo tunggu aja di sini. Gue beli makan di luar. 

RENATA

Iya, Mey. 

Memey keluar membeli makanan. Renata bersandar di kursi dan melihat lengannya. 

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN - - 

Memey kembali membawa makanan dan menaruhnya di atas meja. 

MEMEY

Makan, Ren. 

Renata mengambil sebungkus nasi dan lauk. 

RENATA 

Mey, lo nginap sini ‘kan? 

MEMEY

Iya. Di luar juga gerimis, dikit lagi paling hujan. Makan. 

Renata dan Memey pun makan bersama. 

FADE IN:

KAMAR WATI - PAGI - - 

Kita melihat, Renata duduk di tepi tempat tidur Wati, sembari memegang fotonya bersama Wati saat kelulusannya di SMA. Mata Renata mulai mengeluarkan air mata. 

RENATA

(mengelus Wati di foto) 

Ibu lagi ngapain di sana? Aku kangen sama Ibu. 

Memey membuka pintu kamar Wati. 

MEMEY

Ren, ayuk.

Renata mengangguk. 

RENATA

(bicara pada foto) 

Bu, aku kuliah dulu. 

Renata beranjak dari tempat tidur dan menaruh foto itu di atas lemari kecil. Renata terus keluar dari kamar Wati.

CUT TO:

124 INT. KAMPUS – KELAS MANAJEMEN – PAGI

Renata terlihat menjalani aktivitas belajar seperti biasa. 

CUT TO:

125 INT. RUMAH RENATA - KAMAR WATI – MALAM

Renata terlihat sudah bersiap untuk pergi kerja. Dia lagi memandangi foto Wati. 

FX: Klakson motor. 

Renata melepas foto itu di atas lemari kecil dan keluar dari kamar. 

CUT TO:

TERAS DEPAN - - 

Renata keluar dan mengunci pintunya. 

MEMEY

Udah, Ren? 

RENATA

Udah. 

Renata dan Memey berjalan ke luar menuju ke motor, mereka memakai helm. Memey menyalakan motor dan langsung pergi.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar